tirto.id - Tirto merangkum demonstrasi massa pada 25-29 Agustus 2025 yang berakhir ricuh. Jatuhnya korban jiwa akibat kekerasan aparat kepolisian memperburuk situasi, menyebabkan aksi unjuk rasa menyebar ke berbagai wilayah.
Hingga Jumat (29/8) demonstrasi massa masih berlangsung di sejumlah tempat. Hari ini menandai hari pertama eskalasi aksi unjuk rasa usai meninggalnya seorang pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, karena ditabrak dan dilindas mobil rantis Brimob.
Sebelumnya, rangkaian demonstrasi massa yang terjadi sejak Senin (25/8) terjadi dalam momentum merebaknya isu besaran gaji dan tunjangan anggota DPR yang jadi perbincangan publik.
Pasca penyelenggaraan HUT ke-80 RI pada 17 Agustus 2025, isu besaran gaji dan tunjangan DPR RI bergulir. Masyarakat merasa besaran gaji dan tunjangan para anggota dewan dinilai terlalu berlebihan.
Kemudian, menjelang Senin (25/8), seruan untuk menyelenggarakan demonstrasi massa menuntut pembubaran DPR RI beredar luas di internet. Di media sosial, ajakan untuk turun ke jalan disebarkan akun-akun berpengikut ribuan. Lalu, pada Senin, demonstrasi massa terjadi dan kemudian berlanjut hingga Jumat.
25 Agustus: Dari Gedung DPR RI
Bermula dari seruan demonstrasi massa pada 25 Agustus, sejumlah massa berkumpul di depan gerbang Gedung DPR/MPR RI pada Senin.
Massa mulai memadati area depan gedung DPR RI pada Senin siang. Di sana, massa aksi menyuarakan tuntutan terkait gaji dan tunjangan anggota dewan, sementara kepolisian menerjunkan 1.250 personel gabungan untuk mengamankan Gedung DPR/MPR RI di Senayan.
Demonstrasi massa ini kemudian berakhir ricuh. Massa yang mencoba merangsek masuk gedung DPR dihalau dan dipukul mundur polisi dengan water canon.
Setelah sempat mereda, massa aksi kembali mencoba masuk area Kompleks Parlemen pada Jumat petang. Bentrokan antara massa aksi dan aparat kepolisian pun terjadi di sekitaran fly-over Slipi.
Selain water canon, polisi juga mengerahkan pasukan berseragam lengkap dengan tameng serta berulang kali menembakkan gas air mata. Sekitar pukul 20.12 WIB, massa aksi relatif sudah dibubarkan polisi.
Pada Selasa (26/8) keesokan harinya, polisi merilis pernyataan telah menangkap 351 orang yang terlibat demonstrasi massa.
Dari jumlah orang yang ditangkap itu, 196 di antaranya berstatus pelajar sekolah menengah. Setelah semalaman ditahan oleh Polda Metro Jaya, para pelajar yang ditangkap itu dibebaskan pada Selasa sore.
Demonstrasi pada Senin tersebut turut disulut oleh pernyataan beberapa anggota dewan yang dinilai tidak tepat dalam memilih diksi.
Salah satunya adalah pernyataan anggota DPR RI Ahmad Sahroni yang menyatakan narasi pembubaran DPR merupakan pikiran orang "tertolol sedunia".
Belakangan, Sahroni mengklarifikasi bahwa ucapannya itu tidak ditujukan kepada masyarakat, tetapi sebagai penjelasan dampak yang terjadi jika DPR benar-benar bubar.
28 Agustus: Affan Meninggal karena Represi Aparat
Setelah demonstrasi pada Senin dilakukan, unjuk rasa ganti dilakukan oleh massa buruh pada Kamis (28/8). Demonstrasi ini diinisiasi oleh Partai Buruh dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).
Massa buruh berunjuk rasa untuk menuntut penghapusan skema pekerja outsourcing dan peningkatan upah minimum.
Aksi buruh itu berlangsung damai pada Kamis siang. Sekitar pukul 13.30 WIB, massa buruh yang berkumpul di depan Gedung DPR/MPR RI sudah berangsur membubarkan diri.
Kemudian pada Kamis sore, massa beratribut mahasiswa ganti datang ke depan Kompleks Parlemen di Senayan. Berbeda dengan massa buruh, massa aksi pada Kamis sore menuntut reformasi di tubuh DPR RI.
