Menuju konten utama
Telaah Klaim

Seberapa Besar Pengaruh Susu terhadap Tinggi Badan?

Susu bantu tumbuh tinggi, tapi bukan faktor utama—genetik, gizi seimbang, tidur cukup, dan olahraga juga sangat berperan.

Seberapa Besar Pengaruh Susu terhadap Tinggi Badan?
Sejumlah siswa mendapatkan susu sapi murni gratis dalam acara uji coba gerakan minum susu di SD Negeri 1 Sudagaran, Banyumas, Jawa Tengah, Senin (5/8/2024). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.

tirto.id - Klaim soal konsumsi susu memengaruhi tinggi badan sudah tak asing di telinga. Kita kerap mendengarnya dari iklan-iklan atau unggahan media sosial yang berceceran di jagat maya. Narasi ini bagai mitos yang sejak dulu terus tumbuh dan beredar di masyarakat.

Klaim itu, belakangan diperkuat dengan kisah Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Di tengah acara peresmian peluncuran pembangunan 1.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pesantren, di Pondok Pesantren Syaichona Muhammad Cholil, Bangkalan, Jawa Timur, Senin (26/5/2025), dia berbagi cerita bagaimana kedua anaknya bisa memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Ia berujar, dua anak laki-lakinya, masing-masing memiliki tinggi badan 181 cm dan 185 cm. Asupan susu secara rutin dari kecil sampai SMA jadi kuncinya. Semasa pertumbuhan, salah seorang anaknya bahkan mengonsumsi susu hingga dua liter per hari.

“Jadi tulangnya besar-besar, makanya tubuhnya tinggi. Jadi tinggi badan tidak hanya masalah genetik, tapi juga makanan,” kata Dadan.

Namun demikian, menurut Dadan, saat ini 60 persen anak-anak Indonesia tidak pernah punya akses terhadap makanan bergizi seimbang. Anak kerap makan dengan komposisi seadanya, misal nasi dengan bala-bala, bihun, dan krupuk. Persentase yang sama juga disebut tidak pernah minum susu.

Oleh karenanya, hal inilah yang ingin diubah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dadan mengungkap, jika tidak dilakukan intervensi lewat MBG, maka tinggi badan anak-anak hanya berkisar di 160-an cm.

“Bukan karena susu tidak tahu, tapi tidak mampu beli susu. Seperti itu, makanya program (MBG) ini disebut oleh Bapak Presiden sebagai sesuatu yang sangat strategik, karena kita ingin menghasilkan generasi emas di tahun 2045,” lanjut Dadan.

Ilustrasi Mengukur Tinggi Badan

Ilustrasi Mengukur Tinggi Badan. foto/istockphoto

Susu memang mengandung banyak nutrisi penting, seperti protein, kalsium, kalium, seng, vitamin A, dan vitamin D pada beberapa produk susu. Nutrisi tersebut penting untuk pertumbuhan selama masa kanak-kanak.

Mengutip artikel dr. Adeline Jaclyn di artikel Klik Dokter, susu juga disebut bisa menstimulasi pembuatan hormon insulin-like growth factor 1 (IGF-1), yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan jaringan tulang dan otot.

Pertanyaannya, seberapa besar korelasi antara konsumsi susu dengan tinggi badan?

Susu Bukan Determinan Utama

Anggota PB IDI, Iqbal Mochtar, menjelaskan bahwa susu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi badan. Akan tetapi, ia hanya merupakan salah satu determinan dan bukan faktor penentu utama.

Iqbal bilang, determinan utama yang menentukan tinggi badan itu adalah status genetik. Genetik disebut berkontribusi antara 50 sampai 60 persen terhadap status tinggi badan seseorang. Berbagai faktor lain yang berpengaruh juga mencakup aktivitas individu, makanan keseharian, pola tidur, dan kegiatan olahraganya.

“Jadi memang banyak faktor yang mempengaruhi dan susu itu hanya merupakan salah satu. Dan itupun hubungannya bukan sifatnya kausalitas. Jadi bukan susu yang menyebabkan tinggi badan, tetapi ada banyak faktor yang mempengaruhi dan yang paling penting itu genetik.

Keturunan orang kalau memang keturunan tinggi ya dia akan tinggi juga, tapi orang kalau keturunannya pendek, walaupun dia minum susu ya belum tentu dia akan menambah tinggi badan,” terang dr. Iqbal ketika dihubungi jurnalis Tirto, Rabu (28/5/2025).

Ilustrasi Mengukur Tinggi Badan

Ilustrasi Mengukur Tinggi Badan. foto/istockphoto

Perkins, dkk pada penelitian tahun 2016 bahkan menyebut faktor genetik berpengaruh terhadap 80 persen tinggi badan seseorang.

Studi literatur oleh Lamas, dkk yang dipublikasikan jurnal Advances in Nutrition (2019) pun menunjukkan belum adanya data konklusif yang membuktikan bahwa susu dan produk olahannya secara konsisten meningkatkan tinggi badan anak-anak. Meski, ada bukti kuat bahwa konsumsi produk susu bisa meningkatkan mineralisasi tulang.

Hasil yang belum jelas ini dikatakan sejalan dengan berbagai penelitian ilmiah sebelumnya yang meneliti hubungan antara suplementasi kalsium (zat gizi utama dalam susu yang berperan dalam pembentukan tulang) dan pertambahan panjang tulang.

ilustrasi susu

ilustrasi susu. FOTO/iStockphoto

Sebuah penelitian eksperimental soal hubungan susu dengan tinggi badan sebenarnya pernah dilakukan terhadap anak-anak SD di Manado, Sulawesi Utara. Hasil penelitian oleh Matali, dkk (2017) menemukan adanya perbedaan tinggi badan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada pengukuran sebelum dan sesudah pemberian asupan susu pada kelompok perlakuan, sehingga asupan susu disebut berpengaruh terhadap tinggi badan anak sekolah dasar.

Meski begitu, keterbatasan penelitian itu yakni tidak mengetahui tinggi badan orang tua, berat badan orang tua, panjang badan lahir, serta berat badan lahir responden. Hal ini membuat faktor genetik tidak tergambar jelas.

PRODUKSI SUSU NASIONAL

Peternak menuangkan susu sapi hasil perahan di kandang komunal Kelompok Tani Ternak Gondang Makmur, Sumogawe, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (9/6). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Secara garis besar, susu terbukti memiliki kandungan yang bermanfaat, tapi, Dokter Iqbal menggarisbawahi soal pemberian susu yang tidak boleh sembarangan. Sebab, ada sekelompok orang yang justru alergi terhadap susu, atau mengalami intoleransi laktosa.

“Bahkan pada kondisi tertentu itu kalau berlebihan susu itu bisa menyebabkan anemia. Jadi memang harus hati-hati memberikannya, dan itu harus diberikan sesuai dengan usia," terangnya.

Pada usia remaja, menurut Iqbal, dianjurkan untuk konsumsi susu full cream. Sementara untuk orang dewasa, sebaiknya susu yang rendah lemak jenuhnya, karena itu memang bisa menyebabkan peningkatan kolesterol secara berlebihan.

"Jadi memang harus sangat berhati-hati di sini,” tambah dr. Iqbal.

Dari sisi jumlah kebutuhan susu pun berbeda di antara satu orang dengan orang lainnya, apalagi berkaitan dengan usia. Menurut dr. Iqbal, jika usia 9 - 18 tahun itu diperlukan dua gelas per hari. Tapi, sekali lagi, tak semua orang cocok dengan susu.

Harus Dibarengi dengan Gaya Hidup Sehat

Konsumsi susu untuk kesehatan, maupun meninggikan badan memang tidaklah cukup. Dokter Iqbal menerangkan bahwa penambahan tinggi badan juga sangat ditentukan oleh epiphyseal plate atau lempeng epifisis.

“Jadi ada ada semacam jaringan yang berada di bagian ujung dari tulang itu yang menentukan apakah tulang itu bisa bertambah panjang dan menyebabkan orang tambah tinggi atau tidak. Nah, kalau epiphyseal plate ini sudah tak tertutup, dilakukan cara apapun orang enggak bisa bertambah tinggi. Biasanya epiphyseal plate itu menutup pada usia-usia sekitar 17-18 tahun ya pada laki-laki dan pada wanita itu 16-17 tahun,” kata dr. Iqbal.

Jadi, setelah usia itu, kemungkinan orang-orang akan bertambah tinggi lagi relatif kecil. Maka, sebelum lempeng itu tertutup, sangat penting untuk melakukan aktivitas tertentu dan mencukupi asupan nutrisi.

“Jadi bukan hanya susu ya. Asupan itu mencakup dengan kecukupan gizi ya. Jadi karbohidratnya ada, lemaknya ada, kemudian proteinnya ada, mineralnya ada. Itu kecukupan gizi yang betul-betul maksimal. Itu yang bisa membantu pertumbuhan tinggi badan itu dengan baik,” terang Iqbal.

Ilustrasi susu

Ilustrasi susu kental Manis. Getty Images/iStockphoto

Selain itu tidur cukup dan olahraga yang teratur juga menjadi faktor. Salah dua olahraga yang bisa membantu meningkatkan tinggi badan adalah voli dan berenang. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan keseharian juga sebaiknya tidak ada stres yang berlebihan, agar tinggi badan bisa optimal.

“Jadi sebenarnya banyak sekali faktor. Kalau kita melakukan simplifikasi bahwa susu yang menyebabkan tinggi itu itu namanya exaggerating ya, atau terlalu berlebihan. Karena banyak faktor yang mempengaruhi,” kata dr. Iqbal.

Ahli gizi sekaligus pengurus Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Ati Nirwanawati, pun sepakat. Menurutnya, susu hanyalah pelengkap dan bukan satu-satunya zat gizi untuk meninggikan badan. Masih banyak nutrisi yang diperlukan oleh tubuh selain susu.

Ati mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. alias 50 persen piring diisi dengan sayur dan buah, sedangkan 50 persen lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk.

“Nggak bisa karbonya sedikit, kemudian proteinnya lebih banyak. Kita ada perhitungan berat badan, tinggi badan, aktivitas, dan biasanya kalau ada penyakit penyerta, dokter akan menyarankan dengan pemeriksaan laboratorium untuk pendukungnya. Jadi walaupun melaksanakan makanan dengan tujuan tertentu, (harus) tepat di bawah pengawasan tenaga kesehatan,” terang Ati kepada Tirto, Rabu (28/5/2025).

Pelaksanaan Program MBG perdana di Papua Tengah

Seorang murid menyantap makanannya pada program makan bergizi gratis di SD Bilogae, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Senin (20/1/2025).ANTARA FOTO/Irawan/foc.

Senada dengan dr. Iqbal, Ati juga menekankan pentingnya olahraga, di samping mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Ia juga mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi gula dan garam berlebihan.

Asosiasi profesi pediatrik di Amerika Serikat, American Academy of Pediatrics, merekomendasikan anak di bawah 12 bulan sebaiknya tidak minum susu sapi. Kemudian usia 12–24 bulan bisa mengonsumsi dua gelas (0,47 liter) susu murni per hari dan usia 2–5 tahun sebanyak 2–3 cangkir (0,47–0,7 liter) susu skim atau susu rendah lemak (1 persen) per hari.

Takaran yang kurang lebih sama juga disarankan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Di sejumlah kesempatan, mereka merekomendasikan anak usia 2-5 tahun mengonsumsi susu sebanyak 500-600 ml per hari, atau sekitar 2-3 gelas. Jumlah ini dianggap cukup untuk mendukung pertumbuhan tanpa menimbulkan efek samping.

Baca juga artikel terkait SUSU atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - News Plus
Reporter: Fina Nailur Rohmah
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Alfons Yoshio Hartanto