tirto.id - Pengamat terorisme, Stanislaus Riyanta menyatakan karakteristik jaringan terduga teroris Sibolga diduga kuat mengadopsi cara teror ISIS.
"Salah satu karakteristik aksi teroris dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS adalah tega melibatkan atau mengorbankan perempuan dan anak-anak dalam aksinya, meskipun itu keluarga dari pelaku," kata dia ketika dihubungi Tirto, Rabu (13/3/2019).
Tapi, ia belum menemukan indikasi seruan ISIS kepada para pengikutnya di seluruh dunia.
"Saya belum melihat bukti tersebut, tapi terdesaknya ISIS di Suriah sangat memungkinkan menjadi dorongan bagi para simpatisan untuk melakukan aksi di daerahnya masing-masing," ujar mahasiswa doktoral bidang kebijakan publik Universitas Indonesia ini.
Sejauh ini, Polri belum mengindikasikan adanya gerilyawan kota dalam kasus bom Sibolga dan penangkapan terduga teroris dalam satu pekan ini. Salah satu karakteristik gerilyawan kota ialah menyerang markas kepolisian dan militer.
"Belum mengarah ke sana (gerilyawan kota), yang jelas para terduga teroris setiap ada kesempatan dia akan melakukan amaliyah," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (15/3/2019).
Para terduga teroris, lanjut dia, kali ini merencanakan beraksi sendiri alias menjadi lone wolf (pelaku tunggal), tidak dalam berkelompok.
Densus 88 Antiteror telah menangkap tujuh terduga teroris jaringan Sibolga yakni Asmar Husen alias Abu Hamzah, Azmil Khair alias Ameng, Zulkarnaen Panggabean alias Ogek, Roslina alias Syuhama, Malik, Putera Syuhada alias Rinto, dan Yuliati Sri Rahayuningrum alias Khodijah.
Sedangkan Polri masih mencari tahu jaringan teroris Riky Gustiadi alias Abu Riky. "Masih kami periksa, untuk sementara belum dibuktikan dia termasuk jaringan Sibolga," kata Dedi.
Ia menambahkan para terduga teroris ini mengincar aparat keamanan sebagai target operasi lantaran telah menjadi buruan Polri sejak lama. Selain itu, sambung Dedi, jaringan Sibolga diketahui beraksi menggunakan bom rakitan.
Bahkan Densus 88 menemukan 300 kilogram bahan peledak di lokasi penggeledahan rumah Abu Hamzah dan Azmil Khair.
Azmil diduga memberikan dana Rp15 juta kepada Abu Hamzah untuk membeli alat dan bahan peledak.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Zakki Amali