tirto.id - Terpidana pemerkosa berantai di Inggris, Reynhard Sinaga, menjadi target serangan para narapidana lainnya di penjara HMP Wakefield, Yorkshire, Inggris. Mengutip laporan Independent, Rabu (18/12/202$) Reynhard, yang dihukum 40 tahun penjara, hampir mengalami luka serius akibat dianiaya oleh para narapidana lain, bahkan sampai berpotensi membahayakan nyawanya.
“Sinaga adalah target yang jelas di penjara karena kejahatannya yang bejat. Dia hampir saja mengalami cedera yang sangat serius. Dia dalam bahaya,” ujar seorang sumber kepada The Sun, dikutip dari Independent, Rabu (18/12/2024).
Reynhard Sinaga dihukum atas kejahatannya dengan melakukan 159 pelanggaran seksual, termasuk pemerkosaan terhadap 136 pria muda, saat ia tinggal di Manchester sebagai mahasiswa antara tahun 2015 dan 2017. Perlu diketahui, Reynhard tiba di Inggris sebagai mahasiswa sejak tahun 2005.
Dalam melancarkan aksi bejat, Reynhard menyasar pria-pria mabuk yang rentan di luar kelab malam dan pub. Dia pun akan memancing para korbannya ke apartemennya lalu kemudian membiusnya sehingga dia dapat melancarkan aksi bejatnya. Pemerkosaan yang dilakukan Sinaga berlokasi di Princess Street.
Pada bulan Juni 2017, korban terakhirnya sadar kembali selama pemerkosaan dan berhasil melawannya. Korban tersebut lantas menghubungi polisi tidak lama setelah kejadian tersebut. Setelah penangkapannya, pemeriksaan perangkatnya menemukan ratusan jam rekaman dirinya memperkosa korbannya yang tidak sadarkan diri. Polisi dapat dengan mudah melacak para korban lantaran Sinaga selalu menyimpan barang pribadi korban-korbannya.
Adapun barang yang ditemukan polisi seperti telepon, kartu identitas, dan jam tangan. Hakim Goddard mengatakan "skala dan besarnya" pelanggaran Sinaga berarti "akurat" bagi salah satu korbannya untuk menggambarkannya sebagai monster.
Atas perbuatan kejinya itu, dia dipenjara seumur hidup sejak tahun 2020 dengan masa hukuman minimal 40 tahun.
Setelah vonis dijatuhkan, Ian Rushton, dari CPS, mengatakan Sinaga adalah pemerkosa paling produktif dalam sejarah hukum Inggris atau bahkan mungkin di dunia.
"Rasa hak seksualnya yang ekstrem hampir tidak dapat dipercaya dan dia pasti masih akan menambah jumlah pelanggarannya yang mengejutkan jika dia tidak tertangkap,” kata Ian.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher