Menuju konten utama
Telaah Klaim

Menkes BGS Anjurkan Sarapan 2 Telur Rebus, Cukupkah untuk Tubuh?

Sarapan 2 telur memang baik. Namun, dokter dan ahli kesehatan menyarankan komposisi sarapan yang seimbang; ada protein, karbohidrat, dan lemak.

Menkes BGS Anjurkan Sarapan 2 Telur Rebus, Cukupkah untuk Tubuh?
Telur Rebus. FOTO/IStockphoto

tirto.id - Telur menyimpan segudang manfaat sehingga kerap dijadikan pilihan makanan masyarakat. Telur juga sangat fleksibel untuk diolah dan tak sulit didapat. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan baru-baru ini mempromosikan makan telur rebus sebagai menu sarapan.

Kata Budi, masyarakat seringkali terjebak memikirkan opsi sarapan seperti nasi uduk, lontong sayur, bubur ayam, hingga semangkuk sereal cokelat dengan susu. Makanan-makanan yang sarat kandungan gula. Padahal, menurut dia, ketika perut kosong setelah tidur malam sekitar 8-10 jam, jenis kalori yang wajib dikonsumsi perdana adalah sayuran dan/atau protein.

“Untuk mencegah agar gula darah kita tidak naik mendadak (glucose spike), kita wajib konsumsi sesuatu yang tidak manis. Kalau saya sih saraninnya telur rebus,” kata Menkes yang akrab disapa BGS, lewat unggahan akun Instagram resminya, Rabu (17/9/2025).

Dengan mengawali pagi makan dua butir telur rebus tanpa tambahan saus-saus seperti mayonaise, otomatis tubuh bakal memperoleh energi sebesar 120 kalori dan 12 gram protein.

BGS pun menekankan pentingnya mencukupi kebutuhan protein harian. Katanya ideal sekitar 0,8 gram per kilogram kali berat badan. Dengan berat badan 72 kilogram, maka dirinya membutuhkan 57,6 gram protein per hari. Konsumsi dua telur di pagi hari menurutnya bisa menutup sebagian kebutuhan tersebut.

Video ajakan sarapan telur Menkes Budi ini lantas ramai di jagat maya dan mengundang tanggapan, tak terkecuali akademisi.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Ari Fahrial berpendapat, saran sarapan hanya dengan dua telur tidaklah cukup, terutama bagi anak-anak, remaja, atau pekerja dengan aktivitas tinggi.

“Viral Pak Menkes menganjurkan sarapan pagi cukup hanya dengan dua telur. Saya memaklumi beliau bicara sebagai orang awam, tapi tidak tepat ketika disampaikan sebagai seorang Menkes. Sereal, nasi uduk, dan lontong dengan tambahan telur masih merupakan sarapan ideal jika disesuaikan dengan kebutuhan kalori dan aktivitas,” terang Ari, dikutip dari sejumlah keterangan kepada media.

Ari menggarisbawahi pentingnya diet seimbang, termasuk protein tambahan, serat, vitamin, mineral dari buah dan sayuran, serta probiotik dari yoghurt. “Untuk menjaga kesehatan, disarankan lima porsi sayur dan buah setiap hari. Sarapan hanya dua telur tidak mencukupi gizi seimbang, terutama bagi yang memiliki kadar kolesterol tinggi atau anak-anak usia sekolah,” tambahnya.

Meski begitu, Ari mengakui kalau, “dua telur lebih baik, ketimbang tidak sarapan sama sekali". Namun untuk memenuhi gizi seimbang tetap diperlukan tambahan makanan lain.

Sarapan Ideal Bukan Hanya Protein

Sarapan memang mendatangkan berbagai manfaat dan tidak sebaiknya diacuhkan. Meski demikian, efek positif yang dirasakan bagi tubuh bergantung pada komposisi menu sarapan itu sendiri dan bagaimana kebiasaan sarapan setiap individu.

Studi Martin dkk. (2024) di Australia misalnya, menemukan bahwa konsumsi sarapan secara konsisten berhubungan positif dengan motivasi belajar dan capaian akademik siswa. Riset ini bahkan setelah mengontrol faktor latar belakang, seperti status sosial-ekonomi dan gender.

Efek ini juga dipengaruhi kualitas sarapan: pola sarapan dengan buah, sayur, biji-bijian, protein, dan air menunjukkan kaitan positif. Sedangkan sarapan dengan minuman manis atau makanan olahan berkaitan negatif dengan motivasi maupun pencapaian.

KAMPANYE SARAPAN BAGI ANAK

Sejumlah pelajar taman kanak-kanak RA Muslimat NU Masyithoh 09 Pringlangu mempraktekkan cara membuat makanan sarapan di Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (23/7/2019). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/pd.

Mengenai sarapan dengan telur, beberapa studi lain menunjukkan temuan positif, salah satunya penelitian Wilson, dkk. (2012). Menurut studi tersebut, sarapan berbasis telur bisa meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi asupan energi di makan berikutnya (makan siang dan malam), dibandingkan dengan sarapan dengan sereal atau sarapan berbasis croissant.

Akan tetapi, Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Iqbal Mochtar menerangkan, menu sarapan ideal bukan hanya protein, komposisi seimbang tetap menjadi kunci utama. Artinya, senada dengan penjelasan Dokter Ari dari UI, kita tetap perlu karbohidrat, protein, hingga lemak.

“Jadi kita tetap perlu makan mungkin nasi atau dengan sereal, tetapi jumlahnya kan jangan terlalu banyak. Kemudian ada protein, misalnya tempe, kemudian ada buah-buahan. Itu makanan pagi yang kita butuhkan untuk energi melakukan kegiatan sehari-hari,” ujar dr. Iqbal saat dihubungi jurnalis Tirto, Selasa (23/9/2025).

Ia mengingatkan pentingnya sarapan sebagai bekal energi pagi hari. Saat seseorang tidak makan pagi, maka energi untuk melanjutkan hidup pada pagi hari itu akan kurang. Nah, energi sendiri bukan hanya dari protein. Selain itu tubuh kita tetap membutuhkan karbohidrat.

“Jadi karbohidrat itu penting untuk meningkatkan kadar gula sesaat dan kemudian memberikan kita energi selama beberapa jam. Jadi kalau ada yang mengatakan cukup makan telur rebus dua, saya kira itu tidak ilmiah,” ungkap dr. Iqbal.

Dampak telur terhadap kadar kolesterol

Meski baik, telur pun punya risiko kesehatan bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta. Iqbal menjelaskan, konsumsi dua telur setiap hari bakal memberikan efek serius terhadap kadar kolesterol. Jika orang rutin sarapan setiap hari dua butir telur, maka dipastikan dalam satu atau dua bulan, kadar kolesterolnya akan naik.

“Akan terjadi peningkatan kadar LDL, trigliserida, dan berbagai elemen lemak lainnya. Bahkan pada orang-orang tertentu, telur yang secara berlebihan ini bisa menimbulkan kondisi alergi. Jadi memang apa yang disampaikan oleh Menkes ini, itu tidak perlu dianggap sebagai sebuah anjuran yang ideal,” ujar dr. Iqbal.

LDL atau low-density lipoprotein merupakan kandungan yang sering disebut kolesterol jahat. Meski tubuh memproduksi LDL secara alami, namun apabila dikombinasikan dengan gaya hidup yang tidak baik, maka akan meningkatkan kadar LDL dalam tubuh.

Ilustrasi kolesterol

Ilustrasi kolesterol. foto/istockphoto

Apabila LDL tertimbun terlalu banyak, mengutip artikel Klik Dokter yang sudah ditinjau secara medis, maka akan meningkatkan risiko untuk terjadinya penyakit jantung, stroke, serta penyakit pembuluh darah perifer.

Konsumsi sarapan mengandung karbohidrat, protein, dan lemak juga bukan berarti tanpa memperhatikan porsi. Iqbal menganjurkan untuk tidak makan sarapan berlebihan. Dengan kata lain, porsi sarapan sebaiknya tidak sama dengan makan siang atau makan malam.

Selain mempertimbangkan porsi, hal yang penting digarisbawahi adalah melakukan variasi. Artinya setiap hari, masyarakat bisa sarapan dengan menu yang berbeda-beda, asalkan kandungan di dalamnya sesuai.

“Jadi katakanlah misalnya hari ini kita makan nasi sedikit dengan telur misalnya, dengan buah apel. Besok itu bisa diganti, diganti dengan mie misalnya, kemudian dengan ikan, kemudian misalnya dengan jeruk. Kemudian berikutnya itu divariasi lagi. Intinya, ketiga elemen ini harus ada agar supaya kita siap untuk menjalankan keseharian. Dan yang paling penting, tidak hanya makan telur,” ungkap dr. Iqbal.

Usia dan Aktivitas Individu Berpengaruh

Ahli gizi, sekaligus pengurus Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Ati Nirwanawati satu suara dengan dr. Ari dan dr. Iqbal. Meski usia dan kegiatan individual berpengaruh dalam memilih menu sarapan, pada prinsipnya, Ati merekomendasikan masyarakat untuk sarapan dengan gizi seimbang.

Ati bilang, terutama untuk anak-anak, remaja, dan usia muda, sarapan yang sebaiknya dikonsumsi tetap makanan dengan menu lengkap. Artinya, ada karbohidrat, protein, dan mineral.

“Mineral itu bisa sayur, bisa buah, bisa berbentuk jus, bisa berbentuk buah potong, atau sayur seperti sayur sop, dan lain-lain. Seyogianya begitu, karena sarapan itu kan awal dari kegiatan yang mana sangat memerlukan kebutuhan gizi yang maksimal untuk berkegiatan hari itu,” ujar Ati lewat telepon, Selasa (23/9/2025).

Ilustrasi Sarapan Bersama

Ilustrasi keluarga menikmati menu sarapan bersama. FOTO/iStockphoto

Jika anak-anak yang sudah sekolah tidak bisa menghabiskan menu sarapan yang lengkap, maka makanan bisa dicicil dan dimakan sebagai snack atau dimakan saat istirahat sekolah.

“Kan kadang-kadang [anak-anak] baru bangun tidur itu tidak bisa ya menghabiskan makanan yang disajikan. Jadi bisa telur dulu, atau bisa sereal dulu, kemudian dibawakan bekal,” lanjut Ati.

Sama seperti dr. Iqbal, Ati juga menggarisbawahi soal porsi sarapan yang masuk dalam tubuh. Selain tidak berlebihan, menu sarapan juga bisa disesuaikan dengan masing-masing individu .

Baca juga artikel terkait SARAPAN atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - News Plus
Reporter: Fina Nailur Rohmah
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Alfons Yoshio Hartanto