Menuju konten utama

Mengenal Sleep Apnea, Gangguan Tidur Berbahaya Serta Penanganannya

Mengetahui faktor penyebab sleep anea dan bagaimana cara untuk menanganinya. 

Mengenal Sleep Apnea, Gangguan Tidur Berbahaya Serta Penanganannya
Ilustrasi Sleep Apnea. foto/istockphoto

tirto.id - Harley adalah seorang penyiar radio KLLA Los Angeles, Amerika Serikat yang bekerja rutin Senin sampai Jumat, memandu acara tengah malam pada pukul 2 dini hari.

Pekerjaan tersebut dilakoninya selama kurang lebih empat tahun yakni sejak 1989 hingga 1993.

Dilansir dari laman Sleepapnea.org, Harley berkisah, semua bermula ketika pada tahun 1995, ia pernah hampir kehilangan nyawa.

Saat mengemudi konsentrasinya tiba-tiba ambyar, ia kehilangan fokus dan hampir kecelakaan.

Pada tahun-tahun berikutnya, Harley mengaku menjadi lebih sering sakit kepala, bahkan nafasnya tiba-tiba tersendat (berhenti mendadak) ketika tidur, dan bangun dengan keadaan yang lelah.

Akhirnya, pada 2001, ia bersama istrinya mendatangi St. John Medical Center untuk melakukan pemeriksaan.

Dokter merekomendasikannya melakukan pengecekan lewat “studi tidur”, karena ia diduga terkena sleep apnea.

“Saya tidak tahu apa yang dia bicarakan, dan ia berpikir seluruh masalah tidur itu lah yang menjadi penyebab masalah saya selama ini. Ini bodoh,” kisahnya, yang kala itu ia mengaku menolak rekomendasi dokter, dan melanjutkan hidupnya sedia kala.

Pada 2002, ketika kondisinya kian memburuk, ia akhirnya bersedia melakukan “studi tidur” sesuai anjuran dokter.

Setelah pemantauan selama satu malam, hasil menunjukkan bahwa selama tidur, kadar oksigennya terus menurun dari persentase 90-an ke level terendah 70-an.

“Itu serius. Dan tidak hanya itu, dia [dokter] menunjukkan berapa kali saya berhenti bernapas! Cukup mengejutkan,” ujarnya.

Pasca pemeriksaan pun, ia akhirnya didiagnosis menderita gangguan tidur "sleep apnea".

Apa yang dialami Harley, ternyata terjadi pula pada banyak orang. Data menunjukkan, ada lebih dari 18 juta orang dewasa di AS menderita gangguan sleep apnea.

Dilansir dari laman Mayo Clincic, sleep apnea didefinisikan sebagai gangguan tidur yang berpotensi menjadi masalah kesehatan serius, di mana pernapasan seseorang berulang kali tiba-tiba berhenti saat tidur.

Jika Anda mendengkur keras dan merasa lelah setelahnya, bahkan sesudah tidur semalaman, Anda kemungkinan mengalami gangguan tidur ini.

Penyebab, Tipe dan Gejala

Ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko gangguan, termasuk memiliki amandel, kelebihan berat badan, rahang kecil, ukuran leher yang besar (17 inci atau lebih besar).

Faktor lain yaitu merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan, hingga faktor usia (biasanya lebih dari 40 tahun), demikian papar laman SleepFoundation.org. Selain itu, ada kemungkinan gangguan ini disebabkan oleh faktor genetik dari keluarga.

Sementara itu, ada tiga jenissleep apnea. Gangguan paling umum adalah sleep apnea obstruktif (obstructive sleep apnea) yang terjadi kerena otot tenggorokan terlalu merenggang.

Sementara sleep apnea sentral (central sleep apnea) akibat otak tidak mengirimkan sinyal yang tepat ke otot yang mengatur pernapasan.

Sedangkan yang terakhir adalah sleep apnea kompleks (complex sleep apnea), yang merupakan gabungan dari keduanya.

Mendengkur kronis (secara berlebihan sepanjang waktu tidur) adalah indikator kuat dari gangguan sleep apnea.

Selain itu, kesulitan tidur di malam hari (insomnia) juga bisa menjadi gejala lain, di samping merasakan kantuk yang berlebihan di siang hari (hipersomnia).

Penderita sleep apnea biasanya juga mengalami mulut yang kering dan sakit kepala ketika bangun, kesulitan berkonsentrasi, lekas marah, kesulitan belajar dan ingatan, dan tertidur, hingga disfungsi seksual.

Jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut, lebih baik segera berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis dan penanganan yang lebih lanjut.

Menurut paparan Mayo Clinic, jika tak segera ditangani gangguan ini dapat menimbulkan beberapa gangguan kesehatan mulai dari kelelahan yang berlebih, depresi, gangguan metabolisme, hingga tekanan darah tinggi, gangguan jantung, diabetes tipe 2, penyakit hati (liver), bahkan stroke.

Penanganan

Jika Anda merasakan gejala-gejala sleep apnea, pertama kali yang harus Anda lakukan adalah menemui dokter.

Konsultasikan dengannya terkait gejala yang Anda rasakan untuk diagnosis yang tepat terkait sleep apnea jenis apa yang Anda alami, dan seberapa tingkat keparahannya.

Biasanya, satu metode paling umum yang nantinya akan digunakan untuk mendiagnosis jenis gangguan Anda adalah dengan “studi tidur”.

Anda kemungkinan akan diperkenankan untuk menginap selama satu malam, kemudian dokter akan memantau gerakan mata, aktivitas otot, detak jantung, upaya pernapasan, aliran udara, hingga kadar oksigen dalam darah.

Tes ini digunakan untuk mendiagnosis sleep apnea serta menentukan tingkat keparahannya. Terkadang, perawatan bisa dimulai pada malam pertama di pusat studi tidur.

Setelah terdiagnosis, untuk sleep apnea obstruktif, dalam perawatan biasanya dokter akan menggunakan perangkat tekanan jalan napas positif berkelanjutan atau CPAP.

CPAP merupakan sejenis masker yang dipasang di hidung dan/atau mulut, yang akan meniupkan udara ke dalam saluran napas untuk membantunya tetap terbuka selama tidur.

Metode pengobatan ini sangat efektif dan biasanya paling direkomendasikan oleh dokter.

Selain itu, metode lain untuk mengobati gangguan ini dapat pula menggunakan peralatan gigi yang mengubah posisi rahang bawah dan lidah, operasi saluran napas bagian atas untuk mengangkat jaringan di jalan napas, tekanan saluran napas positif ekspirasi hidung, di mana katup sekali pakai menutupi lubang hidung dan pengobatan menggunakan stimulasi saraf hipoglosus, di mana stimulator ditanamkan di dada pasien dengan kabel yang dihubungkan ke saraf hipoglosus.

Namun, yang harus digarisbawahi, perubahan gaya hidup adalah cara paling efektif untuk mengurangi gejala sleep apnea.

Dikutip dari Healthline, berikut beberapa tips yang dapat membantu mengurangi keparahan sleep apnea:

- Menurunkan berat badan, terutama bagi Anda yang mengalami gangguan ini akibat kelebihan berat badan.

- Hindari konsumsi alkohol, karena ini studi menunjukkan bahwa ini dapat menyebabkan Anda sering terbangun di malam hari, dan membuat otot pernapasan saluran napas bagian atas menjadi terlalu renggang.

- Berhenti merokok karena dapat memperburuk pembengkakan di saluran napas bagian atas, serta membuat mendengkur semakin parah.

- Beberapa pasien dengan sleep apnea ringan atau dengan dengkuran kronis biasanya memiliki lebih sedikit masalah pernapasan saat mereka berposisi miring, bukan telentang. Maka dari itu, coba ubah posisi tidur Anda.

Baca juga artikel terkait GANGGUAN TIDUR atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo