tirto.id - Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi magnet kuat capres yang diperebutkan untuk bersanding dengan beberapa nama kandidat cawapres di bursa capres-cawapres Pemilu 2024.
Sebut saja Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menparekraf Sandiaga Uno, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, hingga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Nama Ganjar pun sempat disandingkan dengan Puan yang juga kompetitor dalam merebut tiket Capres 2024 di internal PDIP.
Nama Ganjar jelas berbeda dibanding dengan dua kandidat bakal capres potensial lain, yakni Menhan Prabowo Subianto maupun mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Prabowo kerap diasosiasikan dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa atau Menteri BUMN Erick Thohir. Nama Ganjar pun disebut layak menjadi cawapres Prabowo.
Sementara itu, Anies kerap disandingkan dengan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Khofifah, Sandiaga atau Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Di luar itu, ada nama Andika, tetapi tidak bersuara kuat dibanding Ganjar-Andika.
Posisi Ganjar sebagai bakal capres yang fleksibel di sejumlah posisi tentu menjadi pertanyaan. CEO & Founder dan sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menjelaskan alasan nama Ganjar bisa lebih fleksibel daripada kandidat lain.
Pertama, ia menegaskan bahwa posisi Ganjar sama dengan Anies dan Prabowo. Namun, pada poin kedua, Pangi menjelaskan bahwa Ganjar bisa lebih berpeluang masuk dalam berbagai segmen karena punya nilai jual lebih bagus. Ia mencontohkan Ganjar cocok disandingkan dengan klaster para kepala daerah seperti Ridwan Kamil dan Khofifah, tokoh militer seperti Andika maupun menteri seperti Sandi dan Erick Thohir.
"Jadi persis misalnya kalau Pak Anies juga enggak jauh-jauh beda juga tetapi memang ideal mereka berbeda, beberapa dalam klaster menteri dan klaster kepala daerah," kata Pangi, Jumat (9/12/2022).
Dari sisi representasi daerah, Ganjar juga bisa dicocokkan dengan kandidat potensial dari luar wilayah Jawa Tengah seperti Ridwan Kamil sebagai representasi Jawa Barat, Sandiaga sebagai representasi Riau atau Erick dari Sumatera. Ia beralasan, Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah telah memiliki basis kuat di Jawa Tengah sehingga tinggal ekspansi untuk perolehan suara di daerah lain.
"Tentu Ganjar harus mencari yang kira-kira itu bisa membantu memulihkan atau mendongkrak elektabilitas beliau dari sumber di luar Jawa. Kan enggak mungkin irisannya Jawa diadu sama Jawa. Jeruk makan jeruk dong. Tentu mereka harus mencari suku di luar Jawa misalnya," tutur Pangi.
"Makanya Jawa Barat itu potensi Ridwan Kamil ada di situ karena Jawa Barat itu Sunda. Nah, Sunda itu termasuk suku kedua terbesar di Pulau Jawa baru kemudian suku Melayu, suku Melayu bisa merepresentasi bisa Sandiaga, itu yang kemudian juga menentukan model koalisinya itu," kata Pangi.
Pangi tidak memungkiri Ganjar akan sama seperti Jokowi pada 2014 lalu, yang juga kerap disandingkan dengan tokoh potensial lain sebagai cawapres. Namun, Ganjar kemungkinan tidak akan berani melawan PDIP karena basis suara PDIP dengan Ganjar beririsan.
Ganjar berpotensi kalah jika meninggalkan PDIP dan PDIP juga bisa kehilangan suara akibat Ganjar tidak diusung moncong putih.
Selain itu, dari temuan Drone Emprit yang baru saja melakukan rilis terkait Popularitas Tokoh Politik di Indonesia selama bulan November 2022, nama Ganjar justru disandingkan dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
"Peta percakapan tentang Ganjar, hampir sepenuhnya lekat dengan percakapan tentang Erick Thohir," kata Founder of Drone Emprit Ismail Fahmi di Jakarta, Sabtu (10/12/2022).
Tak hanya itu, di media sosial duet Ganjar Pranowo dan Erick Thohir memiliki peta percakapan tersendiri. Fahmi mengatakan percakapan yang melibatkan dua pemimpin tersebut mayoritas terkait hal positif.
Berdasarkan peta Social Network Analysis (SNA) milik Drone Emprit, Ganjar Pranowo memiliki total mentions dan retweets sebanyak 178119. Sedangkan Erick Thohir miliki 157036 total mentions dan retweets.
Pasangan ini juga tergabung di dalam "battle ground" percakapan yang melibatkan sosok pemimpin lain seperti Anies dan AHY. Dalam "battle ground" tersebut pendukung Ganjar Pranowo dan Erick Thohir dikatakan bersatu.
"Erick-Ganjar selain memiliki klaster dalam battle ground, juga memiliki klaster sendiri yang terpisah untuk mengangkat percakapan secara positif (hijau). Pendukung Erick-Ganjar bersatu," kata Fahmi.
Alasan Posisi Ganjar Diperebutkan dalam Bursa Capres-Cawapres 2024
Sementara itu, analis politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin justru menyebut bahwa posisi Ganjar yang dinilai fleksibel sebagai capres atau cawapres ini bisa menjadi semacam "gameshark" (semacam cheat code yang digunakan dalam gim PlayStation) dalam pemilu.
Alasannya, sosok Ganjar memiliki bekal popularitas dan elektabilitas tinggi. Dua faktor ini menjadi pendorong namanya selalu muncul di tiga besar berbagai lembaga survei bursa capres-cawapres.
"Salah satu alasan kuat karena Ganjar membentuk dan mempertahankan narasi sebagai sosok politikus yang apa adanya, sederhana dan transparan. Sisi transparan itu melalui seringnya update di medsos, Youtube," jelas Alvin kepada Tirto, Jumat (9/12/2022).
Alvin menilai, situasi itu membuat Ganjar masuk dalam posisi top 3 dalam bursa capres di beberapa lembaga survei. Jika dia menjadi cawapres bagi kandidat capres, maka capres tersebut dipastikan dapat dorongan suara besar. Kandidat capres tersebut pun kuat dugaan menjadi pemenang dalam pemilu mendatang.
Sementara itu, jika menjadi capres, Ganjar cukup mencari wakil yang mendorongnya untuk memperoleh suara maksimal. Publik juga memilih Ganjar karena mencari wajah baru di Pemilu 2024. Ganjar pun masih kuat jika keluar dari PDIP dan menang di luar PDIP.
"Ini berpeluang sekali, tapi Ganjar perlu menyiapkan narasi karena pasti akan ada pesan negatif yang menyasar pada Ganjar. Bisa saja berpeluang Ganjar disebut nafsu berkuasa," kata Alvin.
Hal ini berbeda dengan Anies maupun Prabowo. Anies dan Prabowo punya kendala perlu mitra koalisi jika ingin maju Pemilu 2024. Ketua umum partai tentu ingin mengambil kursi cawapres. Dari sisi tersebut, Anies dan Prabowo tidak luwes dalam mencari pemimpin yang satu visi.
"Tiap partai minimal pasti berusaha mencalonkan ketumnya jadi capres atau cawapres. Jadi Prabowo dan Anies sulit mencari cawapres yang mereka inginkan dan sepaham secara visi misi," kata Alvin.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri