Menuju konten utama

Mengenal Program KB: Sejarah, Efek Samping, hingga Manfaatnya

Mengenal program Keluarga Berencana (KB), sejarah, manfaat, hingga efek sampingnya. 

Mengenal Program KB: Sejarah, Efek Samping, hingga Manfaatnya
Ilustrasi Keluarga Berencana. foto/istockphoto

tirto.id - Keluarga Berencana atau yang kerap disingkat menjadi KB adalah program skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara.

Program KB juga merupakan usaha mengatur jumlah dan jarak antara kelahiran anak dalam keluarga, hal ini berguna untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Melansir laman Bantulkab.go.id, program KB di Indonesia diatur dalam UU N0 10 tahun 1992, yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Menurut laman resmi (BKKBN), Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia.

Nama perkumpulan itu sendiri berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF).

PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga- keluarga yang sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.

Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah air.

Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah kependudukan menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif.

Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di Indonesia.

Setelah simposium Kontrasepsi di Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1967.

Adapun manfaat dari mengikuti program KB adalah sebagai berikut:

- Menghindari risiko kehamilan yang tinggi

- Menurunkan angka kematian ibu dan bayi

- Meringankan beban ekonomi keluarga

- Membentuk keluarga yang lebih bahagia dan sejahtera

Upaya peningkatan pelayanan KB juga dilakukan dengan perbaikan penyediaan metode kontrasepsi.

Dalam laman Uksw.edu, dijelaskan bahwa kontrasepsi merupakan cara untuk mengatur kehamilan yang cukup efektif setelah program KB dilakukan.

Salah satu jenis KB yang efektif adalah KB suntik 3 bulan. Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah kehamilan melalui suntikan hormonal Depo Medroksi Progesteron Asetat (DPMP).

Pemakaian kontrasepsi hormonal jenis KB suntik yang mengandung hormon progesteron dilakukan setiap 3 bulan.

Hormon progesteron sendiri merupakan hormon yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus menstrusiasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi.

KB suntik 3 bulan memiliki efektivitas yang tinggi dengan 30 persen kehamilan per 100 perempuan per tahun.

Suntikan DMPA efektif selama 14 minggu, atau 2 minggu periode kelonggaran jika tidak dapat diberikan tepat 12 minggu kemudian setelah suntikan awal.

Ada tiga macam KB suntik menurut Saifuddin (2010) pada laman Unimus.ac.id, yakni sebagai berikut:

Depo Provera

Merupakan medoxy progesteron yang digunakan untuk tujuan kontasepsi parental, memiliki efek progesteron yang kuat dan sangat efektif.

Waktu pemberiannya dengan dosis 150 mg/cc dalam 3 bulan sekali. Efektifitasnya tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan dengan penyuntikan yang dilakukan secara teratur.

Noristat

Merupakan suntikan kontrasepsi di mana larutannya merupakan campuran bernzyl benzoate dan casrol oil dengan perbandingan 4:6.

Efek kontrasepsinya terutama mencegah masuknya sperma melalui lendir servik. Suntikan ini diberikan dalam dosis s 200 mg/cc.

Efek sampingya menyebabkan siklus haid labih stabil, amenorea lebih jarang, fertilitas lebih cepat kembali setelah berhenti menjadi akseptor.

Cyloferm

Merupakan suntikan kombinasi 2,5 mg depomedroxy progesterone aserat dan 5 mg estradiol cyplonate.

Suntikan ini diberikan dengan dosis 50 mg norithidrone anantat dan 5 mg estradiol varela. Sangat efektif yakni 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan.

Meski begitu, terdapat sejumlah efek samping dari penggunaan KB suntik yang perlu diperhatikan oleh perempuan.

Efek samping tersebut di antaranya seperti rasa mual, meningkatkan berat badan, gairah seks menurun, pendarahan di luar jadwal menstruasi atau bahkan tidak menstruasi sama sekali, sakit kepala, dan jerawatan.

Waktu pemakaian KB suntik yang tepat sesuai dengan aturan penyuntikan dari BKKBN yaitu:

- Penyuntikan pada 7 hari pertama siklus haid

- Pada perempuan yang tidak haid dan tidak sedang hamil, injeksi pertama dapat dilakukan setiap saat.

- Selama 7 hari setelah pemakaian tidak boleh melakukan hubungan seksual.

- Ibu melahirkan dapat melakukan suntikan KB setelah 42 hari

- Ibu yang mengalami keguguran dapat segera melakukan suntik KB atau dalam jangka waktu 7 hari

- Bila perempuan sedang menggunakan jenis kontrasepsi suntik yang lain dan ingin menggantinya dengan suntikan yang lainnya, akan diberikan dan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya

Selain KB suntik, jenis kontrasepsi lainnya menurut Kemenkes RI yang digunakan sebagai cara, alat, bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan yakni yakni pil KB, implan, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), steril, IUD atau spiral, dan kondom.

Baca juga artikel terkait KELUARGA BERENCANA atau tulisan lainnya dari Nirmala Eka Maharani

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Nirmala Eka Maharani
Penulis: Nirmala Eka Maharani
Editor: Yandri Daniel Damaledo