Menuju konten utama

Tips Atasi Depresi saat Pandemi & Bedanya dengan Pandemic Fatigue

Tips mengatasi depresi selama pandemi COVID-19 dan apa perbedaannya dengan pandemic fatigue?

Tips Atasi Depresi saat Pandemi & Bedanya dengan Pandemic Fatigue
Ilustrasi. FOTO/Istock

tirto.id - Pandemi COVID-19 yang telah terjadi selama hampir 2 tahun telah menyebabkan banyak orang mengalami depresi, apalagi pandemi juga telah menyebabkan banyak perubahan pada cara menjalani hidup, berkegiatan, rutinitas harian yang berubah, tekanan keuangan, dan isolasi sosial.

Banyak orang khawatir dan takut akan terjangkit virus dan memikirkan berapa lama pandemi akan berlangsung, hingga stres karena kehilangan pekerjaan menjadi beberapa faktor yang menyebabkan stres saat pandemi.

Selama pandemi COVID-19, Anda mungkin mengalami stres, kecemasan, ketakutan, kesedihan, dan kesepian. Dan gangguan kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi, dapat memburuk.

Melansir Mayoclinic, sebuah survei menunjukkan peningkatan besar dalam jumlah orang dewasa AS yang melaporkan gejala stres, kecemasan, depresi, dan insomnia selama pandemi, dibandingkan dengan survei sebelum pandemi.

Isolasi mandiri, anxiety atau kecematan, ekonomi yang tidak menentu sedikit banyak dapat menimbulkan depresi. Depresi yang muncul berbeda dengan kondisi pandemic fatigue.

Penyebab Depresi Saat Pandemi

Secara umum, depresi dapat membuat seseorang merasa hidupnya hampa dan tidak berguna. Kondisi ini dapat memengaruhi cara berpikir, menguras energi serta membuat hari-hari menjadi tidak produktif.

Stres saat pandemi sangat umum muncul. Banyak orang terdampak pekerjaannya akibat pandemi, mulai dari berkurangnya pendapatan hingga benar-benar kehilangan pekerjaan. Tak sedikit pula yang kehiilangan orang yang dicintai karena merebaknya virus corona.

Selain itu, berikut beberapa hal yang dapat menjadi penyebab depresi saat pandemi, melansir situs HelpGuide.org.

1. Isolasi dan Kesepian

Manusia merupakan makhluk sosial. Terhalang dari keluarga, suport, dan orang yang dicintai dapat memantik depresi atau memperburuk depresi yang sudah ada.

Berbulan-bulan sendiri karena isolasi mandiri, membuat manusia belakangan harus menghadapi sendiri masalah yang hadir.

2. Masalah dalam Hubungan

Punya support system yang hadir langsung dalam kehidupan dapat mengatasi kesepian. Namun, nyatanya kesepian seringkali bukan yang terburuk.

Berbulan-bulan terkungkung dalam hubungan yang tidak harmonis bahkan abusif bisa jadi momok yang lebih menakutkan daripada kesepian dan kesendirian.

3. Peningkatan Level Stres

Level stres yang meningkat saat pandemi dapat menjadi bahan bakar depresi. Level stres yang meningkat disebabkan oleh perubahan yang signifikan dalam hidup, seperti kehilangan orang yang dicinta, kehilangan pekerjaan, mengidap penyakit serius, atau masalah lain yang semakin meruncing karena pandemi.

Karena pandemi pula, banyak orang mengalami beberapa kondisi ini sekaligus. Depresi pun menjadi lebih mudah menjangkiti.

4. Pengaruh Pola Hidup

Stres, kebosanan, dan masalah yang hadir karena pandemi banyak mengubah pola hidup. Pola hidup yang berubah dapat berupa minum minuman keras berlebihan, menyalahgunakan narkoba, hingga makan junk food berlebihan. Orang-orang mengalami pola hidup tersebut untuk mengobati rasa stres karena pandemi.

Perlu diingat, hal-hal di atas mungkin dirasa mampu mengatasi depresi karena pandemi. Namun efek yang ditimbulkan hanya sementara, dan malah bisa memperparah depresi saat pandemi.

Padahal, masih banyak cara lain yang lebih sehat yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres karena pandemi.

Perbedaan Depresi Saat Pandemi dan Pandemic Fatigue

Depresi saat pandemi merupakan kondisi klinis yang ditimbulkan oleh stres berlebihan karena pandemi. Kondisi ini berbeda dengan pandemic fatigue.

Dilansir dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Pandemic Fatigue merupakan kondisi sosial di mana masyarakat "muak" dengan pandemi.

Masyarakat mengalami demotivasi dalam menjalani pandemi sesuai yang diarahkan oleh pemerintah. Berikut beberapa aktivitas yang diasosiasikan dengan Pandemic Fatigue:

- berkurangnya kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan saat pandemi.

- meningkatnya rasa acuh terhadap informasi mengenai perkembangan kasus COVID-19.

- berkurangnya ketakutan masyarakat terhadap COVID-19 dan risiko kesehatan yang ditimbulkan.

Demotivasi ini merupakan kondisi alami manusia saat mengalami krisis seperti sekarang. Semakin lama berlangsung, masyarakat akan mencapai titik jenuhnya, dan mulai abai terhadap COVID-19. WHO mengatakan bahwa demotivasi ini muncul didasari oleh tiga hal.

Pertama, masyarakat terbiasa dengan eksistensi virus COVID-19. Masyarakat tidak lagi takut dengan data-data yang diberikan oleh epidemiolog mengenai risiko pandemi karena memang sudah biasa hidup berdampingan dengan virus ini.

Kedua, rasa ingin memberontak dan rasa ingin bebas semakin meningkat. Hal ini karena semakin lama waktu bagi masyarakat dihadapkan pada larangan dan lockdown. Bagaimanapun, aturan yang mengekang dan selalu berubah sangat tidak nyaman bagi masyarakat.

Ketiga, manusia dapat beradaptasi bahkan dalam kondisi yang paling keras sekalipun. Hal ini dapat terjadi bila manusia mengalaminya dalam jangka waktu yang lama. Hal ini pula yang membuat manusia tidak lagi merasa terancam dengan pandemi.

Cara Atasi Depresi Saat Pandemi

Mengatasi depresi saat pandemi tanpa bertemu ahli bukan tidak mungkin dilakukan. Penderita depresi dapat memulai beberapa cara berikut ini.

1. Memulai program home workout. Stres karena dampak pandemi dapat dialihkan pada aktivitas fisik, seperti senam pagi, yoga, maupun home workout.

2. Membuat karya seni. Bagi yang memiliki jiwa seni, waktu senggang saat berisolasi dapat dimanfaatkan untuk membuat karya seni. Bisa dengan melukis, memahat, atau bermain alat musik untuk mengatasi rasa stres.

3. Memulai karir di dunia digital. Kehilangan pekerjaan luring dapat diantisipasi dengan hal ini. Bisa dimulai dengan membuat vlog sehari-hari di youtube, atau memulai karir freelance di Fiverr atau membuat video streaming game di Twitch.

4. Mengikuti kursus daring. Belajar secara daring tidak kalah mengasyikkan daripada belajar di kelas. Telah banyak situs yang menawarkan kursus keahlian daring, seperti Revou, Ruangguru, dsb.

Hal-hal di atas bila dilakukan dengan konsisten, maka perlahan dapat mengatasi depresi saat pandemi, dan menghindarkan diri dari Pandemic Fatigue.

Baca juga artikel terkait GANGGUAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Adilan Bill Azmy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Adilan Bill Azmy
Penulis: Adilan Bill Azmy
Editor: Yandri Daniel Damaledo