Menuju konten utama

Neurocosmetics, Saat Skincare Diklaim Bikin Bahagia

Neurocosmetics adalah bidang yang terkait produk perawatan kulit, dan berhubungan dengan kesehatan kulit serta kesejahteraan emosional.

Neurocosmetics, Saat Skincare Diklaim Bikin Bahagia
Ilustrasi Skincare bikin bahagia. foto/istockphoto

tirto.id - Beberapa tahun terakhir, istilah neurocosmetics tren dan menjadi perbincangan di dunia kecantikan maupun media sosial. Konsep ini menggabungkan produk perawatan kulit, dan kesejahteraan emosional, menjanjikan kulit sehat sekaligus suasana hati yang lebih baik.

Artikel berikut akan membahas mengenai apa itu neurocosmetics dan apa benar bisa bikin bahagia. Simak terus untuk mengetahui lebih lanjut.

Apa itu Neurocosmetics?

Dikutip laman Croda Beauty, neurocosmetics atau neurokosmetik adalah tren kecantikan terkini yang berakar ada pengetahuan ilmu saraf.

Lebih lanjut, neurokosmetik dirancang untuk berinteraksi dengan sistem saraf di kulit, seperti neuroreseptor dan neurotransmiter, guna menghasilkan efek ganda, yakni untuk memberikan hasil kecantikan yang terlihat dan efek psikologis seperti relaksasi atau peningkatan suasana hati.

Pendekatan ini muncul dari pemahaman baru bahwa kulit bukan sekadar pelindung tubuh, tetapi juga organ aktif yang memiliki banyak ujung saraf dan reseptor. Jaringan ini terhubung langsung dengan pusat emosi di otak. Karena itu, saat kulit dirangsang melalui produk tertentu, respons emosional positif pun bisa muncul.

Sebaliknya, emosi negatif dan kurang tidur juga dapat berdampak buruk pada kulit. Stres, misalnya, memicu otak melepaskan neurotransmiter yang mengganggu regenerasi sel kulit dan menyebabkan berbagai masalah kulit.

Beberapa hal yang membuat tren neurokomestik berkembang, antara lain karena:

1. Gerakan kesehatan holistik

Kini banyak orang melihat kecantikan sebagai bagian dari kesehatan menyeluruh. Batas antara perawatan kulit, kesehatan mental, dan gaya hidup semakin kabur. Neurocosmetics menawarkan pendekatan menarik: membuat kulit tampak sehat sekaligus membantu menjaga keseimbangan emosi.

2. Kesadaran akan Kesehatan Mental

Meningkatnya kasus stres, kecemasan, dan depresi, terutama setelah pandemi COVID-19 mendorong banyak orang untuk mencari cara perawatan diri yang menenangkan. Menggunakan produk skincare yang juga mendukung kesehatan mental menjadi pilihan yang menarik.

3. Pengalaman Sensorik yang Dicari Konsumen

Generasi milenial dan Gen Z tidak hanya mencari hasil, tetapi juga pengalaman. Mereka menyukai produk dengan aroma menenangkan, sensasi dingin, atau tekstur lembut yang memberi efek relaksasi layaknya spa di rumah. Neurocosmetics menjawab kebutuhan ini dengan memanjakan indera sekaligus menenangkan pikiran.

4. Dukungan Ilmiah dan Teknologi

Penelitian menunjukkan bahwa kulit dan otak saling berkomunikasi melalui sistem saraf dan zat kimia. Stres bisa memperburuk jerawat atau eksim, sedangkan perawatan kulit tertentu dapat membantu menenangkan pikiran.

Lantas benarkah klaim tentang kosmetik dan skincare bisa bikin seseorang Bahagia?

Benarkah Ada Skincare yang Bisa Bikin Bahagia?

Saat ini, alat seperti EEG dapat mengukur respons emosional terhadap produk, memberi peluang bagi produsen untuk memvalidasi klaim “skincare yang bikin bahagia” secara ilmiah.

Sebuah penelitian menunjukkan adanya komunikasi dua arah antara keduanya, dikenal sebagai sumbu kulit-otak (skin-brain axis). Inilah dasar dari konsep neurocosmetics, yaitu produk perawatan kulit yang tak hanya menargetkan kondisi kulit, tapi juga meningkatkan kesejahteraan emosional.

Kulit ternyata bukan sekadar lapisan pelindung tubuh. Ia merupakan organ sensorik yang kompleks, kaya dengan ujung saraf dan sel imun yang aktif.

Sel-sel kulit seperti keratinosit, melanosit, dan sel imun dapat memproduksi serta merespons zat kimia otak seperti dopamin, serotonin, dan β-endorfin, zat yang dikenal berperan dalam mengatur suasana hati dan rasa bahagia.

Artinya, apa yang terjadi pada kulit dapat memengaruhi emosi, begitu juga sebaliknya. Saat seseorang stres, sistem saraf dan imun kulit ikut terpengaruh, yang bisa memicu gangguan seperti jerawat, eksim, atau psoriasis.

Sebaliknya, ketika kulit distimulasi dengan bahan tertentu yang menenangkan, tubuh bisa menghasilkan respons positif yang menurunkan stres dan membuat perasaan lebih baik.

Beberapa bahan aktif neurocosmetics diketahui bekerja dengan cara ini. Misalnya:

  • Peptida tertentu yang membantu mengendurkan otot wajah dan mengurangi ketegangan.
  • Bahan yang merangsang produksi β-endorfin, yang memberi efek relaks dan nyaman pada kulit.
  • Kandungan berbasis kanabinoid (seperti pada CBD skincare) yang berinteraksi dengan reseptor saraf kulit untuk mengurangi peradangan dan nyeri, sekaligus membantu memperbaiki suasana hati.
Selain itu, konsep “kosmetik neurosensorik” kini berkembang, yaitu produk yang merangsang indera, seperti sensasi dingin, lembut, atau aroma menenangkan, yang dapat membantu menyeimbangkan emosi saat digunakan.

Jadi, meski “skincare yang bikin bahagia” terdengar seperti slogan promosi, ada dasar ilmiah di baliknya.

Meski demikian, kita tetap perlu berhati-hati terhadap klaim berlebihan. Skincare mungkin bisa membantu menenangkan pikiran dan membuat seseorang merasa lebih baik, tapi kebahagiaan sejati tetap datang dari keseimbangan tubuh, pikiran, dan gaya hidup secara menyeluruh.

Ingin tahu artikel lainnya terkait skincare? Kamu bisa membacanya di sini.

Baca juga artikel terkait SKINCARE atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Me Time
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Sekar Kinasih