tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara year on year ada pada angka 4,3 persen-5,5 persen.
Hal tersebut merupakan target realistis pemerintah setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 secara keseluruhan minus 2 persen akibat pandemi COVID-19.
"Masih ada PR kita harus memulihkan ekonomi masuk dalam zona positif dan kita berharap tahun ini, 2021 pertumbuhan ekonomi bisa kembali pada kisaran 4,3-5,5 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (16/2/2021).
Dalam RAPBN 2021 sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi 2021 di angka 4,5-5,5 persen. Sri Mulyani meyakini Indonesia bisa tembus di angka 5 persen.
"Jadi kita nanti akan lihat kuartal 1 ini. Tapi range ini menggambarkan kita akan masih optimis di sekitar 5 persen untuk 2021," kata Sri Mulyani.
Mantan Managing Director World Bank ini menambahkan, kuartal 1 penting jika melihat indikator pertumbuhan ekonomi meski ada penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB). Ia menyebut, ada pemulihan ekonomi secara nyata dan pemerintah berusaha mengakselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut.
"Ini lah yang kita upayakan di bulan Februari dan Maret ini supaya Q1 tetap bisa ada momentum pemulihan, baik kuartal to kuartal atau YoY. Dengan kuartal 1 yang cukup solid, kita akan jaga supaya di kuartal 2-3 akan rebound, atau recoverynya makin dipercepat. Sekarang range-nya agak bergeser, tapi point estimate kita ada di 5 persen," kata Sri Mulyani.
Namun Sri Mulyani mengatakan, Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) yang telah mendapat penyertaan modal negara (PMN) tidak akan berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini lantaran INA masih sebatas komplementer bila dibandingkan dengan dana PEN maupun APBN Indonesia.
Saat ini, INA sudah mengantongi PMN dalam bentuk uang tunai masing-masing Rp15 triliun di tahun 2020 dan 2021 dan saham negara berbentuk Rp75 triliun.
"Saya rasa kalau ditanya kuantifikasinya, Rp75 triliun dibandingkan APBN yang hampir Rp 2.750 triliun, atau dengan program PEN kita lebih dari Rp 660 triliun ya kita bisa lihat proporsionalitasnya. Artinya SWF [INA] ini komplementer yang melengkapi berbagai instrumen atau policy yang sudah ada," kata Sri Mulyani.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Restu Diantina Putri