Menuju konten utama

Neraca Dagang RI Suprlus $2,91 Miliar, Terbesar Disumbang AS

BPS mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar 2,91 miliar dolar AS pada Maret 2023.

Neraca Dagang RI Suprlus $2,91 Miliar, Terbesar Disumbang AS
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (16/1/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Desember mengalami surplus mencapai 3,86 miliar dolar AS, sementara surplus sepanjang 2022 mencapai 54,46 dolar AS. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar 2,91 miliar dolar AS pada Maret 2023. Surplus dipicu nilai ekspor masih tinggi mencapai 23,50 miliar dolar AS dibandingkan dengan impornya 20,59 miliar dolar AS.

"Pada Maret 2023 neraca perdagangan barang kembali mencatat surplus yaitu sebesar 2,91 miliar dolar AS," kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS, Imam Machdi dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2023).

Imam mengatakan dengan surplus ini, neraca perdagangan sampai Maret 2023 menambah daftar panjang surplus selama 35 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Walaupun, dia mengakui surplus ini melemah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan lebih rendah dari Maret 2022.

"Pada Maret 2023 ini sebenarnya cukup melelah surplusnya, melemah ya apabila kita bandingkan dengan bulan sebelumnya," katanya.

Imam merinci neraca perdagangan komoditas non migas tercatat surplus sebesar 4,58 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utama yaitu komoditas bahan bakar mineral HS 27, lemak dan minyak hewan nabati HS 15, serta besi dan baja HS 72.

Sedangkan neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar 1,68 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang defisit utama yaitu minyak mentah dan juga hasil minyak.

"Tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar pada Maret 2023 adalah negara Amerika Serikat India dan Filipina," katanya.

Imam mengungkapkan Amerika Serikat mengalami surplus sebesar 1,09 miliar dolar AS. Surplus terbesar pada komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya HS 85, komoditas pakaian dan aksesorisnya rajutan HS 61, dan pakaian dan aksesorisnya yang bukan rajutan HS 62.

Sedangkan India mengalami surplus sebesar 1,08 miliar dolar AS. Surplus terbesar terjadi pada komoditas bahan bakar mineral HS 27, kemudian lemak dan minyak hewan nabati HS 15, serta biji logam jarak dan abu yaitu HS 26.

"Dan negara Filipina kita lihat surplus sebesar 806 juta dolar AS terbesar pada komoditas bahan bakar mineral HS 27, kemudian kendaraan dan bagiannya HS 87, dan juga biji logam perak dan abu yaitu HS 26," pungkas dia.

Baca juga artikel terkait SURPLUS NERACA DAGANG atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin