tirto.id - “Dua kata yang umum dikaitkan dengan Praveen Jordan, pertama bakat, dan kedua adalah inkonsistensi,” itulah kalimat pembuka dari artikel BWF yang terbit pada Sabtu (4/4/2020) untuk menggambarkan atlet badminton ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan.
“Ada pemain yang mampu menyatukan bakat dan konsistensi mereka tanpa banyak masalah. Kemudian ada orang-orang seperti Jordan, yang harus berjuang keras untuk menyelaraskan satu dengan lainnya,” tulis BWF.
Di sektor ganda campuran, Praveen Jordan setidaknya pernah dipasangkan dengan tiga pemain berbeda, seperti Vita Marissa, Debby Susanto, dan Melati Daeva Oktavianti.
Bersama Debby Susanto, Praveen menyabet medali emas SEA Games 2015 serta trofi All England 2016. Pasangan ini juga mencapai posisi tertinggi di peringkat 2 dunia pada November 2016.
Selepas menjuarai All England 2016, performa duet Praveen/Debby perlahan mulai meredup. Hingga akhir tahun 2016 mereka tak mampu mengamankan satupun gelar tambahan.
Tahun 2017 penampilan Praveen/Debby masih terbilang naik turun. Mereka kerap tersingkir di babak pertama sebuah kejuaraan, termasuk saat gelaran All England 2017.
Meski beberapa kali sempat pula menembus partai final, namun pada tahun 2017 Praveen/Debby hanya mampu mengemas satu gelar dari ajang Korea Open.
“Saya bermain bersama Praveen selama tiga atau empat tahun, dan saya meraih kemenangan terbesar saya bersamanya. Dia pemain berbakat, dia masih muda. Saya pikir dia bisa masuk lima besar para pemain putra, tetapi masalahnya adalah inkonsistensi,” ujar Debby Susanto.
“Terkadang dia banyak melakukan kesalahan. Itu satu-satunya masalah. Jika dia mampu mengatasinya, dia bisa menjadi pemain yang sangat bagus,” tambah Debby yang sejak awal tahun 2019 telah memutuskan gantung raket.
Memasuki awal tahun 2018, Praveen mulai dipasangkan bersama Melati. Pasangan ini sempat mengalami periode yang sangat buruk saat menelan 5 kali kekalahan di final tanpa pernah meraih satu pun gelar juara.
Peruntungan mereka sempat berubah ketika menjuarai ajang Denmark Open 2019 dan French Open 2019.
Meski meraih medali emas SEA Games 2019 pada Desember, namun dalam seri turnamen BWF World Tour performa Praveen/Melati kembali meredup. Mereka tak lolos penyisihan grup World Tour Finals 2019, serta tersingkir di babak pertama ajang Malaysia Masters 2020.
Akan tetapi, tepat sebelum BWF menghentikan seluruh turnamen internasional pada medio bulan Maret 2020 akibat pandemi COVID-19, Praveen/Melati sukses mencatat hasil maksimal dengan menjuarai ajang bergengsi All England 2020.
“Saya pikir dia (Praveen Jordan) adalah pemain yang luar biasa. Sedikit naik turun, seperti itulah jalan karirnya, tapi mereka selalu mengharapkannya. Ia memiliki turnamen yang mana berhasil mencapai level yang menurut Anda sangat gila,” ujar Joachim Fischer Nielsen, mantan atlet ganda campuran Denmark yang kini berkiprah sebagai pelatih.
“Dan kemudian mungkin ada turnamen yang membuat anda berpikir, bagaimana ia bisa serendah itu. Tapi memang begitulah gayanya,” imbuhnya.
Penulis: Oryza Aditama
Editor: Iswara N Raditya