Menuju konten utama

Profil Liang Wenfeng, Pendiri DeepSeek Saingan ChatGPT & Gemini

Liang Wenfeng adalah sosok di balik kesuksesan aplikasi AI generator, DeepSeek. Simak profil dan perjalanannya dalam menciptakan model AI yang lebih baik.

Profil Liang Wenfeng, Pendiri DeepSeek Saingan ChatGPT & Gemini
Liang Wenfeng (kanan), pendiri startup AI Tiongkok DeepSeek, berbicara pada simposium yang dipimpin oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang pada 20 Januari 2025. Foto/CCTV/AFP

tirto.id - DeepSeek menjadi primadona baru aplikasi AI (kecerdasan buatan) generatif yang menjadi lawan langsung ChatGPT, Gemini, dan chatbot lainnya. Kreatornya adalah Ling Wenfeng yang memanfaatkan sumber daya berbiaya rendah. Bagaimana profil Liam Wenfeng dan kiprahnya membuat DeepSeek?

DeepSeek adalah aplikasi yang saat ini paling banyak diunduh di AppStore milik Apple, sejak diluncurkan Juli 2023. Chatbot pada DeepSeek digadang bisa melakukan berbagai hal yang dilakukan ChatGPT. Contohnya, DeepSeek dapat memberikan solusi pemrograman, matematika, hingga pemrosesan bahasa dengan cara merespons "lebih hidup".

Konon DeepSeek dibangun Liam dengan sumber daya cukup murah. Hal ini seakan menjadi bantahan bahwa pengembangan AI selalu memerlukan dana besar dari ratusan hingga miliaran dolar AS. Tak hanya itu, DeepSeek turut membuktikan eksistensi AI ala Tiongkok yang mampu bersaing dengan AI buatan Amerika Serikat (AS), sekalipun AS sedang membatasi ekspor teknologi saat ini.

Mengenal Sosok Liang Wenfeng

Kehidupan Liang Wenfeng tidak banyak diketahui publik. Ia selalu menjaga profil diri, sampai akhirnya ia diberikan kesempatan mengisi pidato di simposium tertutup yang diadakan Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, pada 20 Januari 2025.

Ada pun wawancara yang pernah dilakukannya terjadi dua kali pada 2023, lalu pada 2024. Selain itu, Liang tidak banyak muncul untuk publik. Permintaan wawancara pada DeepSeek pun kerap enggan ditanggapi.

Meski demikian, ada sebagian jati dirinya yang telah terungkap. Liang diketahui tumbuh besar di selatan Provinsi Guangdong yang sejak tahun 80-90-an menjadi terdepan dalam mengadopsi kapitalisme pasar. Tidak heran jika pria 39 tahun itu dikelilingi oleh orang-orang yang lebih suka bisnis ketimbang hal akademis.

Liang lantas mendaftar kuliah di Universitas Zhejiang pada usia 17 tahun. Di kampus elit tersebut, ia menyelesaikan gelar master pada bidang Teknik Informasi dan Komunikasi pada 2010 silam.

Provinsi Zhejiang yang menjadi "rumah" bagi e-commerce Alibaba dan perusahaan teknologi lainnya tersebut, mengilhami Liang untuk terjun pula di bisnis teknologi informasi (TI). Ia lalu mendirikan perusahaan dana lindung nilai (hedge fund) pada 2015.

Perusahaannya bernama High-Flyer Quantitative Investment Management. Perusahaan ini menerapkan algoritma matematika kompleks untuk berbagai perdagangan. Analisis manusia tidak dilibatkan, sehingga sepenuhnya memakai teknik pembelajaran mesin.

Portofolio dana yang dikelola High-Flyer mencapai lebih dari 100 miliar yuan (sekira 13,79 miliar dolar AS) pada akhir 2021. Pada April 2023, High-Flyer melalui akun WeChat, mengatakan segera memperluas cakupan kinerjanya di luar industri investasi. Lini yang disasar yaitu memusatkan pengembangan sumber daya untuk "mengeksplorasi esensi AGI (kecerdasan umum buatan)".

Sebulan kemudian DeepSeek pun didirikan. Karyawannya sebagian besar lulusan dan mahasiswa PhD dari berbagai universitas ternama di Tiongkok. Liang yang menjadi pemimpin mereka, meyakini bahwa para karyawannya akan lebih suka bekerja di DeepSeek lantaran memiliki tantangan besar dalam AI.

Liang memiliki tujuan untuk mencapai AGI seperti yang diimpikannya. OpenAI mendefinisikan AGI (kecerdasan umum buatan) sebagai sistem otonom yang bisa melampaui manusia dalam sebagian besar tugas dan bernilai ekonomi. Ia optimistis akan mencapai hal tersebut bersama timnya.

“Masalahnya, kami yakin sekarang bahwa kami ingin melakukan ini, dapat melakukan ini, dan mampu melakukan ini. Jadi kami termasuk kandidat yang paling cocok untuk mengatasinya saat ini,” kata Liang kepada media teknologi Waves pada Juli 2023.

Melansir dari Reuters, DeepSeek memutuskan menjadikan semua modelnya sebagai sumber terbuka (open source). Melalui model open source, kode dasar DeepSeek akan disediakan bagi pengembang mana pun. Pengembang dapat melakukan modifikasi sesuai keinginan.

Liang memiliki tekad untuk terus mendorong pembelajaran AI ke depannya. Termasuk bagi negaranya, Tiongkok, menurut Liang harus mulai berlepas dari ketergantungan inovasi teknologi Barat yang mencengkeram sejak satu dekade terakhir ini.

“Yang kami lihat adalah bahwa AI Tiongkok tidak dapat berada dalam posisi mengikuti selamanya. Kami sering mengatakan bahwa ada kesenjangan satu atau dua tahun antara AI Tiongkok dan Amerika Serikat, tetapi kesenjangan yang sebenarnya adalah perbedaan antara orisinalitas dan peniruan,” kata Liang pada wawancara dengan Waves lainnya di bulan November 2023.

Model AI yang dikembangkan DeepSeek hanya berbiaya 6 juta dolar AS (sekira Rp96 miliar). Dana pengembangan seluruhnya ditopang oleh perusahaan High-Flyer milik Liang. Langkah visionernya membangun AI generatif ini memanfaatkan kumpulan komponen chip NVidia A100 yang kini tidak diperbolehkan diekspor lagi ke Tiongkok oleh AS.

Justru dengan memanfaatkan sumber daya chip terbatas yang masih tersisa stoknya di Tiongkok tersebut, DeepSeek bisa melakukan lompatan teknologi yang besar. Selain itu, DeepSeek memanfaatkan model open source seperti Llama dari Meta dan Qwen dari Alibaba yang membuat biaya dapat ditekan tanpa mengorbankan performa.

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Ilham Choirul Anwar & Yantina Debora