tirto.id - Bimbingan khusus untuk pelajar SMU yang ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mungkin hal yang biasa. Namun, bimbel agar sukses masuk Akademi Kepolisian (Akpol) atau Akademi Militer (Akmil) belum lazim. Di Lampung, ada ratusan siswa yang menjadi pelanggan bimbel khusus masuk Akpol dan Akmil. Bimbel ini sudah hadir sejak 2009.
Berdasarkan penelusuran tirto.id, di Kota Bandar Lampung terdapat tiga lembaga bimbel berizin yang memfokuskan diri membantu para siswa kelas tiga SMU untuk menghadapi ujian seleksi menjadi taruna di Akpol dan Akmil, serta menjadi praja di IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri). Ketiganya adalah D'premier9, Praja Edukasi dan Taruna Academy.
Tiga lembaga bimbel ini sangat dikenal di kalangan siswa-siswi SMA di Lampung, karena telah terbukti banyak membantu anak didik kursusnya sehingga bisa masuk Akpol, Akmil dan IPDN. D'premier9 menjadi pelopor karena telah merintis bimbel menjadi taruna Akpol/Akmil, praja IPDN, dan bahkan seleksi menjadi brigadir polisi, sejak tahun 2004.
Menurut Suhaimi yang akrab disapa Mr Emix, owner D'premier9, gagasan muncul setelah melihat semua lembaga bimbel di Lampung hanya berfokus pada persiapan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang bergulir setiap tahun dan mengikuti kalender akademik.
Tes Psikologi hingga Tes Akademik
Dengan mengerucutkan hanya untuk masuk Akmil dan Akpol, maka bimbel ini memiliki sistem yang berbeda dengan bimbel lainnya. Menurut Suhaimi, para siswa di D'Premier9 bakal mendapatkan materi akademik, psikotes Polri, simulasi test (tryout dan grand trayout), serta laboratorium simulasi sistem computer assisted test (CAT). Kursus berlangsung selama 3 bulan dengan 60 kali pertemuan. Kegiatan tersebut belum termasuk latihan fisik atau ke-samapta-an selama 2 bulan. Untuk latihan fisik ini, menjadi pilihan siswa dan orang tua, boleh ikut atau tidak.
Masih menurut Emix, sebagai syarat mengikuti bimbel, pihaknya tidak memiliki persyaratan khusus layaknya masuk Akpol seperti tinggi badan, harus bisa berenang dan tak berkacamata.
Hal serupa juga berlaku pada Taruna Academy. Menurut Nengah Suci, resepsionis Taruna Academy, pihaknya tidak memiliki persyaratan khusus. "Kalaupun tingginya kurang atau tidak bisa berenang, nanti kita arahkan," kata Suci, di Bandar Lampung, Kamis (20/10/2016).
Sementara Praja Edukasi mewajibkan siswa bimbelnya memiliki tinggi dan berat badan seperti syarat Akpol. "Kalau kita ada (syaratnya). Pertama, tinggi badan dan berat badan. Lalu tidak bertindik," kata Ricky Ricardo, seorang konsultan pendidikan sekaligus pemilik bimbel Praja Edukasi, saat dihubungi tirto.id, pada Kamis (13/10/2016).
Ricky menambahkan, bimbelnya menawarkan dua program yaitu Praja Camp dan Praja Class. Adapun Praja Class dirancang bagi peserta yang memiliki kegiatan lain di luar bimbel. Siswa di Praja Class mempelajari semua jenis tes yang diujikan pada penerimaan TNI/Polri, mulai dari tes psikologis, tes potensi akademik dan tes fisik. Kegiatan belajar mengajarnya dilaksanakan 3-4 kali dalam seminggu.
“Sementara Praja Camp sedang kita persiapkan fasilitasnya dan diperuntukkan untuk peserta dari luar kota atau orang tua yang ingin mental anaknya berubah,” kata Ricky.
Nantinya, Praja Camp bukan sekadar belajar, tapi diharapkan terjadi perubahan dari segi mental dan kedisiplinan siswa. Materi yang diberikan menekankan pendidikan mental dan karakter para peserta.
Praja Camp merupakan program karantina, di mana peserta diharuskan untuk berada di camp selama 24 jam selama satu bulan. Berangkat dari pentingnya pendidikan kedisiplinan, jadwal kegiatan sudah dirancang sedemikian rupa, mulai dari peserta bangun tidur sampai mereka istirahat di malam hari. Termasuk jadwal makan berikut porsinya, jadwal belajar berikut durasinya dan jadwal latihan fisik berikut jumlah kegiatannya.
Tujuan akhirnya, siswa diharapkan menguasai berbagai materi tes seleksi penerimaan Akpol atau Akmil, bukan hanya tes psikologi, tapi juga tes akademik dan tes fisik. “Ini tentunya akan mempersiapkan calon pelamar TNI/Polri yang berkualitas dan menjadikan proses penerimaan TNI/Polri menjadi ajang persaingan yang sehat," kata Ricky.
Animo Terus Meningkat
Menurut Emix, sistem penerimaan Akpol di berbagai Polda ternyata berbeda. Ada dua sistem yaitu Paper Based Testing (PBT) dan Computer Assisted Test (CAT). Adapun CAT adalah suatu metode seleksi dengan alat bantu komputer yang digunakan untuk mendapatkan standar minimal kompetensi dasar.
Polda Lampung, misalnya, pada awalnya menggunakan sistem PBT tetapi sejak 2014 sudah menerapkan sistem CAT. “Berbeda dengan Polda Sumatera Barat, mereka masih menggunakan sistem PBT sehingga cabang D'premier9 di Kota Padang tidak memilik lab CAT,” katanya.
Masih menurut Emix, perubahan penggunaan sistem CAT di Polda Lampung ternyata sangat memengaruhi jumlah pendaftar bimbel yang mau masuk Akpol. Sebab dengan sistem ini, peluang terjadi “permainan” masuk Akpol diminimalisir dan transparansinya lebih tinggi. Sehingga suka atau tidak, setiap siswa yang ingin masuk Akpol harus belajar.
"Ada peningkatan. Biasa bulan Desember baru dapat tiga kelas, sekarang sudah dapat tiga kelas pada bulan Oktober. Bahkan Minggu depan akan kita buka satu kelas lagi," kata Erlin, pengelola D'Premier9 Pusat, di Jalan Gajah Mada, Bandar Lampung.
Program bimbel yang paling diminati di D'Premier9 memang program masuk Akpol, karena Polda Lampung memiliki kuota kirim yang besar ke Akpol pusat, yakni 15-20 orang. Biasanya bakal muncul sekitar 200 pelamar. “Dan dari jumlah itu, sekitar 50 siswa mengikuti bimbel yang ada di Lampung,” kata Emix.
Sejak berdiri pada 2009, siswa yang mendaftar bimbel D'Premier9 terus meningkat. "Sekarang sudah 30 siswa yang ikut bimbel seperti tahun kemarin (2015)," kata Emix.
Sementara menurut Ricky dari beberapa jenis tes yang dihadapi peserta, yang paling sulit adalah tes psikologi, baik Akpol maupun Akmil.
Keberadaan bimbel-bimbel untuk menjadi taruna ini ternyata cukup diminati. Menurut Naufal Kurnia R, salah satu siswa D'Premier9 yang mengambil program Akpol, dirinya mengetahui ada bimbel taruna dari kakak kelasnya di SMAN 2 Bandar Lampung yang lulus Akpol. Kakak kelasnya itu datang ke sekolah pada tahun lalu dan merekomendasikan untuk masuk bimbel. “Setelah saya cari, ternyata bimbel D'Premier9,” katanya, Rabu (19/10/2016).
Hal yang menarik, Naufal ternyata menyadari bahwa dirinya tidak memenuhi satu syarat Akpol yaitu tidak boleh berkaca mata. Akan tetapi, dia dan orang tuanya sudah mengantisipasi. "Tapi mama dan ayah sudah mengantisipasi dengan melakukan operasi mata lasik saja nanti. Itu saja sih hambatan dari fisik saya," kata Naufal yang memiliki tinggi 182 cm.
Naufal mengaku sangat ingin masuk Akpol dan sudah mempersiapkan diri sejauh jauh hari. Apalagi dia merasa memiliki kekurangan pada mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris.
Tingginya minat siswa dan orang tua membuat para pemilik lembaga bimbel taruna membuka cabang di luar Provinsi Lampung. Praja Edukasi, misalnya, sudah membuka cabang Jambi dan Pekanbaru. “Jambi sudah berjalan tahun ini. Rencananya akan dibuka di Medan dan Tanggerang,” jelas Ricky
Hal serupa juga dilakukan D'Premier9. Emix sudah memiliki cabang di Padang, Kota Metro dan Kabupaten Pringsewu. Target besarnya adalah Semarang dan Jakarta. “Kota Padang sudah satu tahun lalu dan antusiasnya sangat tinggi. Rencananya kita akan membuka di Bukit Tinggi, Pekanbaru, Semarang dan Jakarta,” kata Emix.
Animo tinggi menjadi taruna Akpol atau taruna Akmil nampaknya telah menjadi peluang bisnis tersendiri bagi mereka yang jeli. Kini semua bergantung kepada siswa dan orang tuanya, pandai-pandai memilih bimbel agar benar-benar bisa lolos menjadi taruna.
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti