tirto.id - Jalan kaki 10 ribu langkah per hari dapat meningkatkan kualitas hidup. Jalan kaki 10 ribu langkah per hari dapat menyehatkan jantung. Jalan kaki 10 ribu langkah per hari dapat menurunkan tekanan darah. Begitu kiranya slogan-slogan kesehatan mengglorifikasi standar jalan kaki 10 ribu langkah.
Begitu banyak manfaat yang, katanya, bisa didapatkan dari aktivitas fisik jalan kaki 10 ribu langkah setiap harinya. Akan tetapi, dari mana asal mula standar 10 ribu langkah tersebut?
Meskipun saat ini banyak ahli yang merekomendasikan berjalan 10 ribu langkah per hari, standar tersebut sebenarnya tidak bermula dari studi ilmiah atau riset intensif. Selidik punya selidik, angka "baku" tersebut awalnya berasal dari sebuah produk yang diluncurkan kurang lebih enam dekade silam.
Lahirnya Angka Baku Langkah Kaki
Alkisah pada 1964, ibu kota Jepang, Tokyo, menjadi tuan rumah kompetisi olahraga multicabang Olimpiade. Seperti halnya pada zaman sekarang, banyak jenama yang ingin memanfaatkan animo masyarakat menyambut Olimpiade untuk memasarkan produk-produknya. Tak terkecuali sebuah perusahaan pembuat jam bernama Yamasa Clock and Instrument Co. yang merilis pedometer baru.
Pedometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghitung jumlah langkah seseorang yang berjalan kaki. Pedo dalam bahasa Latin berarti kaki dan meter artinya alat hitung.
Pedometer bikinan Yamasa Clock merupakan pedometer pertama yang dipasarkan secara komersial. Artinya, instrumen yang biasanya cuma dipasarkan ke segmen-segmen tertentu, mulai awal 1960-an, sudah bisa dimiliki masyarakat secara luas.
Oleh Yamasa Clock, pedometer tersebut diberi nama Manpo-Kei. Secara harfiah, man (万) artinya 10 ribu, ho/po (歩) berarti langkah, dan kei (計) bermakna alat pengukur atau menghitung. Singkatnya, manpokei bisa diterjemahkan sebagai alat penghitung 10 ribu langkah, angka yang diklaim ideal sebagaimana dikutip dari buku Manpo-Kei: The Art and Science of Step Counting: How to Be Naturally Active and Lose Weight.
Namun, Yamasa Clock sebenarnya belum mempelajari manfaat kesehatan dari berjalan sejumlah itu. Mereka menetapkan angka "baku" 10 ribu langkah karena terdengar bagus, mudah diingat, dan dengan begitu bakal membuat produk mereka lebih gampang terjual.
Benar saja, Manpo-Kei laris bak kacang goreng. Secara otomatis, ide berjalan 10 ribu langkah sebagai standar emas kebugaran pun tertanam di alam bawah sadar orang-orang, bahkan sampai ke luar Jepang.
Dalam perkembangannya, standar 10 ribu langkah ini pun diadopsi oleh kultur kebugaran di berbagai belahan dunia. Alasannya sama dengan ketika Yamasa Clock memberi nama pedometernya Manpo-Kei. Angka 10 ribu adalah angka "bulat" yang mudah diingat sehingga dianggap layak untuk dijadikan sebagai standar emas. Sampai sekarang, standar inilah yang masih acap digunakan, entah oleh para pelaku industri kebugaran maupun para ahli.
Sains di Baliknya
Ketika para ahli turut merekomendasikan 10 ribu langkah sebagai standar emas, tentunya apa yang dilakukan Yamasa Clock enam puluhan tahun silam itu tidaklah salah.
"Rata-rata, data menunjukkan bahwa ada manfaat bagi kesehatan dan kebugaran secara keseluruhan jika Anda bisa melakukan 10.000 langkah sehari. Itu setara dengan jarak sekitar 5 mil (sekitar 8 kilometer), tergantung pada panjang kaki dan langkah Anda," ujar Amy Lee, kepala Nutrisi dari Nucific, dikutip dari Tempo.
Hal itu selaras dengan hasil penelitian Kornanong Yuenyongchaiwat yang terbit di Brazilian Journal of Physical Therapy (2016). Para peserta studi yang berjalan 10 ribu langkah atau lebih setiap hari memperoleh berbagai manfaat, mulai dari penurunan berat badan, kecemasan, hingga depresi.
Namun, apakah angka 10 ribu itu sudah tidak bisa ditawar lagi?
Jawabannya, tentu saja bisa. Pada 2019, studi yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine menunjukkan, tingkat mortalitas bisa menurun hanya dengan berjalan kaki 7.500 langkah per hari.
Tiga tahun berselang, riset di The Lancet Public Health menyatakan bahwa, bagi orang berusia di bawah 60 tahun, standar minimumnya adalah 8.000 langkah per hari. Sementara itu, untuk usia di atas 60 tahun, standar minimumnya adalah 6.000 langkah per hari.
Bahkan, studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Preventive Medicine pada 2024 menetapkan angka yang lebih rendah lagi. Menurut studi tersebut, ambang batas minimum langkah per hari yang dibutuhkan untuk menekan risiko kematian dini (minimum protection) adalah 3.143 langkah per hari.
Standar Baku 10 Ribu Langkah Bisa Jadi Petaka
Kenyataannya, mencapai 10 ribu langkah per hari bukanlah perkara mudah. Tuntutan pekerjaan, ketiadaan infrastruktur yang mendukung untuk berjalan kaki secara memadai, serta kondisi kronis, bakal menyulitkan seseorang memenuhi "standar emas" tersebut.
Celakanya lagi, tuntutan untuk mencapai 10 ribu langkah tadi bisa juga jadi senjata makan tuan.
"Secara umum, melakukan penghitungan memang bisa meningkatkan performa seseorang. Namun, di saat yang bersamaan, hal ini juga bisa merugikan. Apa yang seharusnya jadi aktivitas menyenangkan justru menjadi seperti pekerjaan karena kita menjadi fokus pada hasil akhir, bukan prosesnya," terang Profesor Jordan Etkin dari Duke University's Fuqua School of Business.

Dengan terobsesi pada suatu standar tertentu, seseorang akan merasakan tekanan, kecemasan, bahkan merasa bersalah atas sesuatu yang sebenarnya tidak perlu-perlu amat dicapai. Menurut dr. I-Min Lee dari Brigham and Women’s Hospital, "Berjalan 10 ribu langkah per hari tidak memberi manfaat lebih secara signifikan dibanding berjalan 7.500 langkah per hari."
Lagipula, berfokus hanya pada jumlah langkah sebenarnya justru kontraproduktif. Tidak semua langkah punya manfaat kesehatan yang sama. Jalan-jalan santai tentu punya manfaat berbeda dengan berjalan cepat (brisk walking) yang direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Menurut CDC, untuk mencapai level kebugaran baik, yang perlu dilakukan adalah berjalan cepat selama 150 menit per pekan atau 30 menit setiap harinya. Bisa dibilang, brisk walking adalah jalan cepat tetapi tidak secepat power walking, yang biasanya dilakukan oleh atlet di salah satu cabang olahraga Olimpiade. Saat melakukan brisk walking, Anda masih tetap bisa berbicara, tidak seperti ketika melakukan power walking.
Brisk walking memiliki manfaat hampir sama dengan berlari, yaitu menurunkan tekanan darah, menekan risiko penyakit jantung, mencegah diabetes, hingga meningkatkan kesehatan mental. Yang lebih penting lagi, saat melakukannya, kita tidak perlu berfokus pada kuantitas, melainkan kualitas langkah. Aktivitas fisik tersebut juga bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang tua dan orang-orang yang kesulitan berlari karena kelebihan berat badan.
Bagi para pemula, brisk walking adalah sebuah awal yang bagus. Akan tetapi, bagi mereka yang sudah terbiasa bergerak, ini mungkin tidak cukup. Sebenarnya tidak ada masalah dengan itu karena setiap orang punya standar dan tujuan berbeda. Yang jelas, jangan sampai aktivitas fisik ini justru membuat Anda merasa stres, cemas, dan tertekan, karena dari sana masalah baru akan timbul.
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadli Nasrudin
Masuk tirto.id


































