Menuju konten utama

Profil Tuan Rondahaim Saragih Garingging Pahlawan Nasional 2025

Tuan Rondahaim Saragih Garingging ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional 2025. Cek profil lengkah & kisah perjuangannya di artikel ini.

Profil Tuan Rondahaim Saragih Garingging Pahlawan Nasional 2025
Presiden Prabowo Subianto (kedua kiri) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (kiri) memimpin Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci Hari Pahlawan 2025 di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, Minggu (9/11/2025). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/sgd

tirto.id - Tuan Rondahaim Saragih Garingging resmi ditetapkan sebagai pahlawan nasional 2025. Penetapan gelar kepahlawanan ini diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pelaksanaan upacara Peringatan Hari Pahlawan Nasional pada Senin (10/11) di Istana Negara.

Penetapan ini dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK Tahun 2025. Melalui keputusan penetapan pahlawan nasional, Tuan Rondahaim Saragih Garingging resmi menjadi pahlawan nasional pertama asal Simalungun, Sumatra Utara.

Ia merupakan pahlawan nasional yang berasal dari tanah Sumatra Utara. Ia dikenal sebagai seorang raja yang gigih memperjuangkan wilayahnya dalam melawan penjajah Belanda.

Tuan Rondahaim Saragih Garingging adalah raja ke-14 dari Kerajaan Raya (Simalungun). Sosoknya dinilai telah berperan dalam memimpin dan melakukan perjuangan mempertahankan wilayah Indonesia dari penjajahan Belanda.

Perjuangan Tuan Rondahaim Saragih Garingging

Tuan Rondahaim Saragih Garingging adalah raja ke-14 dari Kerajaan Raya (Simalungun). Keberanian dan perjuangannya dalam melawan penjajah Belanda membuatnya dijuluki oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai Napoleon der Bataks (bahasa Indonesia: Napoleon-nya orang-orang Batak).

Pribadinya dikenal gigih dalam menyalakan semangat api perlawanan terhadap penjajah Belanda. Hingga akhir hayat, Tuan Rondahaim berhasil mempertahankan wilayahnya dari gangguan Belanda.

Bahkan Kerajaan Raya tidak pernah takluk kepada Belanda selama masa pemerintahan Tuan Rondahaim Saragih Garingging. Masa perjuangan Tuan Rondahaim Saragih Garingging berlangsung pada tahun 1880 hingga 1891.

Selama tahun 1874 hingga 1878, pemerintah Belanda mulai melakukan intervensi wilayah. Mereka secara sepihak membuka perkebunan di wilayah yang dihuni oleh masyarakat Simalungun.

Tuan Rondahaim Saragih Garingging yang mengetahui hal tersebut pun berjuang dengan berbagai cara untuk melawan penjajah Belanda. Perjuangan ia awali dengan mulai mempersiapkan pasukan untuk digembleng dalam pelatihan militer supaya dapat mempersiapkan diri menghadapi pertempuran.

Guru-guru perang pun didatangkan dari wilayah Tanah Gayo, Alasa, dan Aceh ke Raya untuk mendidik pasukannya. Bahkan tokoh pejuang lainnya pun turut andil dalam menggembleng pasukan Kerajaan Raya.

Mulai dari tokoh Tengku Muhammad dari Aceh hingga Si Singamangaraja ke-XII dari Bakkara didatangkan ke Dalig Raya untuk membahas strategi perang menghadapi Belanda. Tuan Rondahim juga menjalin komunikasi dengan Kesultanan Lima Laras (Batubara) untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan.

Banyak pasukan yang dipimpin, seperti pasukan Panei, Siantar, Silou dan Padang untuk melawan Belanda yang hendak menguasai wilayahnya. Selain memperkuat pertahanan dengan pasukan militer, Tuan Rondahaim juga melakukan upaya-upaya diplomasi.

Ia dikenal kuat membangun jejaring dengan Kerajaan Padang, Asahan, Batubara, dan Bajalinggei untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda yang telah menguasai pesisir Sumatera Timur. Berbagai upaya digalakkan untuk mengusir penjajah Belanda dari tanah Sumatra.

Tuan Rondahaim juga dikenal sebagai ahli strategi. Serangan gerilya di hutan dan pegununungan Simalungun ia pimpin dengan sigap dan cemat.

Pengetahuan lokal yang ia miliki sangatlah membantu untuk melakukan penyerapan mendadak, memutus jalur logistik musuh, dan melindungi rakyat dari pajak paksa dan kerja rodi. Geliat perjuangan pun meluas hingga wilayah Sumatra Timur dan Aceh.

Rapat dan kuatnya pertahanan Kerajaan Raya membuat Belanda berhasil dipukul mundur dari tanah Sumatra. Dengan demikian, Tuan Rondahaim berhasil mengamankan wilayahnya sampai dengan akhir hayatnya.