Massa terkumpul di depan Gedung DPR sekitar pukul 15.00 WIB. Namun, tak berlangsung lama, polisi segera melakukan operasi pukul mundur sekitar pukul 15.40 WIB.
Polisi menggunakan water canon dan penembakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan di depan Gedung DPR RI. Kericuhan pun terjadi secara sporadis.
Massa yang tadinya berkumpul di depan Gedung DPR kemudian terpecah ke dua arah, yakni ke Jalan Asia Afrika dan ke sekitaran Pejompongan. Di dua titik tersebut, tembakan gas air mata polisi dibalas lemparan batu dan kembang api dari massa.
Kericuhan terus terjadi hingga Kamis malam. Sekitar pukul 19.27 WIB, seturut laporan reporter Tirto di lokasi, insiden penabrakan terjadi.
Insiden itu terjadi di sekitaran wilayah Bendungan Hilir. Sebuah mobil rantis milik satuan Brimob melaju kencang ke arah kerumunan massa aksi yang berkumpul di tengah jalan.
Massa pun berlarian menghindar. Namun, seorang pengemudi ojol tak dapat menghindar dan ditabrak mobil rantis. Bukan berhenti, rantis Brimob tersebut justru terus melaju melindas pengemudi ojol.
Pengemudi yang dilindas rantis itu adalah Affan Kurniawan (21). Ia meninggal setelah sempat dibawa ke Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Peristiwa itu menyulut amarah massa. Ratusan pengemudi ojol kemudian mendatangi Markas Brimob di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Mereka datang untuk menuntut keadilan atas kematian rekan sejawat.
Kondisi di Markas Brimob di Kwitang sempat ricuh pada Kamis malam. Peristiwa kematian Affan Kurniawan juga menyulut kemarahan publik atas mekanisme penanganan aksi oleh polisi.
29 Agustus: Aksi Susulan di Brimob Kwitang hingga Berbagai Daerah
Kemarahan publik atas meninggalnya Affan Kurniawan kemudian menyulut aksi massa di sejumlah daerah pada Jumat (29/8).
Di Jakarta, massa ojol terbelah menjadi dua. Sebagian massa berunjuk rasa di Markas Brimob di Kwitang, sementara yang lain berunjuk rasa bersama kelompok mahasiswa di Polda Metro Jaya.
Unjuk rasa di Markas Brimob di Kwitang berlangsung ricuh. Sejak Jumat sore, polisi menembakkan gas air mata ke arah massa ojol. Sementara massa terus mencoba kembali masuk area Markas Brimob.
Kericuhan di Markas Brimob kemudian terjadi hingga Jumat malam. Tembakan gas air mata dari dalam markas dibalas lemparan benda dan kembang api.
Sementara itu, unjuk rasa di Mapolda Metro Jaya disertai peristiwa pembobolan gerbang. Massa yang didominasi mahasiswa dan ojol itu memaksa untuk menerobos gerbang yang dijaga polisi.
Setelah jebol massa sempat menyuarakan tuntutan untuk mereformasi Polri. Hingga pukul 17.30 WIB, massa mahasiswa masih bertahan di Mapolda Metro Jaya.
Demonstrasi massa tak hanya terjadi di Jakarta. Sejumlah daerah lain juga menggelar aksi serupa sebagai bentuk solidaritas atas meninggalnya Affan Kurniawan.
Di Solo, unjuk rasa oleh ojol di Markas Brimob Batalyon C Surakarta berakhir ricuh. Massa yang menjebol gerbang dibalas tembakan gas air mata.
Di Yogyakarta, aksi massa juga digelar di Mapolda DIY. Gerbang Mapolda DIY berhasil diterobos massa aksi, sejumlah benda terbakar di halaman Mapolda.
Kericuhan juga terjadi di Bandung, Jawa Barat pada Jumat. Bentrokan terjadi di sekitar Gedung DPRD Jawa Barat. Unjuk rasa serupa juga terjadi di daerah lainnya, seperti Surabaya, Semarang, Makassar, Aceh, dan Medan.
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan
Masuk tirto.id

































