Menuju konten utama

Profil Negara Lebanon: Letak, Peta Wilayah, dan Sejarah Konflik

Profil negara Lebanon, mulai dari letak geografis, peta wilayah, dan sejak konflik perang saudara.

Profil Negara Lebanon: Letak, Peta Wilayah, dan Sejarah Konflik
Bendera Lebanon di Kastil Byblos. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Timnas Indonesia U22 akan bertanding melawan Lebanon dalam laga uji coba jelang SEA Games 2023. Sebelum duel itu berlangsung, akan menarik untuk mengetahui profil negara Lebanon, letak geografis, peta wilayah, dan sejarah konfliknya di Timur Tengah.

Lebanon, terutama wilayah pesisirnya, adalah tempat beberapa pemukiman tertua di dunia. Bahkan, pelabuhan Fenisia di Tirus, Sidon, dan Byblos merupakan pusat perdagangan dan budaya pada abad 3 SM.

Namun, pada kenyataannya, Lebanon baru terbentuk pada 1920. Itu pun berkat konferensi San Remo. Forum tersebut memberikan mandat kepada Prancis untuk memegang pemerintahan di Lebanon dan Suriah.

Selama lebih kurang 23 tahun Lebanon berada di bawah pemerintahan Prancis--meskipun pada 1926 mereka membentuk pemerintahan republik. Baru pada 1943 Lebanon meraih kemerdekaannya secara resmi, dan Prancis angkat kaki pada 3 tahun setelahnya.

Profil Negara Lebanon: Letak Geografis dan Peta Wilayah

Republik Lebanon merupakan negeri dengan topografi berbukit-bukit dan pantai, yang memanjang menyusur laut Mediterania sejauh 210 km. Di sebelah utara negara ini berbatasan dengan Suriah sedangkan di selatan berbatasan dengan Israel.

Lebanon memiliki luas wilayah total 10.452 kilometer persegi (km²) yang terbagi ke dalam enam provinsi yaitu Beirut, Mount Lebanon, North Lebanon, South Lebanon, Nabatieh, dan Bekaa. Ibukotanya adalah Beirut dengan bahasa resmi Arab.

Populasi penduduk Lebanon tergolong cukup tinggi. Penduduk Lebanon termasuk sebagai masyarakat heterogen yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, agama, dan kekerabatan.

Hingga 2023 ini, populasi penduduk di Lebanon diperkirakan mencapai 5.432.000 jiwa. Secara etnis, orang Lebanon merupakan campuran dari beberapa unsur seperti Fenisia, Yunani, Armenia, dan Arab. Di Lebanon juga terdapat tiga agama yang dianut oleh penduduknya yaitu Islam, Kristen, dan Druze.

Bentuk pemerintahan Lebanon adalah republik multipartai dengan satu dewan legislatif. Kepala pemerintahannya dipegang oleh seorang perdana menteri, dengan kepala negara seorang presiden.

Selain itu, masyarakat Lebanon juga memiliki tingkat melek huruf yang tinggi terhitung dari penduduk usia 15 tahun ke atas dapat dipresentasikan untuk pria (2019) sebesar 97 persen dan wanita (2019) sebesar 94 persen.

Salah satu keunikan dari negara ini yaitu pernah menjadi pusat ekonomi di Timur Tengah. Namun, hal itu rusak akibat adanya perang saudara yang terjadi selama lebih kurang 15 tahun (1975-1990).

Berikut ini profil dari negara Lebanon :

  • Nama negara: Lebanese Republic (Inggris). Al-Jumhuriyah Al-Lubnaniyah (Arab). Republique de Libanaise (Prancis). Republik Lebanon (Indonesia).
  • Ibukota: Beirut
  • Letak: Berada di wilayah timur dekat (near east), di tepi timur laut mediterania alias laut tengah
  • Perbatasan:

    - Sebelah utara dan timur : Suriah.

    - Sebelah barat : Laut tengah / Mediterania

    - Sebelah selatan : Israel

  • Wilayah: Luas 10.452 km² dan panjang pesisir pantai 212 km.
  • Iklim: Musim panas (sampai 39 C), musim gugur, musim dingin (hingga bawah nol derajat, sebagian daerah sampai turun salju) dan musim semi
  • Provinsi: Beirut, Mount Lebanon, North Lebanon, South Lebanon, Nabatieh, dan Bekaa
  • Penduduk: ± 4 juta jiwa ditambah warga asing lainya ± 1.5 jiwa.
  • Hari Nasional: 22 november 1943.
  • Lambang Negara: Pohon Cedar/Araz.
  • Bahasa: Arab, Perancis dan Inggris.
  • Agama: Islam (Sunni, Syiah, Druze dan Alawit), Kristen (Maronit, Katolik Roma, Katolik Ortodok dan Protestan)
  • Ekonomi: Sumber daya alam: Pertanian
  • Mata Uang: Lira Liban (LL)

Sejarah Konflik Negara Lebanon dan Dampaknya

Lebanon pernah melewati masa kelam saat terjadinya perang saudara selama 15 tahunan, mulai 1975 hingga 1990. Titik awal terjadinya konflik sipil tersebut yaitu adanya ketegangan antara penduduk Kristen dan Muslim, kemudian diperburuk dengan kesenjangan sosial ekonomi serta kehadiran para pejuang dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Lebanon.

Pada 1975 kaum muslim mendukung PLO dan mencari lebih banyak kekuatan politik dari sejumlah negara tetangga. Di samping itu, orang-orang Kristen Maronit yang dipimpin oleh partai Phalangis dan Milisi bersekutu dengan Suriah dan Israel untuk memerangi fraksi PLO dengan memberikan senjata dan pelatihan perang.

Israel telah melatih, mempersenjatai, memasok, dan menyediakan seragam untuk tentara Kristen Lebanon Selatan yang dipimpin oleh Saad Haddad. Berbagai pertempuran dan pembantaian terjadi selama periode itu hingga mengakibatkan ribuan korban jiwa.

Pada 1978 dan 1982 terjadi penyerbuan besar di Lebanon oleh Israel. Peristiwa itu menyebabkan tewasnya 20 ribu orang, yang didominasi oleh sipil Lebanon dan Palestina.

Total korban jiwa dalam perang saudara ini mencapai 150.000 orang. Oleh karena itu, pada 1989 semua wakil kekuatan politik baik partai maupun sekte keagamaan sepakat untuk mengadakan rekonsiliasi nasional yang dikenal dengan Taif Agreement di bawah sponsor Saudi Arabia dan Suriah.

Dengan adanya Taif Agreement, perang saudara tersebut dapat berakhir. Kehidupan berpolitik dan bernegara diatur dengan formulasi baru berdasarkan konstitusi yang telah disepakati dalam rekonsiliasi nasional.

Pemulihan ekonomi Lebanon pascaperang jelas tidak mudah, meskipun sempat menguat kembali pada 2007-2010.

Namun, ekonomi mereka kembali memburuk pada 2011 akibat adanya pemberontakan dan perang saudara di Suriah. Pasalnya, Lebanon pada saat itu cukup bergantung pada perekonomian negara tetangganya. Penurunan produk domestik bruto (PDB) Lebanon tersebut juga dipengaruhi oleh banyaknya pengungsi Suriah kala itu.

Krisis ekonomi itu berlanjut hingga 2019. Puncaknya terjadi pada Oktober, ketika demonstrasi meluap di jalanan seluruh negeri. Penyebab utamanya adalah hilangnya kepercayaan publik, termasuk investor, kepada pemerintahan yang dinilai korup dan tak mampu mengatasi krisis.

Baca juga artikel terkait PROFIL NEGARA atau tulisan lainnya dari Ririn Margiyanti

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ririn Margiyanti
Penulis: Ririn Margiyanti
Editor: Fadli Nasrudin