tirto.id - Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSPISI) menuding perusahaan asal Cina, yakni CONHC, bisa menjual semen dengan harga murah karena membayar buruh dengan gaji minim.
Ketua FSPISI Ronida menyatakan semen murah yang dijual perusahaan itu di Indonesia diproduksi di dalam negeri dengan mempekerjakan buruh lokal.
Berdasar keterangan Ronida, semen produksi pabrik lokal yang berharga Rp51.000/sak kalah saing karena CONCH menjual barang serupa dengan harga Rp42.000 per sak.
"Mereka tertutup. Bahkan untuk membentuk serikat kerja saja enggak boleh karyawannya. Pernah ada bikin serikat pekerja, karyawannya dipecat," kata dia di Gedung Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Jakarta pada Senin (26/8/2019).
Sementara politikus Gerindra Andre Rosiade, yang mendampingi Federasi Serikat Pekerja Semen se-Indonesia, mengatakan buruh lokal di pabrik semen CONCH hanya dibayar setara upah minimum kota (UMK).
Hal ini membuat pabrik CONCH bisa menekan biaya operasional produksi dan menjual semen dengan harga murah.
"Pabrik semen Cina itu terindikasi memberikan gaji pegawainya itu di bawah kelayakan. Mereka itu hanya dibayar [setara] UMK. Masa [pekerja bergelar] S1 dibayar UMK, jadi mereka setarakan semua UMK, itu menurunkan biaya [produksi] mereka," kata Andre.
Dia menilai kualitas semen produksi pabrik milik Indonesia sebenarnya bermutu dan layak bersaing dengan barang dari negara lain.
Namun, kata Andre, praktik predatory pricing atau penjualan barang dengan harga jauh di bawah standar pasar bisa membikin pabrik-pabrik semen milik Indonesia gulung tikar.
"Beda industri semen dan baja. Industri semen Indonesia efisien, lalu juga siap bersaing. Lalu juga industri ini juga teknologinya modern, industri semen kita tidak kalah dengan dengan yang di luar negeri jadi tak ada alasan kita kalah kecuali memang ada praktik kecurangan," kara Andre.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom