Menuju konten utama

PKS Tak Garansi Suara Ulama Bila Prabowo Abaikan Rekomendasi Ijtima

PKS terus mendesak Prabowo Subianto agar memilih cawapresnya dari dua nama yang telah direkomendasikan Ijtima Ulama GNPF.

PKS Tak Garansi Suara Ulama Bila Prabowo Abaikan Rekomendasi Ijtima
Presiden PKS Sohibul Iman bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan pers seusai melakukan pertemuan di DPP PKS, Jakarta, Senin (30/7/2018). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

tirto.id - Petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengaku tak menjamin dapat menggiring suara ulama dan umat Islam kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019 jika rekomendasi Ijtima Ulama ditolak.

Pernyataan itu ditegaskan Ketua DPP PKS Ledia Hanifa merespons sikap Prabowo yang tak kunjung memilih cawapres yang direkomendasikan oleh ijtima yang diselenggarakan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF).

“[Soal mengarahkan suara ulama atau umat Islam kepada Prabowo] tergantung siapa yang dipilih [sebagai cawapres]. Umat, kan, punya pilihan," kata Ledia kepada Tirto, Kamis (2/8/2018).

Menurut Ledia, rekomendasi Ijtima Ulama adalah Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf al-Jufri dan Ustaz Abdul Somad. Sehingga, katanya lagi, partainya akan tetap memperjuangkan dua nama itu.

"Kalau dibilang apakah jika [Salim atau Somad] tidak terpilih, suara umat Islam tidak ini, atau tidak itu, kan terserah yang memilihnya. Tapi karena ini amanat [dari ulama] yang dititipkan ke PKS, maka kami akan semaksimal mungkin mengawalnya," kata Ledia.

Lagi pula, menurut Ledia, jika Salim atau Somad tak dipilih Prabowo sebagai cawapres, maka itu akan menjadi preseden buruk ke umat Islam dan ulama.

"Jadi yang terbaik memang [mengikuti] hasil ijtima," kata Ledia.

Ledia mengingatkan suara ulama dan umat Islam di Pilpres 2019 penting bagi Prabowo. Karena, menurutnya, hanya ulama dan umat Islam yang siap mengawal kepemimpinan Prabowo nantinya. Pasangan Prabowo dengan Somad/Salim ia nilai mencerminkan gabungan nasionalisme-religius dan keduanya telah terbukti mempunyai wawasan yang cukup untuk memimpin negeri ini.

"Jadi mudah-mudahan pengawalan kebijakan publiknya nanti bisa berjalan dengan baik dan amanah," kata Ledia.

Ledia enggan menjelaskan sikap PKS jika Prabowo tidak memilih Somad atau Salim. Menurut dia, hal itu sangat bergantung hasil rapat Majelis Syuro PKS.

"Sebenarnya apapun keputusannya mau diambil apa enggak, buat kami tetap saja harus ada keputusan dari Majelis Syuro bagaimana langkah berikutnya," kata Ledia.

Gerindra Harus Buka Opsi Jalan Tengah

Direktur Populi Centre Usep S Ahyar menilai pernyataan Ledia tersebut sebagai sebuah ancaman serius bagi Prabowo dan Gerindra. Pasalnya, menurut dia, selama empat tahun ini PKS yang telah terbukti menggiring umat Islam dan ulama mendukung Prabowo.

"PKS ini termasuk partai yang solid. Apa yang diinstruksikan, kader di bawah pasti ikut," kata Usep kepada Tirto.

Sehingga, menurut Usep, Prabowo akan rugi jika sampai PKS hengkang dari koalisinya karena tidak menemukan jalan tengah perkara tarik ulur cawapres ini.

"Saya pikir Gerindra harus meyakinkan PKS tetap di koalisi. Dengan sharing power yang pas," kata Usep.

Meski begitu, Usep menilai sosok cawapres yang bisa mendongkrak Prabowo bukan berarti harus dari unsur ulama. Melainkan, juga terdapat faktor lain, seperti asal partai, kemampuan finansial, dan elektabilitas.

"Mungkin untuk sekarang dari Demokrat, ya, yang bisa memenuhi ketiganya itu," kata Usep. "Tapi itu akan sulit kalau urusan dengan PKS juga belum selesai," kata Usep menambahkan.

Infografik CI Prabowo Cari cawapres

Menanggapi hal ini, Ketua DPP Gerindra, Nizar Zahro tak mempermasalahkan pernyataan Ledia. Menurut dia, hal itu sebagai kewajaran dalam dinamika pembentukan koalisi. Menurut Nizar, keputusan cawapres tetap berada di tangan ketua umum Demokrat, PKS, PAN, dan Gerindra yang saat ini menurutnya terus melakukan pembahasan intensif. Termasuk mempertimbangkan masukan-masukan dari PKS.

"Jadi saya harap teman-teman PKS untuk tetap bersabar dan tidak terburu-buru. Percayakan saja kepada ketua umum masing-masing," kata Nizar kepada Tirto.

Adapun pembahasan cawapres Prabowo mulai mencapai eskalasi setelah keluarnya hasil Ijtima Ulama GNPF pada 29 Juli lalu yang merekomendasikan Somad dan Salim. PKS menyatakan menerima rekomendasi tersebut dan terus meminta mantan Danjen Kopassus tersebut menerimanya.

Namun Prabowo menyatakan rekomendasi tersebut bukan sebuah hal yang mengikat dan menyatakan keputusan cawapres akan diambil atas kesepakatan ketua-ketua partai. Sebab, menurutnya, yang bisa menentukan capres dan cawapres hanya partai politik, bukan kelompok lain.

Atas tanggapan Prabowo tersebut, dalam setiap pertemuan dengan pimpinan partai-partai koalisi kubu Prabowo, PKS terus menyuarakan dukungan terhadap hasil Ijtima Ulama. Terakhir disampaikan Sekjen PKS, Mustafa Kamal usai pertemuan antar-sekjen pendukung Prabowo di Kemang V, Jakarta Selatan, Rabu malam (1/8/2018).

Mustafa yang pulang paling awal, kepada wartawan menyatakan "kami tetap bersama hasil Ijtima Ulama. Pokoknya kami bersama rakyat dan ulama."

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Abdul Aziz