Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Saat Prabowo Mengulang Cara Lama di 2024: Sowan Para Senior TNI

Arya sebut generasi milenial dan Gen Z lebih menyukai sosialisasi dalam bentuk kerja nyata yang dapat dilihat secara konkret.

Saat Prabowo Mengulang Cara Lama di 2024: Sowan Para Senior TNI
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan pidato politiknya pada acara peresmian Kantor Badan Pemenangan Presiden Partai Gerindra di Jakarta, Sabtu (7/1/2023).ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.

tirto.id - Prabowo Subianto, bakal calon presiden 2024 dari Partai Gerindra memanfaatkan momentum lebaran untuk bertemu dengan banyak tokoh publik. Prabowo bahkan secara khusus sowan ke rumah sejumlah purnawirawan jenderal TNI atau seniornya saat masih aktif di militer.

Selama Idulfitri 2023 ini, setidaknya Prabowo tercatat bersilaturahmi dengan Laksamana TNI (purn) Widodo A.S, Jenderal (purn) Try Sutrisno, Jenderal TNI (purn) Agum Gumelar, Jenderal TNI (purn) A.M Hendropriyono dan ditutup dengan Jenderal (purn) Wiranto yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.

Saat dikonfirmasi awak media mengenai isi pertemuannya dengan para purnawirawan tersebut, Prabowo menyebut hal yang sama: Hanya pertemuan menjalin silaturahmi dengan para senior di militer. Tidak ada pernyataan dukungan signifikan yang diberikan oleh para mantan petinggi TNI tersebut.

Kunjungan Prabowo juga sebagai upaya menghapus isu dosa masa lalunya saat akhir masa jabatannya sebagai Pangkostrad pada Mei 1998. Salah satunya dengan momen kebersamaan Prabowo dengan Wiranto. Bahkan Wiranto menyebut Prabowo memiliki sejumlah kriteria untuk bisa memenangkan Pilpres 2024.

“Kami, saya bersama Prabowo punya riwayat yang cukup panjang bersama menjadi prajurit memperjuangkan negeri ini, sekarang juga masih bersama dalam ikatan pemerintahan. Selain itu, dari apa yang saya ketahui dan ikuti, paling tidak empat presiden di Indonesia, Prabowo memiliki kriteria calon presiden, memahami betul permasalahan domestik dan internasional,” kata Wiranto.

Walaupun kunjungan Prabowo kepada seniornya di militer sarat akan kepentingan politik, tapi pihak Gerindra membantah hal itu. Mereka menyebut “sowan” Prabowo sebagai kunjungan biasa dalam rangka menjaga silaturahmi.

Juru Bicara Partai Gerindra, Andre Rosiade menyebut, apa yang dilakukan Prabowo hanya dalam rangka silaturahmi biasa. Tidak ada maksud atau motif politik yang ditujukan kepada dan oleh Prabowo.

Andre menjelaskan, Prabowo ingin menunjukkan kepada publik bagaimana etika menjaga hubungan antara junior kepada senior walaupun sudah tidak lagi dalam korps atau kesatuan militer.

“Beliau menunjukkan adab ketimuran dengan situasi lebaran mendatangi senior beliau, mantan atasan beliau, ini soal silaturahim lebaran," ujarnya.

Bukan Hal Baru: Efektifkah untuk Gaet Pemilih Gen Z?

Pendekatan dan lobi politik dengan menemui sejumlah purnawirawan jenderal, bukan hal baru bagi Prabowo. Citra militeristik sangat melekat pada dirinya dan Partai Gerindra yang ia dirikan. Bahkan Gerindra memiliki sayap organisasi yang berisi para purnawirawan militer bernama Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya (PPIR).

Namun, apabila pendekatan itu tetap dilanjutkan, maka Prabowo dinilai tidak akan mendapat hasil signifikan dari kalangan milenial dan Gen Z yang menjadi dominasi pemilih di Pemilu 2024.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai, pertemuan Prabowo dengan para purnawirawan hanya menjadi solusi di level elite. Tidak menjangkau permasalahan di level akar rumput apalagi generasi milenial.

“Pengaruhnya pada level milenial belum bisa dilihat dan mungkin hanya terasa di level elite," kata Arya, Rabu (26/4/2023).

Menurut Arya, generasi milenial dan Gen Z lebih menyukai sosialisasi dalam bentuk kerja nyata dan dapat dilihat secara konkret. Oleh karenanya, dia menyarankan Prabowo dan tim pemenangan di Partai Gerindra untuk lebih banyak menginformasikan kerja nyata Prabowo daripada kunjungan-kunjungan bila ingin mengerek efek suara.

“Kalau di level elite itu hanya untuk mencari kesepahaman satu sama lain. Sehingga pengaruhnya hanya pada itu saja, bukan pada efek elektoral suara,” kata Arya menjelaskan.

PENGANGKATAN WARGA KEHORMATAN KORPS MARINIR

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) membalas penghormatan dari prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut saat upacara pengangkatan warga kehormatan Korps Marinir di Kesatrian Marinir Soetedi Senaputra, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (14/2/2023). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Direktur Eksekutif The Indonesian Institute (TII), Adinda Tenriangke Muchtar menambahkan, Prabowo dan Partai Gerindra harus bisa membuktikan kerja nyata dan keberpihakan kepada anak muda. Hal itu dianggap lebih efektif dibandingkan hanya sekadar konsolidasi dengan para purnawirawan militer yang sarat akan kepentingan dan sudah terfragmentasi kelompok masing-masing.

“Kalau ingin merangkul anak muda, sudah sejauh mana ruang yang diberikan oleh Prabowo dan Gerindra kepada anak muda. Apakah jabatan yang diberikan hanya sekadar simbol semata atau sudah memiliki fungsi yang signfikan seperti diletakkan pada kursi Bappilu," ujarnya.

Sementara itu, Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengingatkan Prabowo untuk mengevaluasi pendekatan ala militernya. Menurut Fahmi, apabila pendekatan ala militer yang dilakukan Prabowo memiliki dampak signifikan, maka seharusnya bisa memenangkan dia sejak Pilpres 2009, sejak Prabowo maju menjadi cawapres.

“Jika logikanya adalah semakin banyak didukung tokoh militer, maka peluang menang semakin besar, bukankah Prabowo yang jelas berlatar belakang militer dan didukung oleh banyak jenderal purnawirawan, tidak akan kalah pada pemilu-pemilu sebelumnya?" kata Fahmi mengingatkan.

Prabowo mencoba keberuntungan bertarung dalam pemilihan presiden sejak masih menjadi kader Partai Golkar. Pada Pemilu 2004 misal, ia bersaing dengan Akbar Tanjung, Wiranto, Aburizal Bakrie, Surya Paloh dalam Konvensi Capres Golkar. Namun, Prabowo hanya mendapatkan 39 suara dan Golkar akhirnya mengusung Wiranto.

Pada Pemilu 2009, Prabowo akhirnya bisa maju sebagai kandidat pilpres. Ia menjadi cawapres dari Megawati Soekarnoputri melawan dua kandidat lainnya, yaitu: SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Akan tetapi, pasangan Megawati-Prabowo ini kalah.

Pilpres 2014 sejatinya menjadi peluang bagi Prabowo karena tidak ada calon petahana. Saat itu, Prabowo berpasangan dengan Hatta Radjasa. Namun, lagi-lagi ia kalah dari pasangan calon Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Prabowo kembali maju sebagai capres pada Pemilu 2019 berpasangan dengan Sandiaga Uno melawan Jokowi-Ma’ruf Amin. Di pilpres kali ini ia kembali kalah dan akhirnya bergabung dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Bagaimana nasib Prabowo di Pilpres 2024?

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz