tirto.id - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan setelah terbitnya laporan investigasi dari The New York Times pada 27 September 2020 lalu, berjudul “The Presiden Taxes: Long-Canceled Records Show Trump’s Chronic Losses and Years of Tax Avoidance”.
Media tersebut mengaku memperoleh informasi pajak Donald Trump yang diperpanjang selama lebih dari dua dekade; mengungkapkan properti yang bermasalah; penghapusan besar-besaran; perselisihan audit dan utang ratusan juta (dolar) yang jatuh tempo.
Akhirnya, tiga jurnalis senior The New York Times: Russ Buettner, Susanne Craig dan Mike McIntire, dalam laporan investigasi tersebut mengungkap, “bahwa Trump tidak pernah membayar pajak sepeser pun selama 10 sampai 15 tahun sebelum menjadi presiden.”
Bahkan, setelah terpilih menjadi presiden pada 2017 hingga setahun berkantor di Gedung Putih sekalipun, Trump hanya membayar pajak pendapatan federal sebesar 750 dolar.
Sementara dilansir dari Politico, hanya sehari setelah laporan itu muncul, Trump segera membela dirinya dengan beralasan bahwa dia "berhak" untuk mengambil keuntungan dari berbagai celah pajak, serta bersikeras bahwa dia hanya terperosok dalam "utang yang sangat sedikit."
Lebih jauh, melalui twit di Twitter pribadinya, Trump mengatakan bahwa The New York Times adalah media berita palsu, serta laporan terkait skandal pajaknya 100 persen tidak akurat dan mencemarkan nama baik.
“Media Berita Palsu, seperti waktu Pemilu 2016, mengangkat pajak saya & segala macam omong kosong lainnya dengan informasi yang diperoleh secara ilegal & hanya niat buruk,” tulisnya.
“Saya membayar jutaan dolar dalam bentuk pajak, tetapi berhak, seperti orang lain, atas depresiasi & kredit pajak,” imbuh presiden 74 tahun tersebut.
Sebelum laporan investigasi The New York Times muncul, Trump juga telah “dipusingkan” terkait penurunan kekayaannya. Mengutip laporan CNN pada 9 September 2020 lalu, hartanya hilang sekitar 600 juta dolar (Rp8,8 triliun), hingga saat ini total kekayaannya menjadi 2,5 miliar dolar (Rp37 triliun).
Ia pun akhirnya harus turun 64 peringkat dari tahun lalu sebagai daftar orang terkaya versi The Forbes 400, dan kini menempati posisi 339.
Sumber kekayaan Trump
Sebagaimana dikutip dari Forbes, Trump yang kini mempunyai kekayaan sebesar 2,5 miliar dolar dan berada di peringkat 399 daftar orang terkaya, merupakan miliarder pertama yang menjadi presiden Amerika Serikat.
Perusahaan utamanya adalah The Trump Organization LLC, yang memiliki ratusan anak perusahaan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Ia bergerak di serbaneka bidang, mulai dari perhotelan, lapangan golf, kondominium, real estate, hingga lisensi berbagai jenama.
Selain di bidang properti, yang menjadi sumber utama kekayaannya, Trump juga pernah eksis di dunia hiburan sebagai pembawa acara dari reality show 'The Apprentice' dan 'The Celebrity' di stasiun televisi NBC dari tahun 2004 hingga 2015. Dari sini, ia mengklaim mendapat penghasilan sebesar kurang lebih 213 juta dolar dalam 14 season acara.
Pada 14 Juni lalu, tepat di ulang tahun ke-74 Donald Trump, Fox Business merilis daftar perusahaan yang menjadi pencapaian terbesar serta sumber pundi-pundi dolar bagi presiden Republikan tersebut. Berikut ini daftarnya:
1. The Grand Hyatt
Pada medio 1970-an, Donald Trump bermitra dengan grup multinasional, Hyatt, untuk membeli Commodore Hotel yang rusak di dekat Grand Central. Dilaporkan CNBC, Hyatt sanggup untuk membayar setengah konstruksi perbaikan, dengan total biaya mencapai 70 juta dolar (kurs saat itu).
CNBC menyebut langkah ini sebagai "kesepakatan besar pertama" Donald Trump. Sementara Pada 1994, Los Angeles Times menyebut apa yang dilakukan Trump sebagai "salah satu kerja sama paling menguntungkan di bisnis perhotelan dan real estate", meskipun Hyatt dilaporkan menuntut Trump saat itu.
2. Trump Tower
Bangunan Trump Tower resmi dibuka di Fifth Avenue 721, New York City, Amerika Serikat. Gedung pencakar langit ini memiliki tinggi 202 meter dengan total 58 lantai, yang di dalamnya berisi: ruang komersial, restoran, pusat perbelanjaan dan juga kondominium. Kondominium di Trump Tower dijual dengan harga antara 2 juta hingga 9,5 juta dolar.
3. Wall Street 40
Berdasarkan laporan Time, Donald Trump membeli bangunan Wall Street 40, salah satu gedung di kompleks Wall Street pada tahun 1995.
Menurut CNBC, Trump mengaku hanya membayar 1 juta dolar untuk membeli bangunan itu. Namun, situs resmi Wall Street 40 menyebut biaya pembelian bangunan tersebut sebesar 10 juta dolar.
Terlepas dari ongkos pembelian, pada tahun 2016, nilai bangunan tersebut meningkat menjadi 145 juta dolar.
4. Wollman Rink
Pada tahun 1986, Donald Trump mengambil alih renovasi Wollman Rink, sebuah gelanggang ice-skating di Central Park, New York. Pengambil-alihan ini terjadi setelah pihak pemerintah New York dinilai tak kunjung selesai mengurus proyek ini selama bertahun-tahun.
Menurut Time, Trump sanggup menyelesaikan proyeknya dengan anggaran sebesar 3 juta dolar. Akan tetapi, pada akhirnya wahana ice-skating ini berhasil selesai dengan biaya pembangunan sebesar 750.000 dolar dengan waktu empat bulan.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto