tirto.id - Cahaya biru yang keluar dari berbagai perangkat gawai dapat berkontribusi pada kualitas tidur seseorang.
Kerap kali ponsel menyebabkan seseorang mengalami kesulitan tidur yang mempengaruhi kesehatan tubuh, terutama kesehatan mental.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa, “remaja yang terpapar cahaya buatan termasuk cahaya ponsel membuat mereka mengalami kurang tidur”.
Tak hanya itu, mereka yang mengalaminya juga cenderung mengembangkan beberapa jenis gangguan suasana hati dibandingkan dengan remaja yang sedikit terpapar cahaya buatan itu.
“Meskipun paparan cahaya hanya satu dari sekian faktor terhadap pola tidur dan perilaku, cahaya menjadi target penting untuk pencegahan dan intervensi dalam kesehatan remaja,” ungkap Kathleen Merikangas, kepala divisi Penelitian Epidemiologi Genetik di Institut Nasional Kesehatan Mental dikutip dari Medical Daily.
Pada usia remaja, ketidakmampuan tidur dalam waktu yang cukup dapat menyebabkan gangguan mental seperti bipolar, perubahan suasana hati, paranoia, dan kecemasan, sebagaimana dilaporkan CNN.
Sekresi hormon melatonin terjadi ketika tidur dalam kondisi gelap. Ketika terpapar cahaya, proses ini akan terhenti.
Di sisi lain, laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan bahwa kurang tidur dapat membuat remaja berperilaku berbeda dan berisiko.
Hal tersebut termasuk mabuk, bermain ponsel saat mengemudi, dan tidak mengikuti protokol keselamatan diri saat bepergian. Selain itu, para remaja yang mengalami kurang tidur tersebut cenderung memiliki obesitas, migraine, dan penyalahgunaan narkoba.
Sementara itu, studi yang dilakukan Kangbuk Samsung Medical Center terhadap 202.629 pekerja usia 20-40 tahun pada tahun 2014 menunjukkan bahwa tidur kurang dari empat jam per hari dapat meningkatkan risiko depresi, bahkan menimbulkan pikiran untuk bunuh diri.
Prevalensi depresi yang dimiliki oleh obyek penelitian tersebut adalah 9,1 persen, atau empat kali lipatnya dibandingkan 2 persen orang-orang yang tidur selama tujuh jam.
Prevalensi kecemasan dan pikiran bunuh diri untuk mereka yang kurang tidur sekitar 16 persen dan 12,7 persen, lebih tinggi ketimbang mereka yang tidur tujuh jam per harinya, yakni 4,3 persen dan 5 persen.
“Kita mungkin dapat mencegah depresi, serangan kecemasan, dan bahkan bunuh diri jika kita bisa menjamin para karyawan bisa tidur tujuh jam setiap harinya,” ujar perwakilan Workplace Mental Health Institute, Lim Se-won.
Tak hanya itu, tubuh juga memiliki kondisi kesehatan yang lebih buruk ketika mengalami kurang tidur sebagaimana dilaporkan Healthline. Berikut adalah di antaranya:
- Ingatan bermasalah
Otak akan membentuk koneksi yang membantu Anda mengingat dan memproses informasi baru saat tidur. Jika Anda kurang tidur, maka dapat berdampak negatif pada ingatan jangka pendek dan panjang.
- Hilangnya konsentrasi
Mengistirahatkan tubuh, sama halnya dengan memberi waktu pada otak untuk menyambungkan koneksi yang membentuk kreativitas, penyelesaian masalah, dan konsentrasi. Saat Anda kurang tidur, otak pun tak dapat melakukannya.
- Suasana hati tidak stabil
Kurang tidur dapat membuat suasana hati Anda tak stabil, mudah murung dan emosi. Lebih jauh, kurang tidur yang kronis, dapat berakibat pada stres, kecemasan, dan depresi.
- Imun melemah
Saat tidur, imun akan bekerja untuk membentuk pertahanan yang membuat Anda tak mudah diserang virus dan kuman. Namun, saat Anda kurang tidur, imun tak bisa melakukannya, dan Anda cenderung akan mudah sakit.
- Risiko penyakit diabetes
Saat kurang tidur, tubuh Anda akan melepaskan banyak insulin, yaitu hormon penurun gula darah. Seseorang yang kurang tidur mempunyai kadar gula darah yang tinggi, dan berisiko terkena diabetes tipe 2.
- Risiko penyakit hati dan jantung
Kurang tidur dapat meningkatkan tekanan darah dan inflamasi zat kimia tingkat tinggi. Yang mana, dua hal ini berperan penting dalam terciptanya penyakit jantung.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yandri Daniel Damaledo