tirto.id - Kemenangan Michelle Yeoh, Jennifer Collidge, ataupun Angela Basset di ajang penghargaan Golden Globes 2023 menyematkan pesan penting, usia hanyalah angka.
Bassett memenangkan aktris pendukung terbaik melalui film Wakanda Forever sementara Yeoh memenangkan aktris terbaik yang diraihnya lewat film Everything Everywhere All at Once. Masing-masing berusia 64 tahun dan 60 tahun.
Jennifer Collidge, 61 tahun, mengatakan pada pidato kemenangannya di Golden Globe bahwa ia memiliki mimpi besar saat masih muda, namun kemudian menjadi tua terasa begitu cepat, dan ia panik. Bagaimana dengan karir atau hidupnya? Beruntung ia kemudian mendapatkan tawaran peran di The White Lotus yang mengantarkannya meraih Golden Globe pertamanya.
Di SAG Awards 2023, Collidge dan Yeoh kembali mendapatkan penghargaan masing-masing di kategori "Female Actor in a Drama Series" dan "Female Actor in a Leading Role — Motion Picture".
Sebentar lagi, ajang tertinggi perfilman dunia, Oscar, akan diselenggarakan. Melihat kesuksesan ketiga perempuan ini di beberapa ajang penghargaan lainnya, mungkinkah Hollywood akan "menggelar karpet merah" ke beberapa aktris senior ini di ajang Oscar tanggal 13 Maret nanti?
Capaian aktris-aktris senior di beberapa penghargaan film tahun ini seakan menjadi gebrakan baru dalam industri perfilman seperti Hollywood. Sebab sebelumnya, aktris perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun dianggap tidak lazim lagi dalam industri film Hollywood.
"Industri ini selalu menjadi industri yang terobsesi dengan kaum muda," kata Yalda T. Uhls, pendiri dan direktur eksekutif U.C.L.A's Center for Scholars & Storytellers seperti dikutip dari New York Times
Susan J. Douglas, seorang profesor komunikasi dan media di University of Michigan dan penulis "In Our Prime: How Older Woman Are Reinventing the Road Ahead", juga punya pendapat yang sama.
Ia mengatakan seorang aktris berusia 45 tahun akan lebih mungkin untuk menghilang dari layar atau muncul beberapa tahun kemudian dalam peran pendukung. Dengan satir Douglas menyebut peran-peran yang tersedia juga terbatas, seperti pasien yang sekarat atau ibu mertua yang mengerikan. Beda dengan laki-laku yang dapat menemukan peran berapa pun usianya.
Laporan dari Geena Davis Institute on Gender and Media turut menyebut pula bahwa bahkan sekarang, ada kelangkaan peran untuk aktris yang lebih tua. Laporan tersebut membeberkan tidak ada pemeran pemeran berusia di atas 50 tahun di film-film berpenghasilan tertinggi dari Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat pada 2019, dan hanya seperempat karakter berusia di atas 50 tahun adalah perempuan.
Studi baru juga menunjukkan hal yang sama. Dr. Martha Lauzen, direktur eksekutif Pusat Studi Perempuan di Televisi dan Film, San Diego State University menemukan karakter perempuan berusia sekitar 40 tahun mulai banyak menghilang baik dari program siaran maupun streaming.
Lebih detailnya adalah pada program jaringan siaran, persentase karakter perempuan anjlok saat mereka berusia 30-an hingga 40-an. Sedangkan persentase karakter utama perempuan turun dari 42 persen di usia 30-an menjadi 15 persen di usia 40-an. Penurunan serupa terjadi pada layanan streaming.
Lalu saat telah berusia 60-an, perempuan hanya mewakili 3 persen dari karakter utama.
Hasil tersebut didapat Lauzen setelah ia melacak lebih dari 3000 karakter dan lebih dari 3800 kredit di balik layar untuk komedi, drama, dan program realitas.
"Ini adalah stereotip gender yang sudah ketinggalan zaman sehingga saya terkejut melihatnya tetap ada di industri televisi dan film. Menariknya, temuan tersebut konsisten dalam penelitian yang sudah saya mulai lebih dari 20 tahun yang lalu. Jumlahnya tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun," ungkap Lauzen.
Padahal ketika perempuan di dunia nyata mencapai usia 40-an, mereka justru memperoleh kekuatan pribadi dan profesional. Namun justru pada usia inilah jumlah perempuan menyusut di televisi dan film.
"Mayoritas media memberikan gambaran tentang gender dan usia, menilai perempuan berdasarkan kemudaan dan kecantikan, dan laki-laki untuk pencapaian mereka," kata Lauzen.
Hasil studi tersebut rupanya tidak ditampik Yeoh. Ia sendiri mengakui karirnya perlahan menyusut karena ia semakin tua.
