tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membuka kemungkinan pengalihan investasi kilang Cilacap ke investor lain di luar Saudi Aramco.
Luhut mengataan saat ini pembangunan kilang itu masih terkendala perkara valuasi yang belum kunjung jelas dan memuaskan nilai yang diinginkan pemerintah.
“Iya (valuasi) belum keluar. Kalau betul tetap segitu, tentu kita liat pilihan lain,” ucap Luhut kepada wartawan saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Senin (11/11/2019).
Kilang Cilacap ini adalah salah satu dari total 5 megaproyek Refinery Development Master Plan (RDMP). Lokasi proyek ini antara lain adalah Cilacap, Jawa Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur; dan Plaju, Sumatera Selatan.
Joint Venture Development Agreement (JVDA) antara Pertamina dengan Saudi Aramco mulanya akan berakhir di akhir Juni 2019.
Namun, dalam pertemuan G20 pada Juni 2019, Indonesia dan Arab Saudi sepakat memperpanjang sampai akhir September 2019 lantaran belum titik temu mengenai valuasi aset kilang tersebut.
Setelah diperpanjang sampai September, JDVA kembali diperpanjang lagi sampai Oktober ini.
Menteri BUMN Erick Thorir sempat memberi tenggat agar masalah valuasi ini bisa beres pada Desember 2019. Ia juga membuka kemungkinan bila perhitungan valuasi ini mash simpang siur dan tak kunjung menemui kepastian, pemerintah akan mencari alternatif lain.
Luhut mengatakan nilai terakhir proyek tersebut masih kurang 1,5 milar dolar AS. Dari hasil evaluasi itu pemerintah masih akan mengkaji kelanjutan proyek ini.
“Aramco kita lagi evaluasi. Selisihnya masih ada 1,5 miliar dolar AS. Kita lihat bagaimana,” jelas Luhut.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana