Menuju konten utama

Pantau Atlet Badminton Saat Lockdown, Thailand Pakai Smartwatch

Federasi badminton Thailand memanfaatkan smartwatch untuk memantau para atletnya saat tak bisa berlatih reguler selama lockdown lantaran pandemi Corona (COVID-19). 

Pantau Atlet Badminton Saat Lockdown, Thailand Pakai Smartwatch
Pebulutangkis tunggal putri Thaliand, Ratchanok Intanon. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

tirto.id - Federasi badminton Thailand memanfaatkan smartwatch untuk memantau para atletnya saat tak bisa berlatih reguler selama lockdown lantaran pandemi Corona (COVID-19). Dengan demikian, tim pelatih tetap mengetahui sejauh mana kondisi anak didik mereka meski tidak bertemu langsung.

Tak hanya itu, pelatih juga bisa membandingkan data pemain dari waku ke waktu sehingga mereka dapat mengetahui progres tiap pemain, atau sejauh mana usaha mereka saat berlatih secara mandiri.

"Sebagian besar pemain diminta untuk memakai arloji Polar, sehingga tim pendukung kami dapat memantau mereka," ujar pelatih kepala badminton Thailand, Rexy Mainaky, dikutip dari laman BWF, Kamis (9/4/2020).

“Kita bisa membandingkan data saat ini dengan data masa lalu. Tim pendukung selalu mengirimkan saya laporan tentang perkembangan para pemain, dan sejauh mana mereka memacu diri sendiri," imbuh legenda ganda putra Indonesia peraih emas Olimpiade 1996 bersama Ricky Subagja ini.

Beberapa waktu terakhir para pemain Thailand memang telah diwajibkan untuk selalu menggunakan smartwatch baik di dalam maupun di luar lapangan. Perangkat pintar tersebut mampu mencatat beberapa data penting seperti detak jantung dan pola tidur.

Manfaat teknologi smartwatch kian terasa ketika tim Thailand tak dapat lagi menggelar latihan reguler seperti hari biasa, sejak kepulangan mereka dari All England Open di Inggris pertengahan Maret lalu.

Demi mengatur kondisi kebugaran mereka, pemain diwajibkan berlatih fisik dalam dua sesi, selama enam hari dalam sepekan.

Keterbatasan akses para pemain untuk memanfaatkan fasilitas lapangan juga menjadi tantangan tersendiri bagi para pelatih untuk menerapkan sesi latihan teknik. Mereka kemudian diarahkan untuk berlatih bayangan, atau melatih pukulan ke arah dinding.

“Pemain dapat melakukan latihan bayangan atau memukul ke dinding, atau sesuatu yang serupa, yang membantu menjaga fokus dan refleks. Mereka harus memegang raket agar tidak kehilangan cengkeramannya,” terang Rexy.

“Saya tidak yakin berapa banyak peralatan yang mereka miliki di rumah. Sebagian besar memiliki sepeda atau dumbel kecil. Mereka harus pintar. Mereka harus memikirkan cara tradisional, seperti menggunakan batu atau sesuatu yang berat di tas punggung. Latihan bodyweight cukup untuk saat ini,” imbuhnya.

Rexy mengakui jika saat ini sangat sulit untuk menerapkan latihan lapangan, oleh karenanya ia coba memaksimalkan latihan fisik kepada para pemainnya. Tim pelatih fisik telah diinstruksikan untuk membuat program latihan, mereka juga akan meminta para atletnya untuk memberikan umpan balik.

“Sulit untuk memaksimalkan latihan on-court. Tapi kami bisa memaksimalkan latihan fisik, jadi saya instruksikan pelatih fisik untuk menyiapkan program,” jelas sosok yang mengantarkan tim putri Thailand menembus final Piala Uber 2018 ini.

“Akan bagus jika mereka (pemain) mau menerapkannya sendiri, tidak baik jika mereka hanya berdiam diri sepanjang waktu. Memang tidak terlalu banyak hal positif dalam situasi sekarang. Apa yang kami lakukan hanyalah langkah darurat,” pungkas Rexy.

Baca juga artikel terkait THAILAND LOCKDOWN atau tulisan lainnya dari Oryza Aditama

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Oryza Aditama
Penulis: Oryza Aditama
Editor: Iswara N Raditya