Menuju konten utama

Mengenal Codependent Relationship: Tips dan Cara Mencegahnya

Codependent relationship adalah pola perilaku di mana Anda bergantung pada persetujuan pasangan hampir dalam banyak keputusan.

Mengenal Codependent Relationship: Tips dan Cara Mencegahnya
Ilustrasi Hubungan Racun. foto/istockphoto

tirto.id - Apakah Anda banyak berkorban untuk kebahagiaan pasangan atau orang lain tetapi tidak mendapatkan balasan yang setimpal? Bila pernah, bisa jadi Anda terjebak dalam codependent relationship atau hubungan kodeponden. Apa itu?

Para ahli mengatakan, codependent relationship adalah pola perilaku di mana Anda bergantung pada persetujuan pasangan hampir dalam banyak keputusan. Seseorang yang kodependen akan merencanakan seluruh hidupnya untuk menyenangkan orang lain. Biasanya, harga diri dari orang kodependen hanya akan datang ketika dia mengorbankan diri untuk pasangan atau orang lain.

"Hubungan kodependen menandakan tingkat kemelekatan yang tidak sehat, di mana seseorang tidak memiliki kemandirian atau otonomi," kata Scott Wetzler, PhD, kepala divisi psikologi di Albert Einstein College of Medicine seperti dilansir Web MD. "Satu atau kedua belah pihak bergantung pada orang yang mereka cintai."

Siapapun bisa menjadi kodependen dan hubungan itu bisa terjadi antara teman, pasangan romantsi atau anggota keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki orang tua yang secara emosional sering melecehkan atau mengabaikan mereka di masa remajanya lebih cenderung memiliki hubungan kodependen.

"Anak-anak ini sering diajari untuk mengorbankan kebutuhan mereka sendiri untuk menyenangkan orang tua yang sulit, dan itu membuat mereka membentuk pola lama untuk mencoba mendapatkan cinta dan perhatian dari orang yang sulit," kata Shawn Burn, PhD, seorang profesor psikologi di California Polytechnic State University, San Luis Obispo.

Kendati demikian, laman Heatlhline telah memberikan tips dan cara untuk keluar dari hubungan kodependen, sebagai berikut ini:

1. Pisahkan persoalan

Terkadang, sulit untuk membedakan antara dukungan dan perilaku kodependen. Sebab, bagaimana pun juga, keinginan untuk membantu pasangan adalah hal normal, terutama saat mereka mengalami masa-masa sulit.

Mungkin, dalam beberapa kasus, Anda tidak berniat untuk mengendalikan pasangan, tetapi lama kelamaan, pasangan Anda akan terus bergantung pada bantuan dan akhirnya mereka melakukan lebih sedikit untuk diri mereka sendiri, sehingga menjadi tidak mandiri.

2. Identifikasi pola dalam hidup Anda

Setelah Anda memahami betul apa sebenarnya kodependensi yang dialami, cobalah untuk mengidentifikasikan pola yang berulang dalam hubungan Anda saat ini dan masa lalu. Sebab, Ellen Biros, seorang pekerja sosial klinis mengatakan, kodependen biasanya berakar pada masa kanak-kanak. Pola yang Anda dapatkan dari orang tua biasanya akan diulangi dalam hubungan. Hal itu perlu disadari dan diidentifikasi, sehingga bisa mengetahui cara menghentikannya.

Menurut Biros, orang yang kodependen cenderung mengandalkan validasi dari orang lain daripada validasi dirinya sendiri. Kecenderungan untuk mengorbankan diri ini ini mungkin akan membuat terasa lebih dekat dengan pasangan. Saat tidak melakukan sesuatu untuk mereka, Anda mungkin merasa tidak memiliki tujuan, tidak nyaman, atau mengalami harga diri yang lebih rendah. Untuk itu, perlu mencari tahu pola-pola tersebut agar mudah dalam mengatasinya.

3. Mempelajari cara mencintai yang sehat

Pada umumnya, tidak semua hubungan yang tidak sehat itu bersifat kodependen, tetapi, semua hubungan yang kodependen sudah pasti tidak sehat. Untuk itu, seseorang perlu untuk mempelajari cara mencintai yang sehat.

"Cinta yang sehat melibatkan siklus kenyamanan dan kepuasan," kata Biros, "sementara cinta yang beracun melibatkan siklus rasa sakit dan putus asa."

Dalam hubungan yang sehat, pasangan harus peduli dengan perasaan Anda, dan Anda harus merasa aman untuk mengomunikasikan emosi dan kebutuhan. Anda juga harus merasa dapat menyuarakan pendapat yang berbeda dari pasangan Anda.

4. Tetapkan batasan

Anda perlu untuk menetapkan batasan terhadap hal-hal yang tidak disukai, terutama bila sudah terjebak dalam hubungan kodependensi yang sudah lama. Sebab, ada kemungkinan Anda terbiasa membuat orang lain lain, sehingga sulit untuk mempertimbangkan batasan sendiri.

Selain itu, tidak ada salahnya untuk belajar cara menolak sesuatu dengan sopan. Misalnya, ketika Anda diajak untuk pergi ke sebuah tempat, tetapi sedang tidak bisa, tidak ada salahnya untuk mengatakan: "Maaf, tapi saya tidak senggang saat ini" atau "Saya lebih suka tidak malam ini, tapi mungkin lain kali."

Selain itu, sebelum Anda melakukan sesuatu, tanyakan pada diri sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  • Mengapa aku melakukan ini?
  • Apakah saya ingin atau saya merasa harus?
  • Apakah ini akan menguras sumber daya saya?
  • Apakah saya masih memiliki energi untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri?

Baca juga artikel terkait RELATIONSHIP atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Kesehatan
Fotografer: Agung DH
Penulis: Alexander Haryanto