tirto.id - Sejak dua dekade terakhir, Indonesia semakin giat membangun. Dari proyek tol Trans Sumatera, pelabuhan di kawasan timur Indonesia, hingga jembatan-jembatan penghubung di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Semuanya membutuhkan material yang sama: beton. Ini bahan yang membutuhkan waktu yang presisi dan tekanan tinggi.
Tekanan tinggi dan kebutuhan akan waktu yang presisi itu memang tak mengherankan. Berbeda dengan material konstruksi lain seperti baja atau batu bata, beton readymix punya waktu ikat yang pendek.
Di Amerika Serikat, misalnya. Di sana, banyak spesifikasi bangunan yang mewajibkan adukan beton yang baru keluar dari batching plant, harus dipakai dalam waktu 30 menit hingga maksimal 90 menit. Sedangkan di Inggris, biasanya beton yang baru selesai diaduk, idealnya harus dipakai maksimal 1,5 jam.
Hal ini karena jika lebih dari 2 jam, kualitasnya bisa menurun. Plus, beton yang mengeras tidak akan bisa dipakai lagi. Ini artinya kerugian besar, baik dari sisi materi maupun waktu pengerjaan proyek.
Situasi inilah yang membuat logistik beton menjadi sistem yang sangat dinamis. Perencanaan distribusi harus presisi. Koordinasi antara batching plant, sopir truk, tim proyek, dan quality control (QC) di lapangan berlangsung nyaris tanpa henti, 24 jam penuh.
Pekerjaan ini tak mengenal jam kerja normal. Pengecoran bisa dijadwalkan dini hari demi menghindari macet atau panas terik siang hari yang bisa mempercepat pengeringan beton. Kamu mungkin sering melihat truk molen yang drumnya berputar terus menerus dan juga para pekerja yang berseragam safety lengkap, bekerja di jam-jam ketika kebanyakan manusia sedang terlelap.
Mereka ada di balik layar, yang memastikan semua pembangunan berjalan dengan lancar.
Disiplin dan Presisi Seperti Matematika
Salah satu produsen beton terbesar di Indonesia adalah PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), yang berdiri pada 7 Oktober 2014. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi beton readymix, beton pracetak (precast).
Sebagai salah satu perusahaan yang sudah teruji waktu dan berbagai proyek, WSBP punya jaringan batching plant, baik permanen maupun on-site alias temporer, yang tersebar di berbagai titik strategis di Indonesia. Keberadaan batching plant yang dekat dengan berbagai proyek penting, memungkinkan efisiensi waktu.
Sampai saat ini, WSBP punya 15 batching plant, 9 precast plant, dan 2 quarry yang digunakan untuk menambang batu, kerikil, tanah liat, hingga pasir. Batching plant adalah tempat segalanya dimulai. Di sinilah semen, air, pasir, batu split, dan zat aditif dicampur dengan presisi tinggi. Proses pencampuran ini mengandalkan teknologi otomatisasi yang dikendalikan lewat sistem komputer. Hasilnya, adalah beton kualitas wahid.
Tingginya permintaan pasar akan beton readymix berkualitas tinggi, baik untuk proyek strategis nasional maupun proyek swasta, dapat dipenuhi dengan baik oleh WSBP. Hal ini dimungkinkan berkat kapasitas produksi batching plant WSBP yang mencapai 2,031 juta m³ per tahun dan precast plant yang mencapai 3,7 juta ton per tahun, sehingga kebutuhan dalam jumlah besar dan terus menerus tetap bisa dilayani secara optimal.
WSBP selama ini memang dikenal sebagai pemasok utama beton untuk proyek-proyek strategis nasional: Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, Bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban, proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung, jalan tol Benoa-Bali, jalan tol Gempol-Pasuruan, underpass Palembang, pembangunan New Yogyakarta International Airport, hingga pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Selain itu, WSBP juga terlibat dalam pembangunan berbagai proyek infrastruktur yang terletak di Ibu Kota Nusantara (IKN). Mulai dari kawasan Gedung Istana Negara, Gedung Kementerian Koordinator 2, 3, juga 4; jalan feeder IKN, gedung rusun ASN IKN, jalan akses bandara VVIP, hingga Gedung Sekretariat Presiden IKN.
Untuk proyek Gedung Sekretariat Presiden, WSBP menyuplai produk beton readymix sebanyak 63,2 ribu m³. Beton readymix ini berasal dari batching plant WSBP di kawasan IKN, yakni di Sepaku dan di Tempadung.
Pelan Tapi Pasti: Pembangunan Hijau
Ada satu lagi dimensi yang tak bisa diabaikan dalam industri beton: keberlanjutan. Secara global, industri semen dan beton menyumbang sekitar 8% emisi karbon dunia. Situs Science Museum, misalnya, menyebut bahwa beton telah menimbulkan dampak lingkungan yang amat besar.
Setiap tahun, manusia menggunakan lebih dari 4 miliar ton semen, yang jadi bahan utama beton. Bahan baku ini memang sangat krusial buat berbagai pembangunan di seluruh dunia. Namun sayangnya: seringkali pembangunan menuntut dampak yang tak murah.
Dalam konteks ini, produksi semen menghasilkan 2,5 miliar ton karbon dioksida per tahun. Jumlah ini sekitar 8 persen dari total karbon di seluruh dunia.
“Dengan statistik seperti ini, apa yang bisa kita lakukan? Karena kita tidak bisa serta merta menutup produksi beton,” tanya mereka.
Di banyak penelitian tentang beton, sudah disebutkan berbagai alternatif bahan-bahan limbah yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Fungsinya adalah mengurangi permintaan sumber daya alam (seperti batu kerikil, pasir, dan lain sebagainya), dan menggunakan bahan-bahan tak terpakai seperti abu, plastik daur ulang, bahkan mungkin sisa penggunaan beton.
Menjawab tantangan ini, WSBP sudah menginisiasi berbagai inisiatif yang lebih ramah lingkungan terhadap produk mereka.
Bahan ramah lingkungan yang digunakan oleh WSBP adalah fly ash, atau limbah berbentuk abu halus yang merupakan limbah pembakaran batu bara maupun tempat pengolahan sampah terpadu. Hal ini merupakan bentuk komitmen WSBP dalam menciptakan solusi beton yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi jejak karbon dalam proses produksi, serta mendukung prinsip green building yang berkelanjutan.
WSBP sudah menggunakan fly ash untuk produk beton di sejumlah proyek, seperti LRT Jakarta Fase 1B (Velodrome–Manggarai), Jalan Tol Semarang-Demak, juga Jalan Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi (Bocimi) Seksi 3.
Penggarapan tol Bocimi Seksi 3 ini merupakan proyek kelanjutan dari proyek Bocimi seksi 1 yang dimulai sejak 2018. Dari sana, WSBP terus dipercaya menyuplai produk-produknya untuk penggarapan Bocimi seksi 2 pada 2023, dan lanjut di 2024 hingga sekarang untuk pembangunan seksi 3A dan 3B.
Untuk Seksi 3A dan 3B ini, pembangunan akan membentang dari Cibadak hingga Sukabumi Barat, dengan total panjang 13,7 kilometer. Untuk seksi 3A, WSBP akan memasok produk beton readymix sebesar 58.186 m3 dan PC-I Girder sebanyak 242 batang dengan nilai kontrak mencapai Rp98,75 miliar. Sedangkan di seksi 3B, dengan kontrak senilai Rp170,61 miliar, WSBP akan memasok beton readymix sebanyak 100.630 m3 dan 432 batang PC-I Girder.
Tol Bocimi ini juga istimewa bagi WSBP karena pemakaian fly ash.
“Penerapan fly ash pada beberapa proyek infrastruktur yang dikerjakan WSBP adalah bentuk inovasi hijau yang membantu mengurangi peredaran limbah fly ash, tanpa mengurangi mutu produk yang dihasilkan. Ini juga mendukung prinsip green construction untuk menciptakan infrastruktur yang ramah lingkungan,” ujar Fandy Dewanto, Kepala Divisi Corporate Secretary WSBP.
Meski berasal dari limbah, penggunaan fly ash terbukti bisa meningkatkan kualitas produk beton, seperti peningkatan durabilitas beton, kekuatan jangka panjang beton, dan mengurangi panas hidrasi yang timbul pada saat proses pengeringan beton.
“Kami tidak hanya berinovasi, tetapi juga konsisten menjaga kualitas dan keandalan produk di setiap proyek, dengan selalu memprioritaskan mutu dalam pengembangan material dan proses produksi,” tambah Fandy.
Inovasi ramah lingkungan kedua dari WSBP adalah mortar foam, atau mortar busa. Metode ini adalah optimalisasi penggunaan cairan busa dengan mortar yang terbuat dari campuran semen, pasir, dan air. Busa ini bisa menjadi bahan pengganti timbunan tanah dan mengurangi beban timbunan.
Baru-baru ini, WSBP mendapat mandat memasok mortar foam sebanyak 13.000 m3 dengan nilai kontrak Rp15,65 miliar untuk pembangunan Jalan Tol IKN Seksi 3B-2: Segmen KKT Kariangau – SP. Tempadung.
Selain digunakan pada struktur jalan tol, mortar foam ini juga dimanfaatkan sebagai timbunan pada Jembatan Satwa, yang merupakan bagian dari segmen proyek tersebut. Distribusi mortar foam ini akan akan terus berlanjut sesuai target penyelesaian, yakni pada Agustus 2025.
“Mortar foam adalah salah satu inovasi produk Readymix WSBP yang sebelumnya telah berhasil diterapkan pada proyek Jembatan FO Sekip di Palembang. Kepercayaan yang kembali diberikan kepada kami pada proyek ini menjadi bukti bahwa mortar foam WSBP memiliki kualitas dan keandalan yang baik. Suplai mortar foam di lingkungan Ibu Kota Nusantara (IKN) merupakan yang pertama kali dilakukan dan WSBP menjadi pihak yang dipercaya untuk menyuplai,” tutur Fandy.
Komitmen terhadap produksi yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan ini kemudian mendapat ganjaran baik. WSBP menjadi produsen beton readymix pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berhasil meraih sertifikasi Green Label Indonesia (GLI) 2025 Level Gold. Penghargaan ini adalah pengakuan atas komitmen perusahaan dalam menghasilkan produk konstruksi yang memenuhi standar keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Di tengah sorotan global terhadap industri konstruksi sebagai penyumbang emisi karbon, WSBP mengambil langkah lebih maju. Mereka berhasil meniti jalan di tengah tuntutan antara pembangunan yang diharapkan berjalan masif serta menyeluruh, dengan pembangunan hijau yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis
Masuk tirto.id


































