tirto.id - Demi menemukan karakter psikopat paling realistis dalam film, psikiatris asal Belgia Profesor Samuel Leistedt bersama 10 rekannya melakukan riset dengan menonton film yang dirilis antara tahun 1915–2010. Setelah menonton 400 film, terkumpul 126 karakter (21 perempuan dan 105 laki-laki) psikopat yang memenuhi standar riset mereka.
Lalu siapa juaranya? Anton Chigurh, tokoh pembunuh bayaran dari film No Country for Old Men (NCFOM), film monumental karya Coen Brothers tahun 2007.
Riset yang diberi judul "Psychopathy and the Cinema: Fact or Fiction?" dan dimuat dalam Journal of Forensic and Sciences Volume 59, Issue1 (Januari 2014) itu pada dasarnya merupakan upaya untuk menyelidiki bagaimana jejak karakter psikopat dalam konteks film populer. Seratus dua puluh enam karakter yang terpilih tadi kemudian dikelompokkan berdasarkan tindakan realistik dan akurasi klinis dari profil mereka. Selain para psikiater forensik senior, penelitian ini juga melibatkan banyak kritikus film.
Chigurh mengungguli beberapa karakter psikopat lain seperti Hans Beckert (M) dan Henry Lee Lucas (Henry: Portrait of a Serial Killer). “Dia contoh psikopat klasik (psikopat yang bisa membunuh tanpa rasa bersalah). Ia terlihat kebal terhadap segala jenis emosi dan rasa kemanusiaan,” demikian keterangan dalam penelitian tersebut, sebagaimana dikutip Business Insider.
Segala yang tampak dari karakter yang diperankan oleh Javier Javier Bardem dan berhasil meraih penghargaan 'Best Supporting Actor' di Academy Award 2008 ini adalah keanehan: rambut culun bergaya bob, sorot mata yang kosong ketika tertawa, dan selalu menenteng pistol baut (Air-Injection Stunning): sebuah alat yang biasa digunakan di rumah jagal untuk membunuh hewan ternak seperti domba atau sapi.
Kengerian akan sosok Chigurh tampak dari sepanjang adegan ketika ia memburu Llewelyn Moss (diperankan oleh Josh Brolin). Penonton akan dibuat bergidik heran melihat betapa entengnya ia membunuh (sekaligus tidak membunuh) orang secara acak. Misalnya ketika ia membunuh seorang bapak yang diberhentikannya di jalan atau bagaimana ia urung menghabisi nyawa seorang kasir sekaligus pemilik toko hanya karena orang itu menang dalam undian koin yang dilakukan Chigurh.
Akan tetapi, karakter psikopat Chigurh paling jelas terlihat dari tingkat fokus dan ketenangannya yang di atas rata-rata kala memburu Moss. Bahwa tujuannya adalah Moss, maka ia akan mengenyahkan gangguan apapun, termasuk tawaran uang dalam jumlah besar yang diberikan oleh Carson Wells (Woody Harrelson), pembunuh bayaran lain yang ditugasi untuk menghabisi Chigurh dan melacak keberadaan koper yang dibawa Moss. Chigurh akhirnya berbalik memburu Wells dan berhasil membunuhnya di sebuah kamar hotel.
Salah satu sosok karakter psikopat fiksi yang dapat menandingi Chigurh adalah Villanelle (diperankan dengan luar biasa oleh Jodie Comer): seorang pembunuh bayaran—di dalam novel ia justru menjadi protagonis—dalam serial Killing Eve. Villanelle bisa jadi “melampaui” kengerian Chigurh karena selain penuh muslihat, ia mampu mengemas adegan pembunuhan sebagai sesuatu yang benar-benar lucu dan selayaknya aktivitas sehari-hari belaka.
Persoalannya, banyak yang menyebut psikopat sebagai sosiopat dan vice versa, kendati terdapat beberapa perbedaan fundamental di antara dua jenis karakter ini.
Beda Psikopat dan Sosiopat
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, buku panduan resmi para dokter dan psikolog untuk diagnosis psikologis yang dirilis oleh American Psychiatric Association (APA), dijelaskan bahwa sosiopat dan psikopat adalah dua tipe gangguan mental jenis Antisocial Personality Disorders (ASPD) dan ditempatkan dalam kategori spesifik: amat manipulatif. Mereka juga sama-sama memiliki minim rasa penyesalan, empati, tanggung jawab terhadap orang lain dan kerap mengabaikan hukum serta norma sosial.
Seorang psikopat akan sangat mudah berbaur dan menempatkan diri mereka dalam komunitas sekitar. Mereka umumnya memiliki kecerdasan di atas rata-rata dalam memikat lawan bicara. Selain itu, seorang psikopat juga mampu meniru emosi, kendati tidak mampu merasakannya. Luar biasanya lagi, orang lain tidak akan menaruh curiga dan menganggap apa yang mereka lakukan normal belaka.
Namun demikian, yang terbaik dari seorang psikopat adalah kemampuannya memperhitungkan sifat manipulatif dengan amat terperinci. Itulah kenapa kemudian sebuah studi tahun 2002 dari National Center for Biotechnology Information (NCBI) menunjukkan bahwa 93,3% dari kasus pembunuhan psikopat telah direncanakan. Ketika melakukan pembunuhan, amat mungkin mereka menikmatinya karena ketiadaan empati saat menyaksikan orang lain kesakitan.
Minimnya rasa takut dan penyesalan seorang psikopat dipengaruhi oleh lesi pada bagian otak yang dikenal sebagai amigdala: sebuah bagian yang bertanggung jawab atas persepsi emosi, agresi pengendali, serta mengatur memori. Kerusakan tersebut biasanya terjadi karena turun temurun atau bawaan lahir. Demikian menurut analisis Aaron Kipnis, seorang PhD psikolog klinis yang juga menulis buku berjudul The Midas Complex.
Dengan komposisi kerusakan semacam itu, tak perlu diherankan jika seorang psikopat memiliki ketenangan yang luar biasa ketika melakukan kejahatan. Adegan kabur dari penjara yang dilakukan Hannibal Lecter dalam film Silence of The Lambs adalah salah satu contoh terbaik. Semakin terdesak kondisinya, seorang psikopat justru akan semakin tenang.
Sementara itu, kendati kelainan sosiopat juga bisa timbul akibat faktor cacat otak bawaan selayaknya psikopat, pola asuhan orang tua ternyata memiliki peran yang lebih besar dalam perkembangan gangguan mental ini. Umumnya kondisi sosiopat dapat terdiagnosis pada usia 18 tahun ke atas. Namun, sebelum usia 15 tahun, orang dengan sosiopat biasanya pernah melakukan pelanggaran hukum berulang, berbohong dan menipu, mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Sosiopat juga memiliki bentuk emosi yang labil dan sangat impulsif. Mereka juga lebih tidak sabaran, cenderung spontanitas, serta minim persiapan yang mendetail dalam hal apapun. Walhasil, kejahatan seorang sosiopat cukup mudah terdeteksi karena mereka memang sembrono dan tidak cukup pintar untuk menutupi jejak atau merancang strateginya.
Ciri sosiopat makin kentara karena ketika kejahatan atau kebohongannya terbongkar, mereka biasanya akan lekas marah dan jengkel karena memang tidak mampu mengendalikan ekspresi dengan baik. Berbeda dengan psikopat yang lebih mampu memanipulasi keadaan, sekalipun hal tersebut juga dilakukan demi menunjukkan betapa dirinya tidak merasa bersalah.
Pada akhirnya, psikopat memiliki keunggulan yang lebih baik daripada sosiopat dalam merencanakan kejahatan. Mereka pun juga tidak kenal rasa takut, tidak memiliki empati, serta tidak mampu membedakan mana yang benar dan yang salah. Sedangkan sosiopat cenderung masih memiliki semuanya. Hanya saja, dalam titik tertentu, mereka juga cenderung tidak mempedulikan hal tersebut.
Editor: Windu Jusuf