tirto.id - Menterian Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon, siap melakukan intervensi apabila dugaan eksploitasi tambang nikel di wilayah Raja Ampat mengancam keberadaan situs-situs sejarah dan cagar budaya di kawasan tersebut. Saat ini, dia mengaku belum mendapat laporan langsung soal kerusakan situs.
“Saya juga akan pelajari dan tentu kami akan melakukan intervensi kalau terkait dengan cagar budaya atau situs-situs bersejarah yang berpotensi terganggu,” ujar Fadli Zon usai menghadiri Konferensi Pers Pembukaan Pendaftaran AMI Awards di Kompleks Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta Pusat pada Kamis (5/6/2025).
Fadli mengatakan sejatinya perlindungan situs sejarah merupakan amanat yang harus dijalankan. Apalagi, bila ancaman tersebut berhadapan dengan proyek pertambangan.
“Tapi kami memang akan tentu saja berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan, melindungi situ-situs bersejarah,” jelas Fadli.
Fadli kemudian menyinggung upaya perlindungan yang sedang dilakukan terhadap Prasasti Cianten di Bogor, yang kini tergerus oleh aliran air. Dia menyebut saat ini pihaknya berencana memindahkan batu prasasti tersebut ke tempat yang lebih aman guna mencegah kerusakan lebih parah.
“Bahkan sekarang ini kami lagi mau memindahkan batu yang prasasti di Cianten. Supaya, kan ini tergerus juga oleh air, sehingga mungkin prasasti tulisannya itu semakin memudar,” ujarnya.
Lebih jauh dia juga menyebut sejumlah ancaman terhadap situs prasejarah lain di Kalimantan Timur. Menurutnya, situs gua-gua purba di provinsi tersebut lukisannya kini terancam aktivitas pabrik semen.
“Karena gua-gua purba yang ada di Kalimantan Timur, itu ada sekitar 2.500 lukisan purba dari 58 buah. Itu terancam oleh pabrik semen. Nah ini juga kita berusaha untuk menghindari pengaruh tersebut,” tuturnya.
Sebelumnya, Greenpeace Indonesia sempat membagikan kondisi alam di Raja Ampat. Terlihat beberapa pulau yang berada di Kepulauan Raja Ampat, kini dipenuhi dengan kegiatan penambangan nikel. Kegiatan tersebut berpotensi mengancam ekosistem bawah laut dan mencemari lingkungan.
“Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah. Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari, semakin marak terjadi,” tulis Greenpeace di akun Instagram @greenpeaceid.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, telah menegaskan akan menindaklanjuti protes yang dilayangkan Greenpeace Indonesia mengenai penambangan nikel di Papua Barat. Dia berniat akan memanggil pemegang izin tambang nikel di kawasan Raja Ampat untuk dilakukan evaluasi.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Bayu Septianto
Masuk tirto.id


































