Menuju konten utama

OJK: Indonesia Negara Ketiga Paling Banyak Kena Serangan Siber

Dian Ediana Rae menyebut Indonesia sebagai salah satu negara yang paling banyak menerima serangan siber.

OJK: Indonesia Negara Ketiga Paling Banyak Kena Serangan Siber
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Selasa (14/11). tirto.id/Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menyebut Indonesia sebagai salah satu negara yang paling banyak menerima serangan siber. Bahkan, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia sebagai negara dengan serangan siber terbanyak.

"Indonesia masuk lima besar dari negara yang paling banyak mendapat serangan (siber). Nah, nomor tiga persisnya," ujar Dian di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Selasa (14/11).

Dalam bahan paparannya, jumlah serangan siber ke Indonesia mencapai 13,2 miliar pada 2022 lalu. Sementara, jumlah serangan siber yang dialami Rusia dan Prancis masing-masing mencapai 22,3 miliar dan 13,8 miliar.

"Saya kira ini sangat-sangat besar (jumlah serangan siber), hanya kalah dari Rusia dan Prancis," beber Dian.

Atas peristiwa tersebut, OJK meminta seluruh perbankan di Tanah Air untuk memperkuat keamanan sistem digital. Hal ini untuk mengantisipasi serangan siber sekaligus mengamankan data pribadi nasabah.

"Ini kan persoalan berat, apalagi serangan ransomware, itu tebusannya terus meningkat saja," tegas Dian.

Serang siber jenis ransomware ialah jenis perangkat perusak yang dirancang sedemikian rupa untuk menghalangi akses kepada sistem komputer atau data. Tujuannya, untuk meminta tebusan dibayarkan agar sistem digital dapat kembali digunakan.

Selain itu, demi mengamankan perbankan dari serangan siber, Dian mendorong adanya kolaborasi dengan berbagai pihak. Langkah ini sangat penting agar serangan siber dapat terbendung dengan baik.

“Kita ingin menyampaikan pentingnya koordinasi dan kolaborasi dengan pihak-pihak cyber security. Bagaimana cara menangani masalah siber ini baik Bank Indonesia (BI) dengan OJK maupun pihak lainnya,” kata Dian.

“Kita perlu bantuan Kominfo misalnya untuk menindak pidana tertentu, berkolaborasi itu penting dalam menangani serangan siber,” lanjut Dian.

Dian juga menekankan pentingnya ekosistem siber demi melindungi perbankan. Sebab, persoalan ransomware sudah semakin sulit ditangani dan penebusan saat ini semakin tinggi harganya.

“Persoalan ransomware ini susah. Dan jika menyerah bentuk tebusan itu akan semakin meningkat skalanya jadi 1,2-2,2 juta dolar AS,” kata Dian.

Baca juga artikel terkait SERANGAN SIBER atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang