Menuju konten utama

Mengapa Media Sosial Jadi Sarana Menjual Produk?

Media sosial telah menjadi ajang pemasaran yang efektif. Karakter media sosial menjadi kekuatan untuk sarana memasarkan.

Mengapa Media Sosial Jadi Sarana Menjual Produk?
Ilustrasi orang menggunakan Facebook. Getty Images/iStock Editorial

tirto.id - Bulan lalu, iklan produk es krim sempat menjadi viral karena dikemas secara unik dengan latar belakang masa kerajaan, tapi para lakonnya memakai properti era modern seperti HT hingga smartphone. Iklan berdurasi 3 menit buatan Sutradara Dimas Djay itu awalnya hanya diunggah di YouTube, lalu menjadi viral di media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Path, dan lainnya. Iklan tersebut menjadi lebih viral meski tidak melalui tayangan yang mainstream.

Perkembangan teknologi dan media sosial sangat sangat memungkinkan seseorang memasarkan produknya dengan pendekatan baru. Caranya bisa dalam bentuk endorsement melalui akun-akun artis, seleb Instragram, seleb twit, atau YouTube yang menjadi viral. Iklan produk dunia online juga bisa dalam bentuk tulisan panjang yang ditulis oleh reviewer, blogger dan lain-lain. Semua itu menyasar bagi mereka yang aktif di dunia internet atau warganet.

Baca juga:Selebgram dan Pundi-pundi Uang

Aktivitas warganet menjadi ceruk yang strategis bagi pemasaran sebuah produk. Penelitian yang dilakukan oleh We Are Social pada 2016 menyatakan dari 7,395 miliar populasi dunia, ada 2,307 miliar orang yang aktif menggunakan jejaring sosial. Di Asia Tenggara, terdapat 234 juta pengguna atau sebanyak 30 persen dari total populasi yang aktif di internet.

Pew Research Center pada 2015 melaporkan terdapat 1,590 miliar orang (21,5 persen) tercatat sebagai pengguna Facebook dari total populasi dunia, kemudian diikuti oleh Qzone, sebanyak 653 juta pengguna (8,8 persen). Tumblr menempati urutan ketiga jejaring sosial dengan pengguna aktif 555 juta orang (7,5 persen) orang. Instagram dan Twitter ada dalam urutan keempat dan kelima dengan jumlah 400 juta orang (5,4 persen) dan 320 juta orang (4,3 persen). Sementara itu, tercatat sebanyak 30 persen dari 259 juta orang penduduk Indonesia yang aktif menggunakan jejaring sosial pada 2016.

Jejaring sosial yang popular di Indonesia adalah Facebook yaitu dengan pengguna sebanyak 15 persen diikuti oleh Google+ sebanyak 12 persen. Pengguna Twitter sebanyak 11 persen diikuti oleh Instagram (10 persen) dan Pinterest (7 persen). Tentu ini peluang bagi para penjual online, ahli pemasaran, produsen produk, dan selebgram.

Baca juga:Instagram, Platform Medsos Paling Pas buat Si Narsisis

Infografik bisnis lewat jejaring sosial

Setiap platform media sosial mempunyai karakter masing-masing. Bill Bowers dalam ulasannya di Business News Daily yang berjudul Social Media for Business: A Marketer's Guide membandingkan platform-platform tersebut.

Dilihat dari jumlah total pengguna aktif, Facebook adalah platform yang menjanjikan. Sebagai media yang saat ini menghubungkan kurang lebih dari 2 miliar pengguna, Facebook telah tumbuh dari sebuah situsweb sederhana menjadi web multifaset dan platform mobile yang memungkinkan siapa pun dapat terhubung dengan keluarga, selebriti, organisasi, bisnis berkat fitur Pages. Selain itu, Facebook juga berperan penting dalam viralitas penyebaran foto, video, update penting perusahaan ke seluruh penggunanya.

Selain Facebook, Twitter merupakan media sosial yang memungkinkan untuk berbagi update teks singkat (140 karakter atau kurang), mengirim link video, gambar, jajak pendapat dan banyak lagi. Twitter juga merupakan saluran paling efektif yang memungkinkan konsumen berkomunikasi dengan produsen perihal produk yang ditawarkan.

Instagram adalah sebuah platform media sosial visual yang didasarkan sepenuhnya pada foto dan video. Saat ini media ini bergabung dengan Facebook. Instagram memiliki lebih dari 400 juta pengguna aktif. Banyak dari pengguna yang mengunggah tentang makanan, seni, perjalanan, fashion dan lainnya.

Baca juga:Masa Depan Marketing Lewat Instagram Story

Dalam urusan video, YouTube adalah platform berbagi konten video dengan lebih dari satu miliar pengguna. Pengguna juga dapat menghasilkan uang dari Google AdSense di YouTube, yang mana pendapatan tergantung pada jumlah penayangan iklan pada video. Bagaimana efektivitas memasarkan produk di media sosial dengan segala ragam platformnya?

Baca juga: Memasarkan Lewat Selebgram Berpengikut Sedikit Lebih Ampuh

Bagus Riyantoro dari Universitas Gunadarma, dalam penelitian pada 2013 terhadap 100 mahasiswa Gunadarma, mengulas soal efektivitas iklan melalui jejaring sosial sebagai salah satu strategi pemasaran sebuah produk keripik. Penelitian mengukur efektivitas iklan dengan parameter berupa empati, persuasi, dampak, dan komunikasi konsumen terhadap produk. Responden terdiri dari laki-laki (53 persen) dan perempuan (47 persen). Usia antara 21–25 tahun (70 persen) dan di atas 26 tahun (6 persen). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan iklan produk melalui jejaring sosial sangat efektif.

Temuan ini tentu sangat beralasan, selain karakter media sosial sebagai jejaring yang luas, media sosial begitu dekat dengan karakter sebuah generasi, terutama generasi milenial hingga generasi Z. Generasi Z misalnya, seperempat warga dunia saat ini berasal dari generasi yang lahir antara 1995 dan 2010. Pada 2020, jumlah dari generasi ini akan meningkat menjadi sepertiga warga dunia. Mereka dikategorikan sebagai Generasi Z.

Salah satu ciri Gen Z adalah tingkat keakraban mereka dengan teknologi, khususnya media sosial. Semakin mereka remaja dan dewasa, semakin mudah mereka menyerap beragam hal lewat gawai mereka. Hal ini yang menjadi dasar mengapa media sosial menjadi sarana untuk memasarkan sebuah produk.

Baca juga:

Tirto Visual Report Soal Generasi Z

Selamat Datang Generasi Z

Baca juga artikel terkait ONLINE MARKETING atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Marketing
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Suhendra