tirto.id - Wakil Ketua Takmir Masjid (LTM) PBNU, Nasyirul Falah Amru, menuding anggota Pansus Angket Haji dari Fraksi Golkar, Nusron Wahid, memiliki motif dendam pribadi dengan PBNU. Hal ini karena sebelumnya, Nusron meminta Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, untuk tidak ikut campur dengan kerja Pansus Haji yang ada di DPR.
“Kelihatan ada dendam pribadi. Padahal Nusron ini kan masih tercatat sebagai salah satu ketua lembaga di PBNU, yakni LPP PBNU,” kata Falah dalam keterangan pers, Selasa (30/7/2024).
Falah mengungkapkan, penyebab Nusron memiliki dendam dengan PBNU karena direposisi jabatannya di PBNU dari yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua Umum kini menjadi Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) PBNU.
Dia menjelaskan, jabatan ini sebenarnya untuk menjalankan aturan organisasi di PBNU, di mana Wakil Ketua Umum tidak dibenarkan rangkap jabatan dengan pengurus harian partai politik. Falah menyampaikan dia juga harus berpindah jabatan di PBNU, karena merangkap jabatan lain sebagai pengurus harian di salah satu sayap politik PDI Perjuangan.
“Saya juga diturunkan dari ketua PBNU kini menjadi wakil Ketua Lembaga Ta'mir Masjid PBNU. Tapi kan ini aturan organisasi jadi harus dijalani,” katanya.
Dirinya menerangkan bahwa, ucapan Yahya mengenai Pansus Haji tercetus karena ditanya oleh awak media. Oleh karenanya, dia mengingatkan bahwa pernyataan Nusron di publik adalah sesuatu yang tak layak.
“Nusron sebagai ketua lembaga di PBNU semestinya tidak perlu bicara begitu. Apalagi Gus Yahya hanya ditanya wartawan. Itupun hanya jangan-jangan (dendam pribadi), bisa benar bisa salah,” kata Falah.
Meski mengklaim tak ingin ikut campur terkait Pansus Haji, Falah menegaskan bahwa haji tahun ini lebih baik daripada sebelumnya. Klaim tersebut muncul karena dia melihat ada banyak masyarakat yang memuji pelaksanaan haji tahun ini.
"Faktanya, banyak masyarakat yang menilai haji kali ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Jika Pansus tetap jalan, Gus Yahya secara berkelakar mengatakan, kemungkinan ada masalah pribadi di dalamnya," kata dia.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Anggun P Situmorang