tirto.id - Toko senjata di Christchurch, Selandia Baru menyatakan pernah menjual senjata secara online pada terduga pelaku penembakan bernama Brenton Tarrant yang telah membunuh 50 orang di masjid pada Jumat (15/3/2019), demikian sebagaimana dilansir USA Today.
Brenton Harrison Tarrant membeli senjata itu melalui "proses pemesanan surat online yang diverifikasi polisi." Pada konferensi pers, pemilik Gun City David Tipple mengatakan toko itu menjual empat senjata dan amunisi kepada Tarrant.
Tipple mengatakan di antara senjata itu tidak ada yang semi-otomatis gaya militer. Perdana Menter Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan penembak menggunakan lima senjata, dua di antaranya semi-otomatis yang dibeli dengan lisensi senjata biasa dan dimodifikasi.
"Kami mendeteksi tidak ada yang luar biasa tentang pemegang lisensi ini," kata Tipple, merujuk pada penembak. Tipple mengatakan ia dan staf merasa "kecewa dan jijik" dengan peristiwa penembakan saat salat Jumat itu.
Toko milik Tipple sempat dikritik karena membuat papan iklan di pinggir jalan yang memperlihatkan orang tua sedang mengajari anak-anak latihan sasaran dengan senapan, usai peristiwa penembakan.
Dikutip dari MSN, 3 hari setelah penembakan paling mematikan dalam sejarah modern Selandia Baru itu, para kerabat menunggu untuk bisa menguburkan orang-orang yang mereka cintai.
Dalam tradisi Islam, jenazah harus dibersihkan dan dikuburkan sesegera mungkin setelah kematiannya, biasanya kurang dari 24 jam.
Ardern mengatakan, pihaknya berharap untuk bisa segera melepas semua jenazah pada Rabu (20/3/2019). Komisaris Polisi Selandia Baru, Mike Bush mengatakan ia akan meminta para ahli untuk menyelesaikan identifikasi secepat mungkin.
Tarrant, warga negara Australia muncul di pengadilan pada Sabtu (16/3/2019) di tengah pengamanan yang ketat. Ia diikat dan mengenakan pakaian penjara serba putih.
Dia tidak menunjukkan emosi ketika hakim membaca salah satu dakwaaan pembunuhan dan mengatakan dakwaan lain akan menyusul. Selandia Baru Herald mewartakan pada Senin, Tarrant memecat pengacara yang ditunjuknya dan berencana untuk membela diri sendiri.
Tarrant mengunggah manifesto antiimigran sebanyak 74 halaman sebelum serangan. Ia juga memakai kamera untuk merekam aksinya saat melakukan penembakan di masjid Christchurch saat salat Jumat.
Facebook menyebut telah menghapus 1,5 juta video penembakan selama 24 jam pertama setelah pembantaian. Ribuan orang memberikan penghormatan kepada para korban pada peringatan di Christchurch, kota yang berpenduduk 400 ribu orang ini.
Ratusan bunga ditumpuk bersama dengan lilin-lilin, balon, dan catatan kesedihan dan soal cinta di luar masjid Al Noor dan taman kota.
Editor: Agung DH