Menuju konten utama

Kumpulan Puisi tentang Palestina dan Kisah Sedih Anak-Anak Kecil

Puisi tentang Palestina dapat dipakai sebagai pelengkap orasi bela Palestina, pidato, ceramah, atau sekedar caption #SavePalestina di media sosial.

Kumpulan Puisi tentang Palestina dan Kisah Sedih Anak-Anak Kecil
Sejumlah peserta aksi menunjukkan poster yang bertulis solidaritas terhadap Palestina di simpang lima DPRD Provinsi Sumsel Palembang, Sumsel, Senin (16/10/2023). ANTARA FOTO/Feny Selly/hp.

tirto.id - Puisi tentang Palestina dapat dipakai sebagai pelengkap orasi bela Palestina, pidato, ceramah, atau sekedar caption #SavePalestina di media sosial.

Konflik antara Palestina dan Israel mempunyai sejarah panjang. Sempat beberapa kali konflik dengan negara dataran Timur sana pada pertengahan abad ke-20, Israel kemudian berseteru dengan Palestina mulai 1987.

Konflik Israel-Palestina terus memanas sepanjang bulan Oktober tahun ini. Dikutip dari AP News, pada 30 Oktober 2023 terdapat ribuan korban meninggal dari kubu Palestina. Mereka kebanyakan masih anak-anak dan para perempuan.

Kumpulan Puisi Tentang Palestina yang Menyentuh Hati

Terdapat beberapa puisi tentang Palestina yang dapat dipakai untuk caption media sosial atau sebagai pelengkap orasi bela Palestina.

Berikut ini daftar kumpulan puisi yang menyentuh hati tersebut.

Puisi Palestina 1: “Tanah Ini Milik Kami”

Judul: “Tanah Ini Milik Kami”

Oleh: Ahmad Mathar (diterjemahkan Ravi Hamadah)

Makanan anak-anak kami di sini dihambur-hamburkan oleh yang mulia keledai

di tempat-tempat perjudian

karena merasa bahwa onta kakeknya

telah melewati sumur-sumur ini sebelum yang lainnya

Wahai orang-orang terhormat

Tanah ini milik kami

Tanaman di atasnya milik kami

Minyak mentah di bawahnya milik kami

dan segala yang ada di tanah ini

dulu dan yang akan datang adalah milik kami

Tapi mengapa dalam kedinginan, kami hanya berbusana ketelanjangan?

Mengapa dalam lapar, kami hanya menyantap kelaparan?

Mengapa kami tenggelam di tengah kubangan hitam di sumur-sumur ini?

Untuk mencetak kemelaratan kami menjadi kehangatan bekal hidup dan kekayaan demi anak-anak Jaddah

Puisi 2: Palestina, Bagaimana Aku Melupakanmu

Judul: Palestina, Bagaimana Aku Melupakanmu

Oleh: Taufik Ismail

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh

menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamar tidurku

bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan

mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat

sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari

kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan

khatulistiwa, yang dirampas mereka.

Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah

tanah dan sepatu sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita

semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil

belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan

yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi

air mataku,

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu,

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka,

menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi

pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa

anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka – tapi saksikan

tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan

rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret

tubuh si zalim ke neraka.

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim

Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang

dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup

dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu,

darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi

‘Allahu Akbar!’

dan

‘Bebaskan Palestina!’

Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta,

menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki

tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara,

membangkangi resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia,

membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat,

Ahmad Yassin dan semua pejuang negeri anda, aku pun

berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan

kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang

menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara,

lalu dengan kukuh kita bacalah

‘la quwwatta illa bi-Llah!’

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu

Tanahku jauh, bila diukur kilometernya, beribu-ribu

Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu

Serasa terngiang-ngiang di telingaku.

Aksi dukungan untuk Palestina

Sejumlah orang yang tergabung dalam Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan aksi damai menyuarakan dukungan untuk Palestina di Titik Nol Km, Yogyakarta, Jumat (13/10/2023). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/aww.

Puisi 3

Judul: “Palestina”

Oleh: Nurhajah Sintia

AFWAN YA IKHWAN…

Tersentak ku tersadar akan duka saudaraku di Palestina

Saudaraku …Maafkan kami

Di saat engkau berjuang di medan perang

bersimbah darah dan air mata melawan penjajah zionis Israel yang zalim

Kami malah sibuk main game perang-perangan di gadget kami

yang mencandu sampai ke jiwa dan hati kami.

Saudaraku …maafkan kami

Di saat kamu bersusah payah mendapatkan sepotong roti untuk bertahan hidup

Kami malah menyia-nyiakan dan menghambur-hamburkan makanan

Saudaraku…. maafkan kami

Di saat engkau membutuhkan pakaian hangat pelindung tubuh dari dinginnya malam

Kami malah berfoya-foya membeli baju yang sebenarnya tidak terlalu kami butuhkan dan hanya

sebagai pemuas hawa nafsu belaka

Saudaraku …maaf kan kami

Di saat engkau menginginkan berlajar bermain bersama di sekolah namun tidak bisa

karena bangunannya sudah di roboh oleh rudal-rudal zionis

Kami malah malas belajar, durhaka kepada guru, tawuran dan cabut dari sekolah.

Saudaraku … maaf kan kami

Di saat engkau merindukan dekapan hangatnya pelukan Ayah dan Ibu

Kami malah durhaka kepada Ayah dan Ibu, tidak mengindahkan nasehatnya dan melawan kepadanya

Malu, semalunya kami kepada mu wahai saudaraku,

ingatkan kami jika kami lupa,

sadarkan kami jika kami khilaf.

Baca juga artikel terkait ISRAEL PALESTINA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani