tirto.id - Presiden Prabowo Subianto menugaskan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menanam ubi kayu, tebu, singkong, dan sejenisnya, khusus untuk bahan baku etanol.
Amran mengatakan, langkah ini menjadi bagian dari antisipasi ketersediaan bahan baku dalam pelaksanaan mandatori campuran etanol dalam bahan bakar minyak (BBM).
"Jadi, etanol, kita menuju ke sana, baru saja kami ditarget Bapak Presiden untuk tanam ubi kayu, singkong, dan itu [untuk] etanol. [Menanam] tebu, dan seterusnya," ucapnya di Istana Negara, Kamis (9/10/2025).
Menurut Amran, Pemerintah Pusat berupaya memaksimalkan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mengingat, alam Indonesia dinilai memang cocok untuk perkebunan.
"Sumber-sumber energi kita dalam negeri kita optimalkan. Karena negara kita negara besar, negara yang agro climatenya sangat cocok untuk pangan perkebunan dan hortikultura," ucap dia.
Sebagai informasi, pemerintah dinilai menghadapi tantangan besar dalam memenuhi target campuran bioetanol 10 persen ke dalam bahan bakar minyak (BBM) sesuai dengan visi pembangunan nasional Asta Cita yang dicanangkan Prabowo Subianto. Sebab, kapasitas produksi bioetanol nasional saat ini masih jauh dari memadai.
VP Business Development New & Renewable Energy Pertamina NRE, Andre Harahap, mengatakan kapasitas produksi bioetanol per tahun hanya mencapai sekitar 63 ribu kiloliter atau 63 juta liter. Sementara volume bioetanol diperkirakan akan melonjak 1 miliar liter per tahun atau sebanding dengan 1 juta ribu kiloliter di 2029-2030
"Jadi di 2029 dan 2030 kita membutuhkan volume hampir 1 bilion (miliar) liter per tahun ya, jadi 1 juta ribu liter per-tahun, sementara kalau kita melihat produksi kapasitas per hari ini hanya sebesar 63 ribu kilo liter per-tahun. Jadi itu jauh sekali gap-nya," kata Andre dalam Webinar bertajuk Peran Teknologi Dalam Upaya Pengembangan Komoditas Aren.
Meski demikian, Andre optimistis bahwa dengan fokus pemerintah terhadap gula aren, dan potensi terhadap hasil produksi aren tersebut dapat mengisi gap yang ada. Andre juga memperlihatkan sebuah grafik di mana, wilayah Jawa Barat hingga Jawa Timur masih kesulitan untuk memproduksi gula aren.
Pemerintah sendiri memang menargetkan pengembangan tanaman aren sebagai salah satu upaya menekan ketergantungan pada impor energi dan memperkuat ketahanan pangan. Oleh sebab itu, Pertamina NRE berusaha menggenjot tiga strategi untuk pengembangan bisnis bioetanol.
Untuk jangka pendek (2024-2027), Pertamina NRE akan melakukan pilot bioetanol aren, pemanfaatan feedstock yang tersedia yakni tebu untuk pembangunan pabrik baru, dan revitalisasi pabrik-pabrik yang sudah ada.
Kemudian pada jangka menengah (2027-2029), langkah yang diambil yakni penanaman feedstock baru seperti jagung, sorghum, singkong dan aren. Lalu ada pembangunan pabrik multi-feedstock.
Lalu yang terakhir yakni jangka panjang (2030-onwards), di mana ada peningkatan skala produksi rantai pasok terintegrasi, inisiasi bahan baku 2G (agri-waste), dan pionir 3G teknologi (algae-based).
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan Presiden Prabowo Subianto sudah menyetujui mandatori campuran etanol 10 persen untuk BBM. Hal ini dilakukan dalam rangka mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap impor BBM.
“Kemarin malam sudah kami rapat dengan Bapak Presiden. Bapak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatori 10 persen etanol (E10),” kata Bahlil di Jakarta, dikutip Antara, Selasa (7/10/2025).
Dengan demikian, lanjut Bahlil, Indonesia akan mewajibkan campuran bensin dengan etanol untuk membuat BBM yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