Profil Tuan Rondahaim Saragih Garingging

Presiden pimpin Upacara Ziarah Nasional Hari Pahlawan

Presiden Prabowo Subianto (kiri) bersiap meletakan karangan bunga saat memimpin Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci Hari Pahlawan 2025 di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, Minggu (9/11/2025). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/sgd

Tuan Rondahaim Saragih Garingging lahir di Juma Simandei, Sinondang, Pamatang Raya, ibu kota Kerajaan Raya pada tahun 1828. Ia merupakan putra dari pasangan Tuan Jinmahadim Saragih Garingging gelar Tuan Huta Dolog dan Puang Ramonta boru Purba Dasuha.

Ayahnya merupakan penguasa Partuanan Raya dan ibunya merupakan putri dari Guru Raya. Figur ibunya merupakan seorang selir dari Tuan Jimmahadim sehingga kehidupan Rondahaim dan ibunya serba kekurangan.

Masa kecil Rondahaim didampingi oleh keempat pamannya, yakni Guru Murjama, Guru Onding, Guru Nuan, dan Guru Juhang. Pengalaman belajar bahasa Melayu dan ilmu pemerintahan Rondahaim berlangsung selama ia tinggal di Kerajaan Padang.

Ketika Rondahaim berusia 12 tahun, ayahnya meninggal dunia. Kekuasaan ayahnya kemudian digantikan oleh pamannya, Tuan Murmahata Saragih Garingging gelar Tuan Sinondang sebagai pemangku raja. Tuan Murmahata ini kemudian menikahi ibu Rondahaim.

Selama menjadi raja, ia aktif melakukan upaya ekspansi wilayah kekuasaan dan menentang keberadaan penjajah Belanda di tanah Sumatra. Ia aktif memimpin berbagai pertempuran untuk mengusir Belanda, seperti pertempuran yang berlangsung pada 21 Oktober 1887 di Dolok Merawan dan 12 Oktober 1889 di Bandar Padang.

Perjuangan Raja Rondahaim membuahkan hasil. Belanda pun sukses dipukul mundur dari tanah Kerajaan Raya pada tahun 1887.

Akhir Hidup Tuan Rondahaim Saragih Garingging

Sejak serangan ke Bajalinggei pada bulan Februari 1888, tidak ada lagi konflik terbuka antara pasukan kolonial Belanda dengan pasukan Tuan Rondahaim. Dalam perjalanannya, ia harus menghadapi pemberontakan internal di wilayah kekuasaannya.

Dua orang bangsawan menduduki beberapa kampung di wilayah kekuasannya dan melakukan kontak dengan Belanda. Ia harus terus menyalakan api perjuangan melawan Belanda.

Di sisi lain, kondisi kesehatannya berangsur-angsur menurun. Seluruh tubuh Tuan Rondahaim membengkak dan tidak dapat diobati oleh satu pun tabib di Raya.

Pada Juli 1891, Tuan Rondahaim meninggal dunia di Rumah Bolon Raya. Berdasarkan catatan Jaulung Wismar Saragih, kepergian Tuan Rondahaim diratapi oleh semua orang di Raya.

Penghargaan atas Jasa Tuan Rondahaim Saragih Garingging

Presiden pimpin Upacara Ziarah Nasional Hari Pahlawan

Presiden Prabowo Subianto (tengah) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf (kanan) memimpin Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci Hari Pahlawan 2025 di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, Minggu (9/11/2025). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/sgd

Kegigihan Tuan Rondahaim dalam mempertahankan wilayah Sumatra dari penjajah Belanda merupakan perjuangan besar bagi bangsa. Jasa-jasa perjuangan melawan kolonial Belanda membuatnya diberi berbagai tanda kehormatan.

Ia mendapat tanda kehormatan berupa Bintang Jasa Utama dari Presiden B.J. Habibie pada 13 Desember 1999. Penetapan ini didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 077/TK/Tahun 1999.

Namanya pun ditetapkan sebagai nama rumah sakit di daerahnya, yakni Rumah Sakit Umum Daerah Tuan Rondahaim Saragih untuk mengenang jasa-jasa Tuan Rondahaim. Selain rumah sakit, nama Tuan Rondahaim juga diabadikan sebagai nama jalan, seperti pada salah satu ruas jalan di Kota Pematangsiantar yang bernama Tuan Rondahaim.

Nilai perjuangan Tuan Rondahaim menjadi bagian dari sejarah besar bangsa Indonesia, terutama di wilayah tanah Sumatra. Namanya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025 bersama dengan 9 nama lainnya.

Pemerintah resmi menetapkan Tuan Rondahaim Saragih Garingging (raja ke-14 Kerajaan Raya Simalungun, Sumatra Utara) sebagai pahlawan nasional. Keputusan ini dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK Tahun 2025 di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Simak berbagai informasi lain seputar Pahlawan Nasional di bawah ini:

Artikel Pahlawan Nasional

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Edusains
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Elisabet Murni P