Menuju konten utama

PUPR Akui Baru 20% Rumah Tangga Bisa Akses Air Minum Aman

Endra mengeklaim bahwa akses minum aman 20 persen menandakan air minum yang dikonsumsi masyarakat masih belum bebas bakteri.

PUPR Akui Baru 20% Rumah Tangga Bisa Akses Air Minum Aman
Warga membawa jarigen berisi air bersih dengan perahu ketinting yang diambil dari sumur galian di Desa Tawabi, Kecamatan Bacan Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Selasa (28/5/2024). ANTARA FOTO/Andri Saputra/tom.

tirto.id - Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan, Endra Saleh Atmawidjaja, membeberkan, akses air minum aman oleh rumah tangga mencapai angka 20 persen dari target pemerintah yang sebesar 100 persen pada 2045. Sementara itu, akses air minum layak di Indonesia baru mencapai 91 persen, dari target 100 persen pada 2030.

"Air minum layak itu artinya masyarakat enggak nyari sendiri. Kalau 91 persen itu artinya masih ada yang ambil air dari sumur, masih ke gunung-gunung," kata Endra dalam acara Indonesia Water Forum 2024, di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/8/2024).

Endra mengatakan, besaran akses minum aman hanya 20 persen menandakan air minum yang dikonsumsi masyarakat masih belum bebas bakteri, apalagi sanitasi air minum melalui jaringan perpipaan baru mencapai 5 persen.

Endra mengakui, pengelolaan air saat ini masih dihadapkan oleh berbagai masalah. Ia beralasan, tidak semua ketersediaan air dilakukan oleh perusahaan daerah air minum (PDAM) maupun perusahaan umum daerah (Perumda).

"Penyediaannya ada dari Kotaku, Pamsimas. Tak semua dikelola Perumdas, tapi ada yang berbasis komunitas," imbuhnya.

Dengan kondisi ini, tidak hanya kualitas air minum yang belum merata, tetapi perluasan akses air minum, teruma air minum aman masih belum bisa terealisasi dengan baik. Pada saat yang sama, pengelolaan air minum juga membutuhkan aset dan investasi besar. Pun dengan ketersediaan air baku, regulasi serta kemudahan perizinan.

"Penyediaan air minum tidak efisien dan tidak sepenuhnya transparan. Artinya tidak efisien itu banyak counter pro water dan eh kebocoran dari sisi teknis maupun administratif," aku Endra.

Anak buah Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono itu menambahkan, kondisi pengelolaan air minun di Indonesia masih setara dengan di Portugal 30 tahun silam. Pada saat itu, tepatnya di tahun 1933, layanan air minum yang mana masih berada di kisaran 50 persen untuk layanan dan kurang dari 15 persen untuk sanitasi air minum.

"Dari berbagai referensi di dunia, itu mengenai kondisi Indonesia saat ini yang mirip dengan kondisi di Portugal 30 tahun lalu," imbuh Endra.

Namun, Portugal saat ini telah berhasil meningkatkan layanan air minumnya hingga 95 persen dan 86 persen untuk sanitasi air minum di bawah perusahaan holding perusahaan air minum milik pemerintah, Aguas de Portugal.

"Jadi, ini yang kita perlu pelajari. Tentunya kita tidak meniru, tapi kita pelajari dan kita adaptasikan dengan konteks lokal," ujar dia.

Baca juga artikel terkait KRISIS AIR BERSIH atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Andrian Pratama Taher