tirto.id - Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas, menawarkan kepada Menteri Hak Asasi Manusia (HAM), Natalius Pigai, untuk membangun sekolah HAM sementara di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Hukum dan HAM.
"Saya sudah bicara sama Menteri HAM, kalau mau membuka cikal bakal menyangkut universitas tentang HAM bisa sementara gabung di BPSDM, Poltekim-nya Kementerian Hukum," kata Supratman saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/11/2024).
Menurutnya, Pigai bisa merealisasikan keinginannya tersebut jika memang sudah memiliki anggaran. "Sehingga nanti ke depan kalau ada anggaran sudah tersedia cikal bakalnya," ucap Supratman.
Politikus Gerindra itu mengatakan tawaran tersebut tergantung Pigai. Sebab, kata dia, membangun universitas tidak gampang, karena harus menyusun naskah akademik serta meminta persetujuan kementerian terkait lainnya.
"Tergantung beliau, karena harus menyusun naskah akademik, banyak persyaratan baru, kemudian kami minta untuk ke Menteri Pendidikan, lalu kementerian teknis lainnya meminta persetujuan," tutur Supratman.
Ia mengatakan tawaran tersebut sedang dipikirkan Pigai. Menurutnya, ia belum berkomunikasi lagi dengan Pigai setelah tawaran tersebut.
Sebelumnya, Natalius Pigai mengusulkan agar Kementerian HAM mempunyai anggaran hingga Rp20 triliun. Pasalnya, Pigai berniat membangun universitas HAM bertaraf internasional yang dilengkapi laboratorium HAM dan rumah sakit.
"Saya mau bangun Universitas HAM bertaraf Internasional terpadu dengan pusat studi HAM (Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia dan Kawasan Amerika), laboratorium HAM termasuk forensik, rumah sakit HAM, dan lain-lain," kata Pigai saat dikonfirmasi Tirto, Jumat (25/10/2024).
Menurut Pigai, universitas HAM itu nantinya akan dipimpin oleh putra Indonesia yang kompeten di bidang HAM. Langkah itu, kata dia, merupakan upaya agar Indonesia punya ikon HAM, bahkan satu-satunya di dunia.
"Kader HAM membangun kesadaran HAM di 78 ribu desa, masih banyak lagi," sambung Pigai menjelaskan visinya.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Irfan Teguh Pribadi