Menuju konten utama

Riuh Kongres Nasdem: Momen Anies & Jokowi Duduk di Satu Panggung

Pidato Jokowi di Kongres Nasdem dinilai masih berusaha mencari pengaruh terhadap elite parpol ketika sudah purna bakti sebagai seorang presiden.

Riuh Kongres Nasdem: Momen Anies & Jokowi Duduk di Satu Panggung
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kedua kiri) membuka Kongres ke-III Partai Nasdem di Jakarta, Minggu (25/8/2024). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/YU

tirto.id - “Rasanya, rasanya seperti rasa dulu yang pernah ada.”

Itulah curahan hati Presiden Joko Widodo (Jokowi) di hadapan ribuan kader Partai Nasdem dalam pembukaan Kongres III Nasdem, Minggu (25/8/2028) malam, disambut riuh. Digelar di JCC Senayan, Jakarta, Jokowi hadir mengenakan kemeja berwarna biru dongker, warna khas Nasdem.

Jokowi banyak bercerita tentang hubungannya dengan Surya Paloh, Ketua Umum DPP Nasdem, juga tak jarang melemparkan candaan yang berbau sindiran dalam pidatonya.

“Malam ini, saya merasa nostalgia kembali. Berdiri di sini, berada dalam satu ruangan bersama Bapak Surya Paloh, dengan Bang Surya, dan seluruh kader Partai Nasdem,” kata Jokowi mengawali pidatonya.

Jokowi hadir di lokasi Kongres III Nasdem sekitar pukul 18.44 sore. Surya Paloh langsung yang menyambut kedatangan Jokowi di depan salah satu pintu masuk JCC.

Dengan kedua tangan bertaut di belakang pinggang, Surya Paloh begitu menanti detik-detik kedatangan rombongan presiden. Ketika beberapa menit kemudian mobil Jokowi berhenti di depan gedung JCC, terbukalah tangan Paloh untuk menyambut kawan lamanya itu. Mereka saling berjabat tangan dan berbalas senyum sumringah.

“Tahun 2014, saya ingat betul, Nasdem adalah partai pertama yang mendeklarasikan saya dalam pencalonan sebagai presiden,” kenang Jokowi dalam pidatonya.

Pembukaan Kongres ke-III Partai Nasdem

Presiden Joko Widodo berpidato saat pembukaan Kongres ke-III Partai Nasdem di Jakarta, Minggu (25/8/2024). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/YU

Penyelenggaraan Kongres III ini dimaksudkan untuk memilih Ketua Umum Partai Nasdem. Kongres III Nasdem diadakan mulai 25-27 Agustus 2024 di Jakarta dengan tema ”Sinergi Membangun Bangsa”.

Ketua Panitia Kongres III, Ali Mazi, melaporkan gelaran pembukaan hajat itu dihadiri 10.300 peserta yang terdiri atas 7.300 anggota dan 3.000 peninjau.

Jokowi duduk di bangku paling depan dengan diapit Surya Paloh dan anaknya, Prananda Paloh. Tak jauh dari sisinya, juga ada Siti Nurbaya Bakar, kader Nasdem yang masih menjadi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan di kabinet Jokowi.

Di kursi-kursi terdepan juga diisi oleh politisi elite Nasdem seperti, Ahmad Sahroni, Herman Taslim, Ali Mazi, hingga Willy Aditya.

Dalam pidatonya, Jokowi juga sempat melempar candaan, seingat Mantan Gubernur DKI Jakarta itu, Surya Paloh adalah satu-satunya ketua umum parpol yang pernah dipayungi Jokowi selama menjabat sebagai presiden. Jokowi tak mempertegas kapan dan ketika momen apa, dirinya memayungi Surya Paloh saat hujan.

“Hujan deras sekali, saya memayungi Bang Surya. Tapi katanya karena terlalu basah bajunya, beliau agak masuk angin,” ucap Jokowi yang disambut dengan tawa para hadirin.

Setelah berhangat-hangat dengan kenangan bersama Nasdem dan Surya Paloh, isi pidato Jokowi menukik tajam dengan dibumbui sindiran halus. Misalnya, presiden senang Nasdem merapat mendukung Prabowo Subianto dan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan presiden dan wakil presiden terpilih.

Padahal, Nasdem sempat menjadi lawan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, karena masuk di dalam Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

“Walaupun tidak ikut mencalonkan tapi tetap mendukung penuh dan mengawal penuh keberlanjutan,” ungkap Jokowi.

Menurut Jokowi, perbedaan itu hal yang wajar dalam berpolitik. Ia menyinggung soal sering berbeda pendapat dengan Surya Paloh meskipun keduanya rajin bertemu. Bisa hari ini berjabat, kata Jokowi, namun seminggu kemudian saling berlawanan pendapat.

“Kami bisa saling mengerti, walau kadang-kadang setelah mengerti juga bingung sendiri-sendiri,” ujar Jokowi yang disambut gelak tawa peserta.

Tak luput Jokowi menekankan tentang pentingnya keberlanjutan pemerintahan. Menurutnya, mengambil sikap keberlanjutan bukan berarti hanya ikut-ikutan meneruskan. Melainkan soal kebersamaan koridor dan dengan tujuan yang sama.

Mantan Wali Kota Solo itu juga berseloroh bahwa umumnya sesuatu di awal akan datang beramai-ramai mendukung, tetap malah meninggalkan ramai-ramai di akhir. Hal ini seakan sindiran di akhir masa kepemimpinan Jokowi pada 20 Oktober 2024 mendatang.

“Biasanya datang [mendukung] itu ramai-ramai, terakhir begitu mau pergi [lengser], ditinggal ramai-ramai. Tapi saya yakin itu tidak dengan bapak Surya Paloh, tidak dengan Bang Surya,” tutup pidato Jokowi.

Jokowi Surya Paloh Tinjau IKN

Presiden Joko Widodo mengajak Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh berkeliling Ibu Kota Nusantara, Sabtu (17/8/2024).tirto.id/Irfan Amin

Orasi Pedas Paloh & Riuh Kedatangan Anies

Riuh bersambut ketika Ketua Umum DPP Nasdem, Surya Paloh, melangkahkan kaki ke podium untuk memberikan pengarahan dan orasi. Khas Paloh, diawali dengan tenang dan santai, orasi Paloh bereskalasi menjadi kritik yang tegas. Hal tersebut Paloh lontarkan di hadapan Jokowi.

Surya Paloh, misalnya, berterima kasih atas 10 tahun kepemimpinan Jokowi. Menurutnya, Jokowi sudahi memberikan pelajaran bagi Nasdem dalam berpolitik, bahwa niat baik saja bukan sebuah modal yang cukup dalam hidup.

“Niat baik itu sewajarnya dan [sudah] mestinya, tapi juga harus ada strategi yang tepat,” ucapan Paloh ini disambut tawa dan sorakan dari ribuan kader Nasdem peserta kongres.

Selain dihadiri Jokowi, beberapa pengurus parpol turut datang ke Kongres III Nasdem. Pantauan Tirto di lokasi, gelaran ini turut dihadiri Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia; Sekjen PAN, Eddy Soeparno; hingga Sekjen PKS, Aboe Bakar Al Habsy.

“Begitu niat baik saja [tetapi] strategi tidak tepat, nah Bung Bahlil itu bisa menjawabnya sebagai adik saya,” lanjut Paloh yang disambut tawa lebih kencang.

Paloh menegaskan bahwa masalah bangsa Indonesia adalah krisis suri ketauladanan. Para pemimpin dan elite bangsa, belum bisa dipegang konsistensi dari ucapan dan tindakannya.

Kendati demikian, Paloh menegaskan bahwa Nasdem akan mendukung keberlanjutan masa pemerintahan selanjutnya dan konsisten membersamai kabinet Jokowi hingga rampung.

Ia menegaskan bahwa persoalan-persoalan bangsa tidak selesai hanya dengan menambah produk undang-undang (UU). Alih-alih, sikap rajin membuat UU hanya akan berakhir dengan menyiasati produk legislasi itu sendiri.

“Kita terjebak untuk melihat betapa kita mulai mencoba menyiasati undang-undang. Ini yang menjadi permasalahan kita," terang Paloh.

Pernyataan Paloh secara tidak langsung dapat dikaitkan dengan situasi negara saat ini di mana muncul beberapa undang-undang yang dianggap kontroversial.

Beberapa undang-undang yang disahkan di era Presiden Jokowi tetapi membawa kontroversi antara lain Undang-Undang Cipta Kerja, Undang-Undang Minerba, revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana hingga revisi Undang-Undang KPK.

Terbaru, pemerintah dan DPR berencana merevisi Undang-Undang Pilkada (UU Pilkada) setelah Mahkamah Konstitusi mengubah syarat pencalonan sekaligus menegaskan batas umur kandidat saat penetapan sebagai peserta pemilu.

Akan tetapi, niat merevisi tersebut gagal terealisasi setelah DPR batal melaksanakan rapat paripurna atas revisi UU Pilkada tersebut.

“Untuk itu bangsa yang besar ini harus membangun kesadaran, menyatukan sinergi dan kekuatan. Karena tidak satu partai dan golongan pun yang mampu sendiri,” tutur Surya.

Di sisi lain, pantauan Tirto di lokasi memperlihatkan, sambutan paling ramai dan kencang dari peserta kongres justru tak terarah kepada pidato presiden Jokowi maupun Surya Paloh. Justru, kehadiran mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, di lokasi kongres yang membuat seisi ruangan Plenary Hall JCC Senayan, bergemuruh kencang.

Anies hadir mengenakan setelan batik berwarna cokelat dan disambut oleh elite Nasdem. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang sempat didukung Nasdem pada Pilpres 2024 itu datang lima menit lebih awal sebelum Jokowi sampai lokasi kongres.

Kehadirannya di JCC disambut dengan teriakan dari kader partai Nasdem yang menjadi peserta Kongres III. “Anies, Anies, Anies,” terucap dari ribuan kader Nasdem saat Anies Baswedan memasuki ruangan kongres.

“Nasdem butuh Anies,” teriak salah satu peserta kongres.

Anies dan Nasdem memang berpisah jalan di Pilkada 2024. Setelah gagal di Pilpres, Anies berkeinginan maju sebagai gubernur Jakarta. Namun, Nasdem yang sempat menyatakan akan mendukung Anies untuk Pilkada Jakarta, berputar haluan dengan masuk dalam Koalisi Indonesia Maju yang akan mengusung Ridwan Kamil-Suswono.

Selang beberapa lama Anies sampai dalam ruangan, Jokowi menyusul datang dengan sambutan langsung di depan JCC oleh Surya Paloh. Keadaan dalam ruangan kongres masih riuh menyambut dan meneriaki nama Anies.

Tak ayal sejumlah panitia kongres terlihat kewalahan dan panik meminta peserta berhenti meneriaki Anies. Hal itu mereka tunjukan lewat gestur telunjuk di mulut serta menyilangkan kedua tangan di udara yang tertuju kepada ribuan peserta kongres.

Ketika Jokowi melangkah memasuki ruangan kongres Nasdem, teriakan menyambut Anies masih sayup-sayup terdengar. “Hidup Anies,” teriak salah seorang peserta.

Kesempatan ini juga menjadi momen langka ketika Anies dan presiden Jokowi berada satu ruangan. Anies sering diasumsikan sebagai antitesa dari pemerintahan Jokowi. Namun, usai kongres, Jokowi terlihat menyalami sejumlah tokoh yang hadir, termasuk kepada Anies.

“Ada saat di mana kita bisa berjalan bareng, ada saat di mana kita tidak bisa berjalan bareng. Tapi bukan berarti kemudian persaudaraan selesai, persahabatan selesai, dijaga terus,” kata Anies usai acara ketika ditanya wartawan soal alasan kehadirannya di kongres.

Pembukaan Kongres ke-III Partai Nasdem

Politisi Anies Baswedan (tengah) tiba untuk mengikuti pembukaan Kongres ke-III Partai Nasdem di Jakarta, Minggu (25/8/2024). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/YU

Di Balik Peristiwa

Manajer Riset dan Program dari The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Arfianto Purbolaksono, menilai isi dari pidato Jokowi dan Surya Paloh menggambarkan dinamika hubungan Nasdem dengan pemerintahan.

Hal ini menunjukkan, meskipun koalisi parpol pemerintah gemuk, tidak menjamin hubungan tersebut berjalan lancar hingga akhir.

Keresahan Surya Paloh yang tercurah dalam pidatonya juga memperlihatkan bagaimana ia dan Nasdem merespons posisi di kabinet Jokowi. Saat ini, menteri dari Nasdem berkurang drastis dengan dua orang kader yang sudah terjerat korupsi ketika periode kedua Jokowi.

“Partai Nasdem yang merupakan koalisi dari pemerintahan Jokowi dan di dalamnya pasti ada persaingan. Apakah ada intrik, ada persoalan-persoalan yang itu jauh dari informasi publik,” kata Anto kepada reporter Tirto, Senin (26/8/2024).

Adapun kehadiran Anies, kata Anto, tak bisa dilihat naif tentang seorang tokoh yang berkunjung atau melakukan silaturahmi semata. Kehadiran Anies menegaskan bahwa dia masih perlu sokongan dari partai politik karena keberadaannya untuk terjun di dunia politik akan semakin sering.

“Beliau tidak ingin pensiun dini dari peta politik, dinamika politik, ya terutama elektoral, politik elektoral Indonesia. Yang pada artinya sebenarnya dia harus tetap berusaha untuk menjaga peluangnya,” ujar Anto.

Sementara itu, Ahli komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo, memandang pidato Jokowi seolah curahan hati agar parpol-parpol tidak meninggalkannya meski sudah akan lengser. Ia menilai Jokowi masih berusaha mencari pengaruh terhadap elite parpol ketika sudah purna bakti sebagai seorang presiden.

“Dan jangan lupa budi baik yang sudah dilakukan oleh Pak Jokowi terhadap Nasdem selama ini gitu. Mungkin itu pesannya,” ujar Kunto kepada reporter Tirto, Senin (26/8/2024).

Ia menilai, sambutan besar partai Nasdem terhadap kedatangan Anies menjadi peluang besar bagi mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Menurutnya, Anies juga bukan orang asing di Nasdem karena ia merupakan pembaca manifesto pendirian parpol tersebut.

“Kalau soal sambutan ke Anies lebih besar daripada Jokowi ya yang satu masih punya peluang besar ke depan. Yang satu sudah habis masa jabatan kan beda jelas,” terang Kunto.

Baca juga artikel terkait NASDEM atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - News
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Bayu Septianto