Menuju konten utama

Menteri LH Ungkap Pemicu Fenomena Hujan Mikroplastik di Jakarta

Hanif mengaku, pemerintah mendorong pembangunan fasilitas waste to energy di berbagai daerah sekitar Jakarta untuk menyelesaikan masalah mikroplastik.

Menteri LH Ungkap Pemicu Fenomena Hujan Mikroplastik di Jakarta
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memberikan arahan saat meninjau kawasan industri Pulogadung, Jakarta, Senin (16/6/2025). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.

tirto.id - Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, mengungkapkan penyebab timbulnya fenomena hujan mikroplastik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) adalah sistem pembuangan sampah yang hanya ditumpuk dan tak ditutup.

Hanif menyebut, hingga saat ini, mayoritas wilayah Jabodetabek masih menerapkan sistem pembuangan sampah dengan konsep dumping.

“Jabodetabek kan membuang sampahnya pakai dumping kan? Jadi ditimbun aja di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Nah TPA-nya tidak segera ditutup sehingga begitu panas hujan terurai lah dia menjadi mikron. Mikron itu disebut mikroplastik,” ucap Hanif kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (21/10/2025).

Hanif menjelaskan, mikron itu bisa terbawa atau berterbangan ke udara akibat terbawa angin yang kemudian turun bersama hujan. Akibatnya, mikroplastik itu juga mencemari udara dan air di wilayah perkotaan.

“Pada saat angin kencang ke bawah, kemudian naik ke atas turun hujan, terkondensasi dan seterusnya. Yang di air nggak kalah bahayanya,” ucap Hanif.

Hanif pun menekankan, akar masalah dari kasus hujan memuat mikroplastik adalah sampah plastik yang tak segera ditangani di tempat pembuangan akhir.

Hanif pun membeberkan solusi jangka panjang untuk menangani persoalan tersebut. Ia mengaku, pemerintah mendorong pembangunan fasilitas waste to energy di berbagai daerah sekitar Jakarta. Hanif menilai, langkah tersebut bisa mengurangi ketergantungan pada sistem pembuangan terbuka yang berpotensi mencemari lingkungan. Namun, dia mengakui masih ada kekurangan perihal kesiapan tanahnya.

“Bekasi sudah jadi target waste of energy. Kemudian Tangerang juga waste of energy, Bogor juga waste of energy. Jadi Jakarta juga target, tapi sampai hari ini tanahnya belum siap,” ucapnya.

Oleh karena itu, Hanif ingin agar persoalan kesiapan tanah atau lahan di Jakarta segera diperhatikan. Ia mengatakan, permasalahan pencemaran di wilayah perkotaan merupakan persoalan serius, terutama di Jakarta. Percepatan penanganan sampah harus diutamakan agar tak mencemari lingkungan yang lebih luas.

“Kalau kita tidak segera tangani, selain pencemaran air, pencemaran udara melalui mikroplastik. Tidak usah didebat lagi, itu pasti tidak usah teliti lagi,” tuturnya.

“Yang paling penting bagaimana sampah itu segera kita atasi,” tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova, mengungkap temuan mengenai kandungan mikroplastik dalam air hujan yang turun di Jakarta. Reza menjelaskan bahwa penelitian mengenai kandungan air hujan tersebut telah dilakukan sejak 2018.

Setelah keluar hasil temuan, BRIN langsung berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta untuk mencari solusi masalah lingkungan tersebut. Temuan tersebut menunjukkan bahwa polusi mikroplastik kini telah menjangkau atmosfer.

Reza menegaskan bahwa perlu ada langkah penanganan yang ilmiah, terukur, dan kolaboratif. “Sejak awal kami sudah berkoordinasi dengan DLH DKI Jakarta, yang merespons cepat dan mendorong penelitian lanjutan, baik di perairan Jakarta maupun di air hujan,” kata Reza dalam keterangan pers, Sabtu (18/10/2025).

Meski demikian, hingga saat ini belum ada regulasi nasional mengenai batas aman mikroplastik di udara dan air hujan, sehingga kolaborasi ini diharapkan menjadi pijakan awal menuju kebijakan nasional berbasis bukti ilmiah.

Baca juga artikel terkait MIKROPLASTIK atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Flash News
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher