Menuju konten utama

Mengenang Jeanne Moreau, Si Nyonya Besar Sinema Perancis

“Kecantikan fisik itu memalukan,” ucap Jeanne Moreau

Mengenang Jeanne Moreau, Si Nyonya Besar Sinema Perancis
Jeanne Moreau dalam dalam Lift to the Scaffold, sebuah film yang sukses mumbuatnya terkenal. FOTO/The Ronald Grant Archive

tirto.id - Di dalam museum yang sepi, ia berlari dengan raut wajah bahagia tanpa beban. Di samping kiri dan kanan, dua sosok lelaki dengan ekspresi wajah yang kurang lebih sama mengiringinya. Mereka bertiga berlarian menyuri etalase dan panel-panel benda seni klasik di suatu koridor museum Louvre.

Adegan di atas berasal dari Jules et Jim (1962) besutan sutradara François Truffaut. Film yang mengisahkan mengenai cinta segitiga tersebut dibintangi Oskar Werner, Henri Serre, dan Jeanne Moreau. Banyak yang berkata Jules et Jim merupakan tonggak penting dalam perkembangan sinema Eropa. Tapi buat sebagian orang lainnya, termasuk saya, Jules et Jim ditonton karena sosok Jeanne Moreau.

Jeanne Moreau memerankan tokoh Catherine nyaris tanpa cela. Tatap matanya, senyum tulusnya, sampai geliat tawanya yang khas. Moreau berhasil menjiwai karakter Catherine yang kelak membuat hati dua pria luluh lantak tanpa sisa. Dengan elegannya, ia menerjemahkan skenario dan arahan Truffaut tanpa dramatisasi berlebihan.

Baca juga:

Senin (31/7) lalu, Jeanne Moreau menghembuskan nafas terakhir di kediaman pribadinya pada usia 89 tahun. Informasi mengenai meninggalnya Moreau datang dari sang agen dan diperkuat oleh pernyataan Presiden Perancis, Emmanuel Macron.

“Kita bisa mengatakan bahwa Jeanne Moreau sudah tidak ada lagi. Tapi satu hal yang pasti, karya-karyanya akan terus ada,” ujar Macron dalam belasungkawanya.

Sederet Penghargaan untuk Moreau

Moreau lahir pada 23 Januari 1928 di Paris. Ayahnya, Anatole-Desire Moreau, adalah pengusaha restoran. Sementara Ibunya, Kathleen adalah penari asal Inggris yang hijrah ke Paris guna mewujudkan impiannya untuk tampil di gedung pertunjukan kabaret Folies Bergère.

Saat umurnya masih 11 tahun, Moreau menghadapi kenyataan pahit: orangtuanya berpisah. Kathleen memilih pulang ke Inggris bersama saudarinya, Michelle. Anatole-Desire tetap tinggal di Paris untuk mengelola restoran.

Drama Antigone gubahan dramawan Jean Anouilh menggugah ketertarikan Moreau pada dunia akting di usia 15. Ia pun membulatkan tekad untuk sekolah di Conservatoire National d'Art Dramatique, Paris, kendati mendapat tentangan dari Anatole-Desire.

Festival Teater Avignon (1947) menjadi ajang debut Moreau. Saat itu, dalam usia 20 tahun, ia menjadi anggota termuda Comédie-Française. Empat tahun berselang, ia pindah ke Nationale Populaire demi kesempatan yang lebih besar.

Penantian yang ditunggu akhirnya tiba. Moreau mulai memperoleh peran di beberapa film. Pada 1949, ia bermain di Last Love. Tiga tahun kemudian, pamornya melejit dalam film drama kriminal arahan Louis Malle, Elevator to the Gallows. Kerja sama Moreau dan Malle muncul lagi dalam The Lovers (1958). Keduanya pun menjalin hubungan asmara.

Infografik Jeanne moreau

Popularitas Moreau meningkat tajam ketika membintangi drama cinta segitiga Jules et Jim (1962). Semenjak itu, para sutradara harus antre untuk berkolaborasi dengan Moreau. Mereka menganggap Moreau mempunyai kecerdasan dan tekad tinggi untuk memainkan sebuah peran. Tercatat Moreau pernah bekerjasama dengan Peter Brook di Seven Days… Seven Night (1960), Michaelangelo Antonioni di La Notte (1961), Luis Buñuel di Diary of Chambermaid (1964), Orson Welles pada The Trial (1962) dan The Immortal Story (1968), sampai reuninya dengan Truffaut pada The Bride Wore Black (1967).

Baca juga:

Karier Moreau bertahan hingga tiga dekade kemudian. Setelah 1969, ia masih membintangi beberapa film produksi Eropa. Ia sempat muncul di Hollywood, membintangi film Elia Kazan berjudul The Last Tycoon (1976) yang diangkat dari novel F. Scott Fitzgerald berjudul sama.

Selama berkiprah di layar perak, Moreau meraup banyak penghargaan. Ia menggondol penghargaan aktris terbaik Cannes Film Festival untuk perannya di Moderato Cantabile (1960), aktris asing terbaik di ajang BAFTA untuk perannya sebagai rekan sejawat Brigitte Bardot di Viva Maria (1965), serta mendapat piala César untuk kategori serupa dalam komedi The Old Lady Who Walked in the Sea (1991). Tak berhenti sampai sini, Moreau juga diganjar penghargaan Legion of Honor, Golden Lion Venice Film Festival, dan predikat perempuan pertama yang menerima penghargaan dari Académie des Beaux-Arts.

Jeanne Moreau, seperti yang ditulis Richard Brody di New Yorker, adalah seorang “Nyonya Besar tanpa kesombongan atau prasangka”. Keagungan Moreau tidak membuat dirinya terkurung dari lingkungan sekitar; pandangannya tetap luas. Dia seorang aktris, dia seorang intelektual.

“Seandainya Alfred Hitchcock tahu bagaimana cara memfilmkan perempuan heroik, maka Moreau adalah perempuan khas karakter Hitchcock yang paling aktif dan pemberani,” demikian Brody. François Truffaut adalah seorang penggemar sutradara Inggris Alfred Hitchcok, yang telah mengendus potensi Jeanne yang dikatakan Brody. The Bride Wore Black (1968), hasil duet Truffaut dan Moreau, menampilkan elemen-elemen gaya ala film-film Hitchcock.

Editor Sight & Sound Nick James mengungkapkan pada BBC bahwa persona sensual Moreau didukung timing yang tepat dan teknik luar biasa, sehingga banyak sutradara besar ingin bekerja dengannya. Mulai dari Orson Welles, Michelangelo Antonioni, Joseph Losey, hingga Luis Bunuel. “Moreau,” tulis James, "mungkin setara dengan apa yang disebut Orson Welles sebagai aktor 'raja', atau seseorang yang sulit untuk tidak menjadi pusat perhatian." Seiring berjalannya waktu, Moreau menjadi salah satu ikon utama perfilman Perancis.

Adieu, Nyonya Besar!

Baca juga artikel terkait INDUSTRI FILM atau tulisan lainnya dari Faisal Irfani

tirto.id - Film
Reporter: Faisal Irfani
Penulis: Faisal Irfani
Editor: Windu Jusuf