tirto.id - “Ciee.. suka ngomongin dari belakang. Dulu katanya janji enggak bakal bilang ke siapa-siapa. Gegar otak ya sama janjinya? Iya? Enggak apa-apa, dasar bedak kesemek. Datang kalau ada butuhnya doang, dipikir kita konsultasi BPJS, Bu? Enak banget datang kalau lagi butuh duit, butuh diajarin.”
Nyinyiran itu ditonton hingga 573.994 kali, bahkan ada 1.158 komentar yang singgah di sana. Kebanyakan merasa terhibur atau malah senasib dengan si empu nyinyiran. Kontennya dinilai relevan dengan kisah sehari-hari. Video serupa juga sebelumnya diunggah empat kali dalam bulan yang sama, responsnya kurang lebih juga sama: netizen pengguna instagram ternyata terhibur. Tak dinyana, kurang dari sebulan, sang pemilik Instagram sudah mulai kedatangan tawaran iklan. Para produsen ingin produknya diulas atau dipromosikan di sana.
Video itu diunggah oleh akun @revinavt pada 25 Februari lalu. Seiring video yang viral, jumlah pengikut akun itu juga naik. Hingga kini, angkanya sampai 155 ribu, dan akan terus bertambah. Revina Violetta Tanamal, pemilik akun itu bahkan kini dikenal sebagai salah satu selebgram yang sering mengulas produk-produk kecantikan.
Kini, dalam satu video ulasan (endorsement) yang diunggahnya ke Instagram, Revina dapat Rp 1 juta dari pengiklan. Harga ini relatif tinggi untuk selebgram dengan jumlah pengikut seperti Revina, tapi ia tak gentar. Revina punya bukti bahwa konten iklan yang dikreasinya punya dampak bagus bagi kas penjualan para pengiklan. “Aku biasanya emang bikin konten yang enggak sembarang. Aku harus coba dulu, biasanya seminggu, baru aku review,” kata Revina kepada Tirto. “Aku juga punya testimoni-testimoni (pengiklan) yang bilang: Makasih ya kak, hari ini pesanan naik sampai 200 pesanan, seratus pesanan, yang gitu-gitu.”
Pundi-pundi dari memasarkan produk itu tak hanya didapat Revina dari video yang diunggah di akun Instagramnya. Ia juga membuka jasa mengiklan di fitur paling bontot Instagram: Story atau kini yang dikenal dengan nama Instastory. Di sana, ia mematok harga Rp350 ribu untuk tiap konten story yang ia unggah. Harga ini juga relatif lebih mahal ketimbang yang ditawarkan selebgram berpengikut serupa Revina. Tapi lagi-lagi ia percaya diri kalau teknik yang dipakainya manjur. “Aku kan enggak mungkin kecewain pengiklan yang udah bayar mahal-mahal. Kontennya pasti dibikin serius.”
Mengutamakan pengiklan, bukan berarti Revina mengabaikan kepercayaan pengikutnya. Justru Revina kini sangat selektif untuk memilih produk yang diiklankannya. “Kalau pertama-pertama dulu, iklan database atau olshop-olshop (online shop) masih sembarang diterima. Tapi belakangan aku udah milih-milih. Sekarang lebih ke arah produk-produk kecantikan, misalnya skincare, kosmetik, baju, atau sepatu,” ungkap Revina. Ini karena Revina sudah paham pasarnya.
“Aku kan terkenalnya karena video nyinyir ya, rupanya followers aku kebanyakan cewek. Sekitar 80 persen cewek. Umur sekitar 17-25.” Angka ini didapat dari riset yang dilakukan manajemennya pada 500 orang pengikut @revinavt, lewat surel.
Agar para produk pengiklan juga tersalurkan dengan baik, Revina pun selektif membatasi jumlah iklan yang diunggahnya di Instastory. Dalam sehari ia hanya menerima 3 iklan. Hal ini sudah dipikirkannya matang-matang. Itu merupakan salah satu trik Revina untuk membuat pengikutnya fokus pada produk yang ditawarkannya. “Aku sehari kan paling upload enggak lebih dari 11 sampai 12 video di Instastory. Ini juga supaya follower enggak jeggah kalau banyak banget sampai jadi titik-titik kan. Kalau kebanyakan, follower kan jadinya skip-skip terus. Kasihan pengiklan yang udah bayar mahal-mahal,” tambah mahasiswi 21 tahun ini.
Trik Revina terbukti ampuh. Nilai engagement pada akunnya memang tergolong tinggi, dibandingkan akun-akun besar lain yang punya jumlah pengikut lebih banyak. Komentar, likes, hingga penonton di akun Revina bisa meraup angka-angka tinggi. Komentarnya bisa sampai ribuan, sementara rata-rata penontonnya sampai angka 150 ribu. Sejumlah video bahkan sampai angka 500 ribu. Sehingga hal ini jadi acuannya untuk mengajukan paket endorsement pada pengiklan.
Temuan Markerly juga menunjukkan gejala serupa. Terungkap bahwa Generasi Z yang kini jadi generasi paling berpengaruh dalam pergerakan ekonomi dan teknologi dunia cenderung lebih percaya dagangan selebgram berpengikut rendah ketimbang yang punya jutaan pengikut.
Michael Quoc dari Venture Beats, menjelaskan alasan mengapa barang yang diiklankan di selebritas berpengikut sedikit lebih laris. Pertama, selebgram berpengikut sedikit punya keterlibatan lebih tinggi dengan para pengikutnya. Seperti yang dilakukan Revina. Ia lebih personal dalam memberikan ulasan produk, desekali tak segan menanggapi langsung respons dari para pengikut. Hal ini tentu saja jadi nilai tambah di mata para konsumen.
Di saat yang sama, selebgram dengan pengikut lebih banyak juga punya sifat lebih eksklusif sehingga ulasannya tidak lagi interaktif. Lalu, Quoc juga mengupas ihwal harga. Menurutnya, beriklan pada selebgram dengan pengikut sedikit faktanya punya tawaran harga beriklan lebih rendah dari mereka yang sudah punya nama. Bagi perusahaan kecil, atau startup baru, tentu saja hal sulit untuk menarik perhatian selebgram berpengikut jutaan dan sepakat dengan harga promosinya.Indonesia Negeri Instastory
Facebook, perusahaan yang memiliki Instagram, menyebut pengguna Instagram Story mencapai 250 juta orang sedunia. Jauh lebih tinggi dibandingkan Snapchat yang kini cuma punya 160 juta pengguna. Padahal seperti yang diketahui seisi dunia, Instastory adalah salah satu fitur terbaru Instagram yang terang-terang mencontek Snapchat.
- Baca juga: #RIPSnapchat Gara-gara Instagram
Jumlah pengguna aktif per bulan di Tanah Air hingga April, sekitar 45 juta akun. Naik signifikan dari sekitar 22 juta pada awal 2016. Indonesia juga salah satu negara yang paling sering menggunakan profil bisnis, selain Amerika Serikat, Brasil, Rusia, dan Inggris.
Tentu saja angka statistik ini jadi kabar baik bagi para ahli pemasaran, produsen produk, dan selebgram seperti Revina. Kenaikan angka pengguna Instastory tentu saja jadi sinyal positif bahwa gerakan pemasaran melalui media ini masih diminati, sekaligus perlu terus dikembangkan.
Revina sendiri ke depannya akan semakin selektif memilih pengiklan. Targetnya adalah jenama-jenama besar, bukan lagi endorsement-endorsement kecil. Instagram memang tempat yang tepat untuk menggaet pangsa pasar yang besar, dan mewujudkan target tersebut.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti