tirto.id - Pemerintah akan membentuk tim gabungan untuk menginvestigasi kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambani hingga tewas di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada 19 September lalu. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD alam konferensi pers daring, Kamis (1/10/2020).
“Pemerintah akan membentuk tim investigasi gabungan yang bisa lebih objektif menggali ini agar tidak menimbulkan kontroversi. Selain melibatkan pejabat terkait dan terbatas, juga akan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dan akademisi,” ujar Mahfud.
Mahfud memastikan tim gabungan akan dibentuk dalam waktu dekat. Hasil kerja tim gabungan akan dilaporkan ke Presiden Joko Widodo melalui Mahfud MD.
Rencana pembentukan tim investigasi juga pernah disampaikan Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), Jaleswari Pramodhawardani, pada Senin (28/9/2020). Akan tetapi, hingga kini tim tersebut belum ditetapkan oleh pemerintah.
Mahfud mengklaim situasi di Papua usai penembakan Yeremia sudah aman dan terkendali. Selain itu, dia bilang kalau penyerangan kelompok bersenjata pada September ini dirancang untuk menyongsong Sidang Umum PBB.
Mahfud menuding kelompok bersenjata selalu membuat keributan di Papua menyongsong peringatan 1 Desember.
Mahfud mengatakan keributan terjadi di Papua karena di sana ada kelompok yang ingin memisahkan diri dari Indonesia. Ia menyebut mereka bekerja sama dengan provokator asing.
“Itu kami hadapi karena semua itu melanggar hukum. Bagi pemerintah Indonesia kebersatuan Papua dan Papua Barat dengan NKRI sudah final,” tegas Mahfud.
Dalam perkara penembakan ini, OPM dan TNI-Polri baku tuding tentang siapa yang menewaskan pendeta Yeremia Zanambani.
Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom berkata “yang menembak pendeta di Intan Jaya adalah TNI-Polri,” ketika dihubungi reporter Tirto, Minggu (20/9/2020).
Pernyataan sebaliknya disampaikan aparat keamanan Indonesia. Kapen Kogabwilhan III Kol Czi IGN Suriastawa berkata pendeta Yeremia ditembak KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata)--istilah aparat menyebut OPM.
Suriastawa menuding penembakan terhadap pendeta sebagai "settingan" menjelang Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 22-29 September.
“Gerombolan itu kembali menebar fitnah, mengatakan TNI pelaku penembakan. Mereka yang putarbalikkan TNI menembak pendeta,” kata dia.
Ketika Tirto bertanya apa bukti TNI sehingga meyakini kelompok bersenjata yang membunuh Yeremia, Suriastawa hanya menjawab “masih diinvestigasi oleh Kodam” tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal juga berkata pernyataan OPM itu bohong. Ia mengklaim aparat keamanan Indonesia melindungi masyarakat dari "kebiadaban kelompok bersenjata."
Penulis: Adi Briantika
Editor: Gilang Ramadhan