"Saya berusia 60 tahun lalu. Semakin bertambah usia peluangnya (karir) juga semakin kecil. Tapi bagaimanapun peran dalam Everything Everywhere All at Once mengubah segalanya dan itu adalah hadiah terbaik," katanya.
Meike Lusye Karolus, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, UPN Veteran Yogyakarta menjelaskan, industri secara umum memang dibentuk karena ketidakpuasan manusia dan adanya ideologi dominan yang bekerja di dalamnya.
Begitu pula saat berbicara soal industri film, di mana ideologi patriaki masih berperan dalam membentuk persepsi masyarakat modern terhadap seorang perempuan. Mereka dianggap berharga ketika mereka masih berusia muda. Sementara saat tua, hidup perempuan sudah tidak berguna lagi.
“Pandangan patriaki melihat perempuan sebagai objek seksual, hanya sebagai sebatas alat reproduksi. Setelah menopause hidup mereka berhenti dan tidak berguna lagi. Padahal tidak demikian karena hidup seseorang tidak linear. Mereka juga masih bisa berkarya, memiliki hasrat, dan semangat,” ungkap Meike.
Persepsi yang muncul di masyarakat ini pada akhirnya yang kemudian menghadirkan rasa takut dan malah membatasi serta melanggengkan bahwa perempuan berumur memang benar-benar memiliki expired date alias kadaluarsa. Bukan sebagai manusia yang berdaya.
“Apalagi isu aging selama ini masih merupakan isu marjinal. Orang-orang lebih suka membahas usia produktif yang memang sejalan dengan kebutuhan industri. Padahal lansia pun harus disiapkan. Ini membuat mereka tidak cukup bekal pengetahuan untuk menghadapi ketika fase tersebut tiba,” terang Meike yang fokus melakukan riset di bidang media, gender, dan budaya.
Untuk itu penting bagi seseorang untuk memahami bahwa aging merupakan sebuah siklus hidup yang tidak bisa terelakkan. Namun di sisi lain perlu juga untuk menghilangkan anggapan ketidakberdayaan untuk berkarya.
Angin Segar
Amy Baer, presiden Landline Pictures, menyebut penggambaran perempuan yang lebih matang di Hollywood justru mulai meningkat, baik dalam jumlah maupun cakupan. Film-film tersebut bahkan mampu meraih kesuksesakan komersial yang cukup.
Contohnya saja film It's Complicated yang dibintangi oleh Meryl Streep. Film bergenre romantis ini menggambarkan perempuan berusia 60-an yang menjadi pemeran utama.
Kuncinya menurut Baer adalah menceritakan jenis cerita yang tepat, menghibur, dapat diterima, dan berhubunggan dengan pengalaman hidup yang dialami oleh siapa pun yang berusia di atas 50 tahun, tetapi orang di bawah 50 tahun juga dapat menikmatinya.
Seperti misalnya proyek Landline Pictures berjudul Jerry and Marge Go Large (2022). Film komedi yang dibintangi Annette Bening dan Bryan Cranston menceritakan pasangan pensiunan yang memenangkan lotre dan menggunakannya untuk membantu kota mereka.
Proyek semacam itu memungkinkan aktris yang tidak lagi muda memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia peran lagi. Bahkan tak menutup kemungkinan berperan sebagai pemeran utama dalam lakon yang kompleks, bahkan terkadang menjadi peran terbaik pula dalam karier mereka.
Sebuah gerakan yang disebut dengan Acting Your Age Campaign (AYAC) diinisiasi untuk menyerukan adanya representasi bagi perempuan berusia di atas 45 tahun yang lebih baik di industri film.
Surat terbuka kemudian ditandatangani oleh lebih dari oleh lebih dari 100 aktor dan public figure -termasuk Juliet Stevenson, Meera Syal, David Tennant dan Zawe Ashton yang mendesak untuk diakhirinya 'pembatasan' usia di industri hiburan yang telah mengakar.
"Aktris muda yang diminati saat ini akan menjadi aktris paruh baya yang menganggur di masa depan. Kami berjuang untuk memastikan kami adalah generasi terakhir yang mengalami," tulis AYAC dalam surat terbuka mereka.
Surat itu memuat beberapa rekomendasi untuk komisaris perusahaan penyiaran dan produksi serta berita. Seperti misalnya, menyerukan kesetaraan usia dalam panel politik, diskusi, berita, dan tamu studio.
Panel yang hanya terdiri dari pria paruh baya dan perempuan muda dikatakan sudah ketinggalan zaman dan tidak representatif.
Pada akhirnya kemenangan Yeoh dan Basset dan munculnya berbagai gerakan pendukung representasi perempuan berusia matang di industri film, bisa memberikan angin segar sekaligus penanda sebuah perubahan steriotipe, bahwa siapapun punya hak untuk bisa berkarya terlepas berapa pun usianya.