tirto.id - Pengamalan Pancasila yang memuat butir-butir dan nilai-nilai luhur sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dapat dilakukan di mana pun, termasuk di tempat wisata. Demikian pula dengan sila ke-1 Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memuat 5 sila yang berisi rumusan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap sila dalam Pancasila mengandung butir-butir pengamalan dengan isi dan penjelasannya untuk diterapkan di segala lini kehidupan.
Adapun isi 5 sila dalam Pancasila yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
P.J. Soewarno dalam Pancasila Budaya Bangsa Indonesia (1993) memaparkan, meskipun ke-5 sila itu merupakan satuan yang tidak terpisahkan, tetapi dalam pelaksanaannya tetap dapat ditelusuri perbedaan intensitas masing-masing sila. Walaupun satu tetap lima, masing-masing sila tidak sama asasinya.
Kandungan masing-masing isi Pancasila harus dikemukakan secara kontekstual sehingga nilai-nilainya bisa ditemukan dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur Pancasila digali sebagai jalan keluar untuk menghadapi segala tantangan.
Butir-Butir Pengamalan Sila ke-1 Pancasila
Pancasila Sila ke-1 yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” selaras dengan UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; serta (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Weinata Sairin melalui artikel bertajuk “Berbagai Dimensi Kerukunan Hidup Umat Beragama” yang terhimpun dalam Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-Butir Pemikiran (2002), menyebutkan bahwa negara punya peranan penting dalam mewujudkan nilai-nilai luhur tersebut.
Negara berfungsi untuk menjamin, memperjuangkan, mengupayakan, dan membantu agar tiap-tiap penduduk memiliki kebebasan dan keleluasaan untuk memeluk agamanya serta mengekspresikan keberagamannya itu.
Selain itu, negara sangat penting dalam memberikan jaminan bagi setiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadah menurut agama masing-masing.
Negara tidak mengatur dan mencampuri ibadah dari agama-agama dan kepercayaan, melainkan menjamin agar pemeluk agama dan peribadatan dapat berjalan dengan baik.
Berikut ini 7 butir pengamalan Pancasila Sila ke-1:
- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
- Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
- Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
- Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Contoh Pengamalan Pancasila Sila ke-1 di Tempat Wisata
Sila ke-1 Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” dapat diterapkan atau diamalkan di mana saja, termasuk di dalam keluarga, sekolah, lingkungan, bahkan di tempat wisata. Berikut ini contoh pengamalan Pancasila Sila ke-1 di tempat wisata:
- Sebelum berangkat menuju obyek wisata, seluruh peserta hendaknya dipersilakan berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing agar kegiatan pada hari itu dapat berjalan dengan lancar.
- Saat dalam perjalanan menuju tempat wisata dan waktu salat telah tiba, hendaknya berhenti sejenak di masjid untuk memberikan kesempatan beribadah kepada peserta yang beragama Islam.
- Bagi pengelola tempat wisata, termasuk restoran/rumah makan, ada baiknya disediakan musala atau ruang khusus untuk salat bagi pengunjung yang beragama Islam.
- Di obyek wisata religi, para pengunjung hendaknya menghormati dan bersikap sopan di lokasi tersebut, misalnya saat orang Islam mengunjungi Candi Borobudur yang menjadi tempat suci bagi umat Buddha.
- Menghargai perbedaan dan keragaman dengan pemeluk agama lain ketika sama-sama berkunjung ke tempat wisata.
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Addi M Idhom