tirto.id - Mutasi dari virus COVID-19 varian delta yakni AY.4.2 atau delta plus telah ditemukan di 43 negara, beberapa negara di antaranya mengalami lonjakan kasus COVID-19 akibat varian baru tersebut. Pemerintah Indonesia diminta bersiaga mencegah kebobolan masuknya varian yang diperkirakan lebih berbahaya dan kini telah ditemukan di negara tetangga Singapura.
Berdasarkan data dari outbreak.info, varian AY.4.2 per 29 Oktober 2021 pukul 11.26 WIB telah ditemukan sebanyak 26.989 kasus di seluruh dunia dan tersebar di 43 negara. Kasus pertama dilaporkan pada 16 Maret 2021.
Kini negara yang paling banyak tercatat ditemukan kasus varian AY.4.2 adalah Inggris Raya dengan total 25.346 kasus atau 93,9 persen dari total kasus di seluruh dunia. Varian ini ditengarai telah menyebabkan lonjakan gelombang ketiga di Inggris Raya.
The UK Health Security Agency atau UKHSA menetapkan sub varian delta AY.4.2 sebagai varian yang masuk dalam kategori varian dalam investigasi. Penetapan pada Jumat (22/10/2021) lalu itu didasari bahwa varian tersebut kini menjadi semakin umum ditemukan di Inggris dalam beberapa bulan terakhir.
“Dan ada beberapa bukti awal bahwa itu mungkin memiliki tingkat pertumbuhan yang meningkat di Inggris dibandingkan dengan Delta," kata UKHSA seperti dilansir dari Reuters.
Data menunjukkan kasus konfirmasi positif COVID-19 terus mengalami peningkatan, setidaknya sejak 6 Oktober 2021 penambahan kasus positif selalu di atas 30.000 kasus, dan bahkan pernah mencapai 43.838 pada 21 Oktober 2021. Hingga 28 Oktober 2021, Inggris Raya total mencatatkan 8,94 juta kasus positif COVID-19 dan 140 ribu orang di antaranya meninggal dunia.
Kasus varian AY.4.2 juga banyak ditemukan di sejumlah negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat yang juga sedang mengalami lonjakan kasus COVID-19. Negara Eropa yang juga banyak temuan AY.4.2 itu adalah Jerman 408 kasus, Denmark 265 kasus, Polandia 149, dan Italia 119. Sedangkan di Amerika ditemukan 139 kasus yang tersebar di 35 negara bagian.
Selain banyak menyebar di negara-negara Eropa, AY.4.2 juga mulai ditemukan di negara-negara Asia. Di India ditemukan 17 kasus dan masing-masing satu kasus di Jepang dan Singapura.
Temuan varian AY.4.2 di Singapura pada 26 Oktober 2021 dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Singapura pada 29 Oktober 2021. Temuan varian AY.4.2 di negara yang hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari Pulau Batam Indonesia itu memicu kekhawatiran.
“Di luar negeri mulai muncul sub varian delta yang namanya AY.4.2 dan sudah masuk di Singapura. Delta ini yang paling bahaya. Makanya kita harus hati-hati,” kata epidemiolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo saat dihubungi reporter Tirto.
Terjadinya lonjakan kasus di Inggris dan negara Eropa yang ditengarai disebabkan varian AY.4.2 menurut Windhu jadi peringatan bagi pemerintah Indonesia untuk mewaspadai betul agar varian tersebut tak masuk ke Indonesia.
“Yang lagi berbahaya itu negara-negara yang melonjak karena ada AY.4.2. Jadi kalau ada negara-negara yang ditemukan adanya AY.4.2 itu seharusnya tidak boleh masuk dulu ke Indonesia. Kita harus jaga negara kita, harus terus mengikuti hasil genomik surveillance. Karena jangan sampai kita kebobolan varian itu,” kata Windhu.
Selain itu, di tengah pembukaan pintu masuk bagi orang asing ke Indonesia, kunci utama yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masuknya varian AY.4.2, menurut Windhu, adalah pemberlakuan karantina yang disiplin dan ketat bagi pelaku perjalanan dari luar negeri.
“Jangan sampai kita kecolongan lagi seperti kemarin kecolongan varian delta [yang sebelumnya menyebabkan gelombang ke 2 COVID-19],” ujar Windhu.
Diprediksi Lebih Berbahaya
Peneliti Pandemi COVID-19 dari Center for Environment and Population Health Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan varian AY.4.2 ini sangat patut diwaspadai sebab dalam waktu satu bulan terakhir, yang menurutnya cukup singkat telah berkembang sebesar 10 persen.
"Ini menunjukkan AY.4.2 punya kemampuan menginfeksi, atau kecepatan penyebarannya sama atau bisa jadi lebih daripada delta varian sendiri. Dari sisi kasus kematiannya juga relatif cukup signifikan berdasarkan data yang ada di Inggris, sehingga kita patut sangat waspadai," kata Dicky kepada reporter Tirto, Jumat (29/10/2021).
Epidemiolog berkebangsaan Indonesia itu mengatakan bahwa varian AY.4.2 yang diduga berkontribusi besar terhadap peningkatan kasus di sejumlah negara di Eropa itu menunjukkan bahwa varian tersebut lebih berbahaya.
"Diduga AY.4.2 sejauh ini menunjukkan 10-15 persen lebih cepat menular daripada delta varian terdahulunya. Ini amat sangat serius," ujarnya.
Pemerintah Indonesia, menurut Dicky, perlu melakukan mitigasi terhadap potensi masuknya varian ini. Di antaranya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan cakupan vaksinasi lengkap, yang kini baru mencapai 38 persen dari target populasi.
Selain itu, menurut Dicky, pemerintah jangan terburu-buru untuk melakukan pelonggaran. Terlalu cepat pelonggaran menurutnya akan menjadi euforia yang bisa memicu peningkatan kasus dan potensi masuknya varian baru COVID-19.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah terus memonitor dan mewaspadai masuknya varian baru virus Corona ke Indonesia. Salah satunya adalah varian AY.4.2 yang menimbulkan lonjakan kasus di Inggris.
"Kami sudah memonitor kemungkinan adanya varian-varian baru. Kami sudah lihat bahwa di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan, yaitu AY.4.2 yang belum masuk di Indonesia, yang sekarang terus kami monitor perkembangannya seperti apa,” ujar Budi dalam keterangan pers, Senin (25/10/2021).
Budi menambahkan, varian yang merupakan turunan dari varian delta ini menyebabkan peningkatan kasus konfirmasi yang cukup signifikan di Inggris, sejak Juli sampai Oktober tahun ini. “Kami juga melihat bahwa beberapa negara di Eropa memang juga kasusnya meningkat terus,” katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa dalam mengantisipasi masuknya varian AY.4.2 ini tak ada strategi baru yang dilakukan oleh pemerintah.
“Pemerintah memaksimalkan pelaksanaan strategi yang sudah ditetapkan yaitu karantina perjalanan, 3M, 3T dan vaksin agar dapat mencegah semua jenis varian baru sekaligus meminimalisir mutasi varian baru di dalam negeri," kata Wiku saat konferensi pers virtual, Kamis (28/10/2021).
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz