Menuju konten utama

Mewaspadai Aksi Teror di Akhir Tahun & Rentetan Penangkapan Teroris

Gencarnya penangkapan terduga teroris pada akhir tahun berkelindan dengan momentum setiap kelompok melancarkan aksinya.

Mewaspadai Aksi Teror di Akhir Tahun & Rentetan Penangkapan Teroris
Polisi bersenjata melakukan penjagaan lokasi penggeledahan rumah terduga teroris oleh Densus 88 Anti Teror di Kelurahan Sumampir, Purwokerto, Banyumas, Jateng, Jumat (2/4/2021). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/hp.

tirto.id - Detasemen Khusus 88 (Densus) Antiteror Polri menangkap 19 orang terduga teroris di wilayah berbeda dalam 4 hari. Penangkapan pertama terjadi di Sumatera Selatan pada Senin (13/12/2021), 4 orang; di hari yang sama, terjadi penangkapan 1 orang di Lampung; penangkapan kedua terjadi di beberapa wilayah pada Kamis (16/12/2021), 9 orang tertangkap di Sumatera Utara, 1 orang di Sumatera Selatan, dan 4 orang di Kepulauan Riau.

Menurut Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar, semua terduga teroris berasal dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

Penangkapan pertama di Sumsel merupakan pengembangan kasus penangkapan Pimpinan JI Para Wijayanto pada Juni 2019 dan terungkapnya jaringan JI Lampung pada November 2021. Empat tersangka: AI, FA, EA, dan AR masuk dalam struktur JI. Mereka diduga menampung hidup anggota JI lainnya, Suwarno alias Hafidz alias Dodi alias Agung alias Mario selama masa buron.

Sementara PD, tersangka yang tertangkap di Lampung, bertugas menggalang dana untuk buron Suwarno. Ia memanfaatkan posisinya sebagai Ketua Divisi Fundraising Yayasan Bina Qolbu Palembang. Namun Aswin tak merinci pola penggalangan dana mereka.

Penangkapan tersebut menambah jumlah terduga teroris yang ditangkap Densus 88. Berdasarkan penuturan Aswin pada 11 Oktober 2021, Densus 88 telah menangkap 315 orang selama periode Januari-September 2021. Terdiri dari 300 pria dan 15 wanita. Mayoritas berasal dari kelompok JI.

Jumlah tersebut lebih banyak ketimbang 2020, sebanyak 232 orang. Memasuki penghujung 2021, Polri terus bersiaga mengantisipasi potensi aksi teror.

“Densus 88 AT Polri masih terus bekerja sebagai upaya optimal dari Polri bersama instansi terkait. Untuk mencegah aksi teror di tanah air,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Polisi Rusdi Hartono kepada reporter Tirto, Jumat (17/12/2021).

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah menilai gencarnya penangkapan pada akhir tahun, berkelindan dengan momentum setiap kelompok melancarkan aksinya.

Beberapa peristiwa terorisme di Indonesia terjadi pada akhir tahun. Semisal Bom Malam Natal pada 24 Desember 2000, Bom Bali 12 Oktober 2002, Bom Mc Donald’s Makassar 5 Desember 2002, Bom Pasar Palu 31 Desember 2005, Bom Medan 13 November 2019, dan Penyerangan di Sigi 27 November 2020.

“Karena ada faktor ideologi. Mereka menyasar rumah ibadah. JI dan JAD ke sama,” ujar Muhammad Syauqillah saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (17/12/2021).

Meski tak melulu terjadi pada akhir tahun, kata dia, aksi terorisme selalu berpotensi terjadi kapan saja. Selagi pelaku masih memiliki ideologi, kata Syauqillah.

“Tapi apakah mereka punya kesempatan? Itu pertanyaannya. Yang diperlukan sekarang kewaspadaan. Penting mencegah,” lanjutnya.

Syauqillah mengapresiasi kinerja Densus 88 Antiteror telah melakukan kerja preventif. Sehingga para tersangka teroris mampu tertangkap jauh sebelum melakukan aksi kejinya.

“Karena UU 5/2018 berbunyi demikian [melakukan pencegahan]. Itu juga yang kita harapkan. Jangan kejadian dulu baru operasi,” tukasnya.

Untuk memaksimalkan pencegahan, menurut Syauqillah, masyarakat mesti diberikan edukasi untuk meningkatkan kesadaran sosial mereka. Mengingat gerak kelompok terorisme yang dinamis dan kian dekat dengan kehidupan masyarakat.

“Aparat penegak hukum atau aparatur negara mesti memberikan edukasi publik tentang bahaya terorisme dan ekstrimisme,” tukasnya.

Hal senada diutarakan peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto. Ia menilai peran Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) mesti dioptimalkan di tengah masyarakat.

“Meningkatkan sense of security masyarakat dalam bentuk aware pada perubahan-perubahan, aktivitas yang terjadi di lingkungannya,” ujar Bambang kepada reporter Tirto.

Menurut Bambang, kerja-kerja Densus 88 Antiteror dalam melakukan pencegahan sudah mumpuni. Ia menandai dengan tak adanya korban signifikan.

“Ini tentunya sangat bagus untuk semakin menumbuhkan kepercayaan publik pada peran Densus 88. Bagaimanapun juga ekstrimisme sebagai sebuah ideologi tak gampang untuk ditekan,” tukasnya.

Meski demikian, kata dia, Polri mesti tetap perlu meningkatkan kewaspadaan. Mengingat potensi teror akan selalu ada.

“Tak perlu bombastis, tetapi terus waspada dan membangun partisipasi masyarakat membangun sistem keamanan sejak dini,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait TERDUGA TERORIS atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Hukum
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz