tirto.id - Pedro Castillo merupakan Presiden Peru ke-63 yang terpilih dalam pemilihan umum 2021. Baru setahun menjabat, dia langsung didemo dan didesak mundur. Lantas, apa kasus yang melatarbelakanginya?
Pada Sabtu, 5 November 2022 kemarin, ribuan warga Peru turun ke jalan guna menuntut pengunduran diri Castillo. Mereka membawa bendera negara Andes, atribut dengan slogan anti-pemerintah dan melakukan longmarch menuju ibu kota Lima.
Salah satu penyelenggara protes bernama Peru Reacts, Lucas Ghersi menyatakan: “Mereka melihat pemerintah sedang terlibat korupsi sedangkan kongres justru tidak bereaksi,” kata dia seperti dikutip Rappler, Minggu, 6 November 2022.
Castillo menyebut peristiwa tersebut sebagai bentuk aksi menentang pemerintah. Polisi pun dikerahkan untuk membubarkan massa. Mereka meluncurkan gas air mata. Hingga kini belum ada korban luka.
Profil Presiden Peru Pedro Castillo
Castilo memiliki nama lengkap Jose Pedro Castillo Terrones. Dia lahir pada 19 Oktober 1969 di Puna, sebuah desa kecil di Peru, bahkan menjadi daerah termiskin di negaranya.
Ia merupakan anak ketiga dari 9 bersaudara dan keluarganya adalah petani. Meskipun begitu, Castillo merupakan siswa yang punya tekad kuat dalam hal pendidikan.
Ia harus menempuh perjalanan lebih dari 2 jam dengan berjalan kaki untuk sampai sekolah. Berkat kegigihanya, seperti ditulis Britannica, dia berhasil menjadi seorang guru sekolah.
Castillo memperoleh gelar sarjana pendidikan pada tahun 2006, dan meraih gelar master psikologi pendidikan pada tahun 2013 dari Universitas Cesar Vallejo di Trujillo, Peru.
Seperti dikutip BBC, kariernya di dunia politik dimulai ketika mencalonkan diri sebagai walikota di tahun 2002, tetapi gagal. Namun demikian, Castillo tetap menjadi anggota Partai Peru Possible yang dibubarkan pada 2017.
Namanya mulai dikenal publik ketika menggelar unjuk rasa mogok guru terkait gaji dan evaluasi kerja. Ketenaran ini dimanfaatkannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Ia pun menang di putaran pertama setelah menyisihkan 17 kandidat lainnya. Bahkan Castillo mengalahkan seorang putri dari mantan Presiden Alberto Fujimori, Keiko Fujimori.
Pada akhirnya Castillo berhasil memenangkan pemilihan Presiden Peru dengan mendapat 44.000 suara. Kala itu, dia mengkampanyekan slogan “Jangan pernah lagi menjadi orang miskin di negara kaya!”.
Kalimat tersebut dilatarbelakangi atas pengalaman pribadinya di usia muda. Dia juga menyuarakan rasa frustasi rakyat Peru yang sedang berjuang melawan kemiskinan.
Setelah menjabat sebagai presiden, Castillo harus berhadapan dengan permasalahan dunia yaitu pandemi Covid-19. Akibat dari krisis tersebut, Peru menjadi negara dengan tingkat kematian per-kapita Covid-19 tertinggi di dunia. Selain itu, Peru juga dihantam krisis ekonomi.
Penulis: Wulandari
Editor: Alexander Haryanto