tirto.id - Badan usaha milik negara (BUMN) bidang farmasi, PT Bio Farma (Persero) akan mengembangkan plasma darah pasien COVID-19 yang telah pulih sebagai salah satu metode untuk penyembuhan pasien COVID-19.
"Selain vaksin, kami juga kembangkan transfusi plasma, bagaimana dari orang yang baru sembuh COVID-19, plasma darahnya kita ambil dan kita olah dengan teknologi tertentu sehingga bisa ditransfusikan ke pasien yang terkena COVID-19. Ini cukup efektif di Jepang," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, plasma darah dari pasien COVID-19 yang telah sembuh mengandung anti bodi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu memerangi virus yang ada dalam tubuh pasien COVID-19.
"Kalau bisa kita lakukan dalam dua minggu ke depan, kita akan lakukan secara massal di semua rumah sakit yang menangani COVID-19," ucapnya.
Menurutnya, pihaknya juga bakal berkolaborasi dengan pemangku kepentingan kesehatan dalam negeri dan internasional untuk pengembangan obat infeksi COVID-19.
"Kita terlibat kerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), semua obat yang sudah pernah dilakukan untuk penanganan COVID-19 dilakukan uji klinisnya sehingga bisa diputuskan apakah bisa untuk penanganan COVID-19 atau tidak. Obat yang akan di uji klinis yaitu produk chloroquin dan hydroxy choloroquin," ujarnya.
Dalam memerangi COVID-19, Honesti Basyir juga mengatakan, pihaknya bakal memproduksi alat tes COVID-19 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Ada satu lagi inisiatif, memproduksi test kit PCR, sehingga kita bisa mendapatkan info yang memadai terkait orang yang potensi mendapat COVID-19, salah satu permasalahan di Indonesia kurangnya tes bagi semua masyarakat," katanya.
Ia menyampaikan bahwa pihaknya bakal memproduksi sebanyak 100.000 test kit PCR. Dengan begitu, diharapkan tujuan pemerintah agar Indonesia mandiri dalam kesehatan dapat tercapai.
"Kami berencana memproduksi 100 ribu test kit PCR. Selama ini kita impor. Produksi test kit pcr ini untuk memenuhi tujuan pemerintah yaitu kemandirian kesehatan nasional," ucapnya.
Ia mengemukakan bahwa pihaknya menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan perusahaan rintisan (start up).
"Mereka sudah buat prototype-nya. Diharapkan minggu ini sudah sampai di Bio Farma. Kita butuh waktu sekitar dua minggu untuk memproduksi 100 ribu test kit," katanya.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH