tirto.id - Seorang pelajar pria berkacamata duduk sendiri di barisan depan, menempelkan bahu di dinding ruangan bimbel taruna Akpol D'Preimier9 yang memiliki dua baris kursi. Dia masih memakai seragam putih dan abu-abu. Naufal Kurnia R sedang serius belajar, demi menggapai cita-cita lolos menjadi taruna Akademi Kepolisian (Akpol).
“Saya harus serius belajar. Tidak ada waktu lagi buat main-main. Saya ingin lolos Akpol,” kata Naufal yang berusia 17 tahun itu kepada tirto.id, pada Rabu (19/10/2016).
Konsekuensinya, Naufal harus kerja keras belajar di sekolah dan di luar sekolah. "Mulai jam 8 pagi masuk sekolah, terus bimbel jam 16.30. Selesai bimbel ada les Bahasa Inggris. Jam 21.00 baru pulang ke rumah," kata siswa SMAN 2 Bandar Lampung tersebut.
Semangat dan tekad kuat juga dimiliki Anindita Maharani, siswi SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung. Anin, begitu panggilan satu-satunya perempuan dari delapan siswa yang mengikuti bimbel Akpol sore itu. Meskipun teman sekelasnya pria, Anin ingin mewujudkan cita-cita menjadi taruni Akpol.
Demi mewujudkan impian, Anin didukung orang tuanya yang rela membayar biaya bimbel di D'Premier9 sebesar Rp6 juta untuk 60 kali pertemuan selama tiga bulan. Pertemuan dilakukan Senin-Kamis. Biaya tersebut belum termasuk latihan fisik selama dua bulan. Jika ditotal, maka biaya kelas akademik, psikotes, pengetahuan umum, tes simulasi, laboratorium simulasi CAT dan latihan fisik, maka seorang siswa harus membayar Rp7 juta.
Adapun siswa mendapatkan modul, alat tulis, serta t-shirt. Termasuk menikmati sarana dan prasarana mengajar berupa Lab simulasi CAT, LED TV 43 inch, AC, plus bebas konsultasi sampai pelaksanaan tes Akpol.
"Satu paket tidak jauh berbeda dengan biaya bimbel ujian masuk perguruan tinggi negeri. Untuk tiga bulan itu, siswa dikenakan paket di semua cabang yakni Rp6 juta. Bahkan sebenarnya bukan hanya untuk tiga bulan, tapi sampai mereka bisa menyelesaikan berbagai tes lebih baik," kata Suhaimi alias Mr Emix kepada tirto.id, di Bandar Lampung, pada Rabu (19/10/2016).
Sedikit berbeda dengan D'Premier9, bimbel Praja Edukasi menawarkan dua kelas dengan biaya yang berbeda. Untuk Praja Class dipatok harga Rp6 juta untuk 3 kali pertemuan dalam seminggu. Sementara Praja Camp biayanya lebih besar yaitu Rp15 juta untuk satu bulan karantina. Seorang siswa bakal mendapatkan fasilitas baju, topi, modul dan bimbingan konseling.
Sementara bimbel Taruna Acadmey lebih murah. Mereka mematok Rp5,2 juta. Fasilitas yang diberikan tak jauh berbeda, buku panduan belajar, soal tes, sertifikat, ruang ber-AC dan seragam.
Biaya yang dibebankan kepada siswa tersebut tampaknya tak jadi persoalan bagi orang tua. Menurut Suhardi, orang tua siswa D'Premier9 yang lulus Akpol tahun 2015, jika biaya tersebut demi kepentingan pendidikan anak, maka dia akan dukung sepenuhnya. "Biaya yang dikeluarkan itu sesuai dengan kesuksesan anak," kata Suhardi kepada tirto.id.
Modal Rp 100-150 Juta
Besarnya animo masyarakat agar anaknya lolos jadi taruna menjadi peluang bisnis. Emix termasuk yang jeli melihat peluang itu. Ia mengeluarkan modal untuk mendirikan bimbel taruna berkisar Rp100 juta- Rp150 juta, bergantung lokasi yang akan dibangun.
"Kalau di Kota Padang, modalnya Rp 150 juta. Itu termasuk fasilitas sewa tempat, bikin meja, tempat duduk, beli TV LED, atau AC. Kalau dengan konsep rumah sederhana, biaya Rp100 juta sudah bisa berjalan. Tapi yang rencana bangun di Semarang, estimasinya mencapai Rp250 juta," kata Emix.
Dengan modal sekitar Rp150 juta, berapa lama modal akan kembali? Jika biaya bimbel Rp6 juta per orang, sementara jumlah total minimal pendaftar 60 orang dalam satu angkatan, maka bakal diperoleh pemasukan Rp360 juta.
"Satu tahun juga sudah balik. Tetapi memang tergantung animo siswa bimbelnya. Kalau di Padang, satu tahun balik. Bahkan baliknya sudah berlebih. Katakanlah 200 siswa. Kalau pendaftaran per orang Rp6 juta dikali 200 orang, maka Rp1,2 miliar,” papar Emix.
Total pendapatan itu dibagi dua. Setengah untuk biaya operasional, gaji guru dan bonus. Sementara setengahnya lagi merupakan pendapatan bersih. “Jadi setahun bisa mendapat Rp600 juta," katanya.
Hal senada disampaikan Ricky Ricardo, pemilik Praja Edukasi. Menurutnya, tidak membutuhkan biaya besar untuk membangun cabang baru di luar provinsi Lampung. Sayang, dia enggan menyebut angka. Namun, dia memastikan bahwa biaya investasi mendidikan bimbel taruna akan balik dalam setahun.
Pengajarnya Dosen hingga Polisi
Sebenarnya sistem mengajar di bimbel D'Premier9 tak jauh berbeda dengan bimbel reguler. Namun, secara materi lebih difokuskan kepada sekolah kedinasan yang akan dituju siswa yakni Akpol, Akmil, dan IPDN.
Menurut Deddy Wijaya, pengajar materi pengetahuan umum dan psikotes D'Premier9, salah satu pengetahuan umum yang diperbanyak adalah UU Kepolisian. Sementara untuk muatan lokal, diperbanyak pengetahuan terkait daerah masing-masing.
Sementara untuk materi akademik yang diajarkan, menggunakan standar soal-soal ujian nasional. Ini dikarenakan pihak panitia seleksi Akpol selalu bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Nasional. Berdasarkan laman resmi penerimaan.polri.go.id memang disebutkan bahwa Panitia Seleksi Akpol bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Nasional dalam rangka menyusun naskah ujian akademik.
"Soal ujian nasional di-review oleh tim sebelum diberikan kepada siswa bimbel. Kita kepada siswa membahas teori dari soal-soal tadi. Jadi kita meng-update teori-teori agar siswa benar-benar menguasainya," kata Emix.
Masih menurut Emix, pihaknya menghindari mencari kisi-kisi dan bocoran soal dari pihak panitia seleksi. Sebab sangat berisiko walapun ada teman di Polri dan TNI.
Hal senada disampaikan Ricky Ricardo. "Kalaupun dikasih bocoran, kami akan menolak karena ingin membantu penerimaan polisi dan TNI lebih fair," kata Ricky .
Sedangkan untuk latihan fisik, ketiga bimbel taruna menggunakan jasa atlit, anggota TNI, atau polisi. D'Premier9 menggunakan jasa atlit untuk latihan fisik selama dua bulan. Sementara Praja Edukasi dan Taruna Academy menggunakan jasa anggota TNI dan Polri.
"Pembinaan fisik diawasi langsung oleh anggota TNI dan polisi," kata Ricky Ricardo, pemilik Praja Edukasi. Kerja sama yang dimaksud dalam bentuk personal, bukan dengan kelembagaan secara resmi.
“Biasanya kita bekerja sama dengan TNI dan polisi setempat yang berdekatan dengan lokasi bimbel,” kata Ricky sembari mengatakan di Lampung bekerja sama dengan personel Brimob dan di Pekanbaru dengan personel TNI AU.
Pertimbangan melibatkan personel TNI atau Polri karena mereka memahami jenis ujian yang akan dilaksanakan saat seleksi taruna, termasuk bisa mengukur target yang harus dicapai oleh siswa didik.
Tolak Main Belakang
Sejumlah bimbel memberikan jaminan bahwa siswanya bisa masuk ke perguruan tinggi yang dituju. Namun, tidak dengan bimbel khusus Akpol dan Akmil ini. Baik Emix maupun Ricky selaku pengelola bimbel mengaku pernah didatangi orang tua siswa bimbel yang meminta agar anaknya bisa “dijamin” masuk Akpol dan berani membayar sesuai permintaan.
Emix selalu mengelak dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak menjamin siswa lolos Akpol atau Akmil. Semuanya bergantung kepada siswa untuk berkomitmen belajar sungguh-sungguh agar bisa bersaing saat mengikuti seleksi. Pihaknya bakal membantu siswa memahami dan menguasai berbagai materi yang bakal diuji saat seleksi.
Ricky juga menolak mentah permintaan “main lewat jalur belakang”. "Jadi kami tidak menerima orang tua yang kasih uang untuk titip anaknya. Kami tidak mau berpartisipasi dalam merusak penegak hukum ke depannya," katanya.
Apakah metode bimbel taruna ini efektif?
Muhammad Ammar Oktiyugama, alumni D'Premier9 tahun 2015 menilai apa yang dia pelajari di bimbel taruna sangat berpengaruh saat menghadapi ujian seleksi Akpol di Polda Lampung. Selama bimbel dia banyak mendapatkan pengetahuan baru, seperti psikotes. Dengan mengikuti bimbel, dia tidak kaget lagi ketika menghadapi berbagai materi saat seleksi Akpol.
"Kalau untuk teori, 80 persen gambaran besarnya keluar. Ya kalau soalnya berbeda tetapi teorinya sama, kan nggak ada masalah. Kan kita sudah belajar selama tiga bulan. Jadi les bimbingan belajar itu sangat membantu," kata Ammar yang gagal di Pantukhir (Pemantauan Akhir) seleksi Akpol Polda Lampung, saat ditemui tirto.id, Rabu (19/10/2016).
Meski gagal masuk Akpol, Ammar sangat bersyukur karena dia berada di ranking 19 saat seleksi Akpol. Ammar tak lolos ke Jakarta karena Polda Lampung hanya mengirim 18 calon taruna dan dua calon taruni ke pusat. Sebagai peringkat ke-19, Ammar diberi tawaran untuk mengikuti pendidikan brigadir polisi tanpa tes. Ammar menerima tawaran tersebut.
"Awalnya ada rasa kecewa karena satu nomor lagi lulus. Tapi lambat laun rasa kecewa mulai hilang," katanya.
Pihak pengelola berupaya maksimal agar siswa didiknya siap secara pengetahuan, mental dan fisik saat mengikuti seleksi sesungguhnya. untuk menjadi taruna Akpol atau Akmil. Apakah nantinya bakal benar-benar lolos, sama seperti bimbel reguler SNMPTN, tergantung masing-masing siswa.
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti