Menuju konten utama

Penyebab dan Dampak dari Hipersomnia: Gangguan Tidur

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di NCBI, menyebutkan setidaknya empat hingga enam persen dari populasi menderita sindrom hipersomnia.

Penyebab dan Dampak dari Hipersomnia: Gangguan Tidur
Ilustrasi Kurang tidur. FOTO/istockphoto

tirto.id - Hipersomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang ekstrem. Sindrom hipersomnia dapat membuat penderitanya merasakan kantuk yang luar biasa pada siang hari. Berbeda dari rasa lelah karena kurang tidur atau begadang, orang dengan hipersomnia dapat tidur berulang kali di siang hari, bahkan pada waktu yang tidak tepat seperti saat bekerja, saat makan, bahkan saat mengobrol.

Pada tahun 2005, sebuah penelitian yang dipublikasikan di NCBI, menyebutkan setidaknya empat hingga enam persen dari populasi menderita sindrom hipersomnia. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penderita hipersomnia semakin meningkat khususnya bagi masyarakat di negara-negara industri. Berikut bahaya dari sindrom hipersomnia ini:

Dapat menyebabkan kondisi yang berbahaya

Dilansir dari National Institutes of Neurological Disorder and Stroke, hipersomnia ditandai dengan gejala sulit bangun dari tidur panjang. Penderita hipersomnia akan mengalami kebingungan, kecemasan, penurunan energi, gelisah, berpikir lambat, bicara lambat, kehilangan nafsu makan, halusinasi, dan masalah memori.

Bagi penderita hipersomnia, tidur siang tidak akan menghilangkan gejala ini. Dalam kasus ekstrem, penderita bisa saja tertidur ketika melakukan aktivitas tertentu seperti berkendara. Inilah mengapa hipersomnia tidak bisa dianggap remeh karena dapat menyebabkan kondisi yang berbahaya. Dalam laporan Medeline Plus, hipersomnia juga dapat mempengaruhi kondisi fisik secara umum, seperti berkurangnya libido, impotensi, hipertensi, angina pektoris, gagal jantung, hingga stroke.

Berbagai faktor penyebab hipersomnia

Biasanya, hipersomnia pertama kali dikenali pada masa remaja atau dewasa muda. Penyebabnya bisa dari berbagai hal, seperti narkolepsi atau sleep apnea. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa orang yang memiliki masalah tidur seperti narkolepsi, 15 sampai 30 persen lebih berisiko terkena hipersomnia.

Selain itu, penyebab lain dari sindrom ini dapat terjadi apabila seseorang mengalami disfungsi sistem saraf otonom atau menggunakan obat-obatan dan alkohol.

Dalam beberapa kasus, ini disebabkan oleh masalah fisik, seperti tumor, trauma kepala, atau cedera pada sistem saraf pusat.

Obat-obatan tertentu, atau penarikan obat, juga dapat menyebabkan hipersomnia. Kondisi medis seperti multiple sclerosis, depresi, ensefalitis, epilepsi, atau obesitas dapat berkontribusi terhadap gangguan ini.

Penanganan hipersomnia

Hipersomnia dapat ditangani dengan dua cara, yakni menggunakan obat-obatan dan pergantian gaya hidup. Dalam kasus hipersomnia, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan stimulan seperti amfetamin, metilfenidat, atau modafinil. Sementara itu, pengobatan ini juga perlu didukung dengan menjalani pola hidup sehat dan mengurangi konsumsi alkohol.

Penderita hipersomnia sebaiknya menghindari kegiatan-kegiatan yang berisiko seperti berkendara atau mengasuh balita. Selain itu, ada baiknya mengurangi kegiatan yang dapat menghambat waktu tidur di malam hari seperti bekerja atau aktivitas sosial.

Baca juga artikel terkait INSOMNIA atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Alexander Haryanto